08. Commotion

6.6K 1.5K 293
                                    

Saat ini aku sedang berada di kantin bersama Sejeong. Kami duduk berhadapan di salah satu meja yang terletak 2 baris dari belakang. Sejujurnya aku tidak lapar, tapi terpaksa menemani Sejeong dan dia bilang jika aku tidak makan— biar dirinya yang akan memakan makananku.

Dalam diamku, aku mengamati suasana sekitar. Lalu lalang para siswa yang membawa nampan berisi makanan.


Pyash!


"WOI PUNYA MATA GAK SIH BANGSAT?! Baju gue jadi kotor!"

Aku lantas melirik, begitupun dengan Sejeong yang menoleh ke belakang karena posisi keributan itu berada tak jauh di belakangnya.

Di sana, Jay sedang memaki maki Sunoo karena telah menabraknya dengan nampan makanan sehingga kuah sayurnya mengotori pakaiannya. Suasana kantin langsung senyap, nampak asik menonton ditambah Sunoo yang menjadi bahan makian.

Jay menarik kerah seragam Sunoo, menatapnya nyalang. "Lo punya mata gak sih, hah? Perlu gue colok biar buta aja sekalian? Kaki udah buntung, mata juga mau bolong?! Dasar sampah."

Awalnya aku berniat mengawasi saja, tapi mendengar ucapannya yang keterlaluan— aku tidak bisa menahan lagi. Dengan geram aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan menghampirinya.

"Eh Jina, mau ngapain? Jangan hei. Choi Jina!"

Seruan Sejeong serta cekalan tangannya, aku abaikan. Kenapa akhir-akhir ini aku baru menyadari bahwa Jay Park sangat menyebalkan? Mulut kotornya sama sekali tidak bisa diam, terus mencaci siapapun yang tidak disukainya.

Mendadak aku teringat lagi dengan ucapan Sunoo semalam bahwa Jay adalah anak dari wanita selingkuhan ayahnya yang kini hidup dalam gelimang harta. Tidak kusangka ayah Jay yang dikelilingi harta dan kekuasaan, nyatanya dibalik itu ada Sunoo dan ibunya yang tenggelam dalam kesusahan.

Saat ini aku ingin sekali berteriak tentang itu. Aku ingin orang-orang melihat betapa keterlaluannya seorang Jay yang membully saudaranya sendiri. Tapi aku terpaksa menutup mulut ketika Sunoo memintaku untuk tetap menyimpannya seorang diri.

"Tolong jangan beri tahu siapapun. Kamu satu-satunya orang yang aku percaya saat ini dan tolong jangan hancurkan kepercayaan itu."

Aku langsung melepas cengkraman tangan Jay pada kerah Sunoo, lalu menatapnya sinis. "Jaga omongan lo ya. Dia gak sengaja, lo gausah keterlaluan ngatain dia kayak gitu."

Jay tertawa sarkas, mengusap wajahnya. "Sekarang lo udah berpihak sama si menjijikan ini ya?"

"Apaan sih! Lo bahkan lebih menjijikan dari Sunoo! Ngaca, bangsat." umpatku, lalu merogoh saku. Mengeluarkan sebungkus tisu, lalu melemparnya ke arah Jay.

"Maaf Jay, aku tidak sengaja. Kamu bisa menyuruhku untuk mencucinya." Sunoo berujar, membungkuk 90 derajat ke arah Jay. Benar-benar 90 derajat seolah Jay adalah sang majikannya dan itu membuatku yang melihatnya semakin dilanda rasa kesal.

Kulihat Jay memandang Sunoo dengan kilatan emosi di matanya. "Kali ini gue biarin lo lolos, tapi liat aja nanti."

Aku menarik lengan Sunoo, membawanya pergi dari circle Jay yang mengepungnya. Lalu aku mendudukkannya di samping Sejeong, agak diberi jarak sedikit karena aku tahu Sejeong pasti tidak nyaman.

"Makan di situ, jangan pindah-pindah." tegasku, lalu meneguk minumanku. Melirik ke arah Sejeong yang terus memandangku seakan menuntut protes.

Sunoo hanya diam, memandangi makanan di nampan miliknya. Kedua tangannya disembunyikan di bawah meja yang kuyakini sedang memainkan sumpit karena timbul bunyi benda yang terbentur kecil dari sana.

『√』1. Dear Noo [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang