Halo, Jina!
Dengan tangan rapuhku, kugoreskan rangkaian kata yang tak sempat aku ucapkan.
Dengan sisa tenaga lemahku, kutuliskan surat lusuh ini, sebagai penghantar kenangan untukmu.Jina-ya, waktu terus berlalu. Tapi aku hanya bisa terbaring lesu. Pulang ke pangkuannya bukanlah hal yang berat. Namun meninggalkanmu adalah hal terberat dan rasa sakit terbesarku.
Saat aku merasa tersiksa karena angin yang berhembus kencang itu, bahu kecilmu itu bagiku adalah sebuah pohon besar, tempatku bersandar. Meskipun kisah kita hanya dipenuhi dengan kesedihan, pelukan dan genggaman hangatmu akan selalu kurindukan.
Jina-ya..
Jiwaku benar-benar tersiksa, bahkan hancur berkeping-keping. Bagiku dunia tidak adil. Terlalu banyak lelucon untukku.
Di penghujung usiaku ini, waktuku tak lama lagi. Dan kata-kata yang tak bisa aku katakan, hanya menjadi helaan nafas panjang yang mengalir di detik terakhir.
Maafkan aku, karena merahasiakan semuanya padamu.
Maafkan aku, telah melibatkanmu dalam bagian hidupku yang menyedihkan.
Dan maafkan aku, karena hingga di ujung nyawaku, aku tak cukup membahagiakanmu.
Aku sangat berterima kasih karena kau telah hadir dalam hidup suramku ini.
Terima kasih telah memberiku kesempatan bagaimana rasanya mencintai dan dicintai.
Terima kasih telah merangkulku, memelukku, dan menggait tanganku di saat aku benar-benar rapuh.
Sekarang lepas genggaman tanganmu, jangan khawatir. Karena jika semesta tak bisa merangkulku, maka biarkan tuhan yang mendekapku.
Ahh iya... aku hampir lupa.
Hei, Choi Jina! Jaga dirimu baik-baik ya! Dan jangan sampai ban sepedamu bocor lagi.
Your Sunshine
—Kim Sunoo
KAMU SEDANG MEMBACA
『√』1. Dear Noo [REVISI]
FanfictionTentang derita yang tak kunjung reda, dan akhir yang tak terduga