Gadis bersurai kecoklatan sebahu itu melangkah di tengah hiruk pikuk jalan kota. Memakai hoodie merah muda serta headphone yang menutup kedua telinga, namun tidak ada musik yang mengalun dari sana. Dalam lamunannya ia masih memikirkan sekelebat apa yang ia saksikan kemarin di sekolah, tepatnya di toilet lantai 3.
Ya, Sejeong melihat Sunoo yang sekarat di sana. Dia pula yang membawa Sunoo ke rumah sakit, dan menghubungi Jungwon sebagai kontak terakhir yang berada dalam daftar telepon.
Dan Sejeong mengetahui jika Sunoo sakit. Lelaki itu juga memohon padanya untuk tidak memberi tahu Jina perihal apa yang dideritanya. Tentu saja itu mengundang sanggahan keras dari Sejeong. Bagaimana pun juga, Jina harus mengetahuinya.
Sebab itu saat ini, Sejeong tengah mencari kontak sahabatnya itu. Namun sebelum gerakan jarinya menyentuh ikon telepon, ia mengurungkannya begitu saja dan kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku.
Sejeong pikir, sesekali ia juga harus menuruti permintaan Sunoo. Tapi ketika waktunya sudah tepat, Sejeong pasti akan memberi tahu Jina.
"Kak Sejeong!"
Dari arah belakang, Jungwon memanggil. Dan lekas berlari kecil ke arahnya, lalu ikut melangkah di sisi gadis itu. "Kak Jay nitip beliin es krim di tempat langganan. Aku gak tau itu di mana."
Sejeong mendengus sebal. "Dia tuh kenapa ngerepotin banget sih? Banyak maunya."
"Namanya juga lagi sakit, kak. Jadi pengen lebih diperhatiin."
"Kenapa gak minta tante aja sih?" gumam Sejeong lirih, lalu ia menjulurkan tangannya. "Mana uangnya? Biar aku aja yang beli, kamu jagain Sunoo."
Jungwon menggeleng, lalu menjawab yang membuat Sejeong kian ditelan emosi tertahan. "Kak Jay juga gak ngasih uangnya."
"Dia emang sengaja kayaknya ya, sialan." desis Sejeong masam, lalu memacu tungkainya untuk membeli es krim. Sedangkan Jungwon, ia kembali ke rumah sakit untuk menjaga Sunoo.
~~~~Langkah kaki itu berderap cepat. Sunoo menyambar jaketnya, dan memakainya sambil terus melangkah ke luar. Dengan sedikit berlari, ia menghampiri sepedanya, lalu mulai mengayuh serta tangan satunya mendekap sebuket bunga yang baru dibelinya. Begitu sampai di tujuan, Sunoo memarkirkan sepedanya di pinggir jalan.
Sunoo termenung sejenak. Menikmati hembusan angin sore yang menerpa kulit pucatnya. Maniknya yang berkabut menyapu sekitar, sembari menghirup nafas dalam-dalam. Sunoo ingin menikmati hal-hal sekecil ini sekalipun itu udara kotor sebelum tuhan benar-benar memanggilnya.
Senyumnya yang mengembang tak pernah luntur saat ini. Di atas rumput yang terpangkas rapih, ia melangkah hati-hati agar tidak menginjak tanah yang ditempati. Setelah cukup lama ia berjalan, Sunoo sampai di tujuannya. Ia menatap bingkai di hadapan, lalu meletakkan bunga yang dibawanya.
"Aku datang lagi." ujar Sunoo. Suara baritonenya mendominasi sunyi bercampur angin. "Nenek tidak perlu khawatir, kita akan segera bertemu dalam waktu dekat."
Tangan Sunoo terulur membersihkan makam itu. Mencabut rumput yang tumbuh di sana. Usai mendo'akan sang nenek, Sunoo kembali berujar diselingi hela nafas pasrah yang berat.
"Katakan pada tuhan bahwa kisah hambanya yang menyedihkan ini, akan segera berakhir. Dan ia tidak berharap akhir dari kisahnya adalah akhir yang bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
『√』1. Dear Noo [REVISI]
FanficTentang derita yang tak kunjung reda, dan akhir yang tak terduga