31. Accident

5.4K 1.2K 101
                                    

Song Recommendation: How can i love the heartbreak, you're the one i love -AKMU






Sudah kaleng cola ke 3 yang aku minum di tengah udara dingin yang berhembus. Terhitung 3 jam pula aku duduk melamun di balkon rumah hingga langit berubah gelap.

Bukan apa-apa, hanya saja pikiranku terlalu kacau. Emosiku juga tidak stabil. Menatap lamat-lamat roomchat ku dengan Sunoo yang telah kosong sejak 3 hari lalu. Di tiga hari itulah ia juga tidak menampakkan diri di sekolah. Sebelumnya aku memang mampir ke apartementnya, mendengar sedikit kegaduhan di dalam kamar Sunoo. Suara rintihan sakit juga sampai di telingaku, namun seorang lelaki bernama Jungwon mengatakan padaku kalau Sunoo sedang diare.

Tentu saja mendengar itu aku ragu, ditambah gelagat dari anak itu yang seolah menyuruhku cepat-cepat pergi dengan mengatakan bahwa Sunoo tidak ingin ada yang mengganggunya.

Dan selepas hari itu, Sunoo tidak masuk sekolah. Kehadirannya lenyap, tidak seorang pun yang tahu di mana dirinya.

Bagiku semuanya kini terasa abu-abu, tidak menentu sama sekali. Jujur, aku merindukan Sunoo melebihi sebelumnya. Tiap harinya aku sama sekali tidak bergairah untuk beraktivitas. Semangatku seolah padam semenjak kami menjauh dan tidak pernah berkomunikasi lagi.

Pikirku mengapa perlu berjauhan seperti ini? Kenapa Sunoo bersikukuh menghindariku seakan dia tidak memperbolehkanku mengetahui apa yang terjadi padanya lagi.

Dia tidak akan seperti itu. Kecuali memang ada sesuatu yang sungguh tidak boleh terendus olehku. Tapi apa? Kenapa juga dia menyembunyikannya?

Aku menelepon Sejeong, sekedar untuk menanyakan perihal Sunoo yang hilang tanpa kabar. Mungkin ia bisa tahu di mana Sunoo, walau aku sendiri tak yakin.

"Halo?"

Diangkat, suaranya terdengar. "Iya, halo. Gue mau nanya."

"Nanya apa?"

Aku memberi jeda sejenak, lalu menjawab. "Lo tau gak Sunoo ada di mana?"

"Gue gak tau, Na. Sumpah."

"Lo pasti tau sesuatu kan? Tapi lo pura-pura gak tau?" tanyaku dengan nada mengintimidasi, padahal aku hanya asal menebak.

"Lah, gue aja gak tau dia di mana. Apa yang mau disembunyiin?"

Aku terdiam lagi, membiarkan detik durasi telepon kian bertambah satu demi satu dalam keheningan. Agak berat dan sesak menanyakan hal selanjutnya.

"Jina, halo?"

Aku menarik nafas dalam-dalam. Mengurangi rasa sesak di dada. "Sunoo sakit ya?"

Dan ya, saat itu juga Sejeong tak mampu menjawab langsung. Hening dalam sekian detik, lalu suaranya kembali terdengar namun sedikit bergetar.

"Nggak kok.. sakit gimana?"

Aku tersenyum miris. "Lo bisa bohong, tapi gue bakal cari tau sendiri. Makasih ya udah jawab telepon gue."

Usai berucap demikian sebagai kata penutup, aku mematikan panggilan. Menelungkup wajah di lengan yang terpaku di atas pagar pembatas. Tanpa sadar aku menangis begitu saja, memikirkan bagaimana jika dugaanku benar kalau ternyata Sunoo benar-benar sakit.

Dilihat dari wajahnya yang sering pucat, mimisan, lalu tubuhnya tampak semakin kurus. Ingatannya juga terganggu, dan nilai-nilainya di sekolah perlahan turun dengan drastis. Tak jarang juga Sunoo tampak lambat dalam memproses pembicaraan, atau menjawab pertanyaan. Fokusnya sering pecah, dan melamun dalam jangka waktu yang lama.

Lama kelamaan potongan kejadian-kejadian yang digabungkan itu membuatku overthinking. Sunoo jelas tidak baik-baik saja, lalu aku harus apa? Aku sama sekali tidak tahu di mana keberadaannya.

[×]

Sunoo berdiri di pinggir sungai Han, usai berziarah ke makam neneknya. Ia menghirup dalam-dalam udara malam yang terasa sejuk baginya. Kedua iris coklatnya menatap teduh langit gelap dihiasi ribuan bintang.

Ahh bintang ya?

Sunoo mendadak jadi teringat Jina. Biasanya pukul segini gadis itu masih mengirim pesan chat untuknya, lalu baru mengerjakan PR menjelang tidur. Berujung Sunoo yang mengirim jawabannya agar Jina tidak tidur terlalu larut karena mengerjakan PR nya dan mencari jawabannya.

Sudah berapa lama mereka tidak lagi menyapa? Entahlah, Sunoo tidak tahu. Itu menyakitkan, karena mereka benar-benar seperti orang asing sekarang. Salahkan dirinya sendiri mengapa harus memutus hubungan mereka begitu saja.

Ponsel Sunoo berdering lagi, dan diabaikan lagi. Sudah ada miscall dari Jungwon sebanyak 23 kali lantaran Sunoo kabur dari rumah sakit tanpa izin. Padahal kondisinya belum pulih.

Sunoo meremas kaleng colanya setelah ia teguk habis isinya. Ia menunduk, menatap aliran sungai yang deras. Padahal ini kesempatan yang bagus untuk loncat dan menenggelamkan diri di sana. Apalagi arus airnya cukup kencang. Tapi entah kenapa, Sunoo tidak ingin melakukannya.

"Apa hanya aku yang merasakan penderitaan ini? Dari berapa miliar orang yang hidup di dunia, mengapa harus aku? Semesta seperti membenciku, dan tidak ada orang yang peduli padaku," Sunoo menjeda sejenak, ia mengeluarkan secarik polaroid yang selalu ia simpan di saku celananya. "Kecuali, Jina."

Angin berhembus kencang tiba-tiba, membuat polaroid yang digenggamnya terbang terbawa angin. Sunoo dengan sigap berusaha mengambil polaroid itu, hingga tubuhnya menunduk ke bawah.

Semakin terbawa angin, semakin cepat juga Sunoo mengejar. Hingga akhirnya polaroid itu tergeletak di tengah jalan, angin juga sudah berhenti. Sunoo tersenyum lega, berjongkok mengambil fotonya itu.

Sunoo berbalik, namun tiba-tiba tubuhnya melayang dalam kecepatan tinggi. Dalam sedetik, seluruh tubuhnya terasa sakit. Sesuatu yang basah dan lengket, mengalir dari kepalanya. Sunoo menatap sekeliling dengan pandangan buram. Ia melirik ke kiri, polaroid yang belum sempat dikantungi-- berada tak jauh dekat lengannya. Jari-jari Sunoo bergerak kaku hendak meraihnya, namun nyeri menjalar. Derap langkah orang-orang yang mendekat masih bisa ia tangkap.

Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Sunoo.

Tidak, jangan. Sunoo memohon pada tuhan, untuk tidak memanggilnya sekarang. Dia bersumpah tidak akan kabur dari rumah sakit lagi. Sunoo masih harus melakukan banyak hal, termasuk membahagiakan orang-orang yang ia sayangi.

Bibir pucat itu bergetar, Sunoo semakin tak bisa bergerak. Dia bisa merasakan detak jantungnya kian melemah. Sekujur tubuhnya kaku tak bisa digerakkan.

Perih. Sakit.

Detik terakhir, Sunoo tak dapat lagi melihat semuanya. Pendengarannya tidak lagi berfungsi. Dan kesadarannya, hilang ditelan malam.

《...》

Saya bakal sering up, pgn cepet2 namatin cerita ini. Jadi ini kedepannya plot holenya lumayan banyak😭🙏

 Jadi ini kedepannya plot holenya lumayan banyak😭🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
『√』1. Dear Noo [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang