25. Sad and confused

5.3K 1.3K 99
                                    

Sunoo menyeka keringat yang mengalir di wajahnya, sambil terus mengayuh. Dia panik karena bangun kesiangan, mungkin karena ia kelelahan sehabis mencari buku bersama Jina kemarin.

Fokus melihat ke depan, Sunoo tak sengaja menangkap sosok yang tidak asing sedang berjongkok di dekat motornya. Ia pun memilih menghampirinya karena orang itu seperti membutuhkan bantuan.

"Permisi, motornya kenapa?" tanya Sunoo, berhenti di dekat lelaki itu yang ternyata adalah Jay.

Jay menoleh, menatap garang ke arah Sunoo. "Ngapain lo di sini?!"

"Eh Sunoo?"

Sunoo menoleh, mendapati Sejeong yang datang dengan sedikit peluh di dahinya. Ia pun membalas sembari melempar senyum. "Halo, kalian kenapa belum berangkat juga?"

"Banyak nanya lo! Udah sana, pergi aja. Gausah bikin gue makin emosi." sungut Jay, mengotak-atik motornya.

"Bengkelnya gak ada yang buka, Jay." Sejeong bersuara, mendudukkan dirinya di tepi trotoar sambil menselonjorkan kaki.

"Itu sudah jelas karena ini masih pagi." kata Sunoo, lalu lekas turun dari sepedanya. "Kalian berangkat saja naik sepedaku. Biar aku yang mengurus motormu, Jay."

"Jangan, gausah. Nanti malah lo yang telat." tolak Sejeong.

Sunoo memandang Jay yang terdiam dengan raut wajah kusut. "Aku sudah biasa dihukum. Kalian berangkat saja, terutama kamu Jay. Kamu mau ketahuan orang tuamu karena telat ke sekolah?"

"Ck sialan." desis Jay sebal begitu mengingat ibunya. Dia bangun dari jongkoknya, menepuk celananya yang sedikit kotor.

Sunoo berjongkok melihat keadaan motor itu, dan bertanya. "Apanya yang rusak?"

"Gak tau, tiba-tiba mati gak bisa dinyalain. Terus kayak berasap gitu, jadinya gue matiin aja. Takut meledak." jawab Jay, menjelaskan.

Sunoo mengangguk mengerti, menyentuh bagian dalam mesin-mesin itu sekaligus melihatnya.

"Kalian kenapa masih di sini?" Sunoo melirik dua orang yang tidak bergeming di tempat mereka. "Cepat berangkat. Kamu tidak usah takut motormu akan semakin rusak atau aku bawa kabur. Tenang saja, aku akan memperbaikinya."

Jay mendengus samar, berujar menyindir Sunoo. "Itu mahal loh. Kalo sampe makin rusak, mampus lo sama gue."

Sunoo tidak menanggapi apa-apa. Sedangkan Jay sudah menaiki sepeda Sunoo, dan memainkan rem sepedanya kasar.

"Cih, butut banget sepedanya." decihnya, menatap jengkel sepeda Sunoo yang tampak usang. "Apa kata orang-orang di sekolah kalo gue dateng pake sepeda ginian."

"Banyak omong lo! Ayo berangkat bangsat, nanti telat." Sejeong mengumpat, menepuk keras pundak Jay dari belakang.

Jay mendecak kesal, segera mengayuh sepedanya sambil terus mengeluh karena Sejeong terasa berat sehingga Jay harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengayuh.

"Bye Sunoo! Makasih ya, maaf kita duluan!!" teriak Sejeong yang sudah berlalu pergi bersama Jay.

Sunoo hanya membalas dengan melambaikan tangannya dan tersenyum. Menghela pasrah, Sunoo kembali sibuk memperbaiki motor Jay yang rusak. Dirasa sulit, akhirnya ia mendorong motor itu sendirian, mencari bengkel terdekat.

Di bawah terik matahari pagi ini, Sunoo rela dihukum karena telat. Asalkan Jay tidak menjadi sasaran amukan kedua orang tuanya. Sunoo sendiri tak yakin mengapa ayahnya sekeras itu mendidik Jay, hingga mental lelaki itu rusak.

Di sisi lain ada Jay yang terus mengoceh kesal karena kewalahan membonceng Sejeong yang terlihat kecil namun ternyata lumayan berat.

"Lo makan apa sih? Kecil gitu padahal tapi kok berat?! Gantian deh, pegel kaki gue anjir."

『√』1. Dear Noo [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang