20. Weird

5.3K 1.3K 95
                                    

Sudah hampir menginjak satu jam kami bertukar cerita, lebih ke membahas hal yang kelewat tidak penting, termasuk rahasia yang mulai kami bicarakan.

Bukan apa-apa, hanya saja aku percaya bahwa Sejeong adalah gadis baik yang mau mendengar celotehanku. Kendati dia hanya menyahut sekenanya, namun aku tak ambil hati pula.

"Na, minta kontak Sunoo dong. Gue males nyari di grup, ribet." pintanya setelah membungkam mulut sekian menit.

Aku lekas mengangguk, mengirim kontak Sunoo meski aku tidak tahu tujuan dia meminta ini untuk apa.

"Mau ngapain emang?" tanyaku akhirnya.

Sejeong menatapku sekilas, lalu kembali memusatkan pandangannya ke gawai yang digenggamnya. "Gapapa sih, pengen nyimpen aja. Kalo diliat-liat juga, Sunoo itu lucu. Gemes banget, tapi sayangnya dibully. Gue salut sama lo yang berani temenan sama dia."

"Hmm, awalnya gue juga males. Tapi semenjak gue liat dia mau bunuh diri, di situ hati gue serasa diketuk buat nolongin dia. Dan siapa sangka ternyata kita jadi deket. Sunoo itu orangnya asik banget, Jeong. Makanya lama-lama gue nyaman sama dia."

Begitu kalimatku selesai, aku justru termenung. Merasa ada kata yang janggal untuk didengar, dan sialnya sebelum aku meralat, Sejeong terlebih dahulu menyela.

"Nyaman? Wahh, hati-hati nanti lo suka sama dia. Eh nggak deh, emang kayaknya lo udah suka. Jadian aja sama dia, Na. Gue dukung, dan yang pasti gue bantu ngerahasiain itu dari orang-orang biar lo sama Sunoo tetep aman. Gue kasian liat lo jomblo gitu."

Aku mendelik sebal. "Sialan, ngaca ya. Lo juga jomblo!"

"Capek gue, susah banget luluhin hatinya Jay. Dia tuh sebenernya naksir cewek gak sih?"

"Ngawur lo." semburku. "Tapi sama gue, dia keliatan biasa aja tuh. Maksudnya gak dingin banget kayak dia ke lo."

Sejeong mengerutkan dahinya. "Kenapa ya? Apa gue jelek? Cakep gini padahal."

Mendengar kata penuh kepercayaan diri itu hanya membuatku merespon kerlingan mata jengah. "Udahlah, jangan cepet nyerah gitu. Jujur gue juga kesel sih kenapa dia jual mahal banget, dan aneh juga kenapa lo naksir sama berandalan kayak dia."

"Gue juga gak tau." Sejeong mengendikkan bahunya. "Cinta itu emang gak bisa ditebak."

Kami kembali mengatup mulut. Mengambil jalur keheningan karena tidak tau apa lagi yang harus dibahas. Namun itu tak berlangsung lama karena Sejeong kembali bicara.

"Tapi Na, lo emang gak digangguin anak-anak lain setelah mereka tau lo sama Sunoo itu deket? Lo juga ngebelain dia waktu masalah di kantin itu."

Aku mengaduk-aduk minumanku sembari berpikir. "Gak tuh, biasa aja."

"Aneh." Sejeong menyenderkan tubuhnya di kursi. "Gue minta lo hati-hati aja, Na. Gue gak mau lo kena bullyan juga cuma karena temenan sama Sunoo."

"Susah banget ya punya temen yang jadi bullyan terus."

"Jangan dipikirin, bagus kalo lo baik-baik aja. Tapi kalo lo mau cerita, jangan ragu buat bilang ke gue ya."

Aku mengangguk, melempar pandangan ke kaca jendela. Dari balik itu, aku bisa melihat langit yang menggelap mendung. Bersiap menumpahkan air, seperti beberapa hari lalu. Dengan segera, aku melirik jam tangan yang melingkar di tangan, menunjukkan bahwa aku sudah terlalu larut berada di luar rumah hingga lupa waktu.

Menyandang tas dibahu, kami keluar dari kedai kopi dengan harga cukup fantastis tersebut, usai Sejeong membayar total pesanan kami.

Aku merogoh saku, mencari benda pipih yang sudah menjadi bagian yang melekat dalam jiwaku, tak bisa ditinggalkan. Menekan ikon berwarna hijau, dan membuka kontak Sunoo yang kuberi pinned. Jujur saja aku sendiri bingung kenapa kontak Sunoo diberi pin. Padahal dia hanya teman dekat.

Dia hanya membalas sekenanya, mungkin kelewat sibuk dikejar waktu untuk bekerja. Jadi aku tidak mempermasalahkan hal itu. Sampai akhirnya kami berhenti di halte yang terletak dekat sekolah kami, menunggu Bus yang akan mengantar kami ke rumah masing-masing, sekaligus mengakhiri pertemuan kami yang sebatas Sejeong yang mentraktir ku, demi menepati janjinya.

Dirasa tidak ada yang penting, aku meletakkan ponselku kembali di dalam saku. Memerhatikan tiap objek yang berada dalam jangkauan mata.

Bosan rasanya.

Kriingg!

Aku dan Sejeong kompak menoleh. Mendapati Sunoo yang datang dengan sepeda keranjang lagi, namun kali ini diisi beberapa kotak ayam goreng.

"Halo, Jina!" Sunoo menyapaku, melambaikan tangannya kecil. Kepala lelaki itu dipakaikan helm sepeda, namun agaknya terlalu besar sehingga kepalanya sedikit tenggelam.

Aku membalas senyum. "Kamu kerja baru lagi, Noo?"

"Iya, beberapa waktu lalu aku membolos kerja di minimarket. Jadi aku dipecat." jawabnya dengan raut sedikit murung.

Sunoo melirik Sejeong yang awalnya tak tertangkap pandangannya. "Oh, ada Sejeong juga? Kalian sedang jalan-jalan ya?"

"Nggak." aku menggeleng. "Dia nepatin janji buat traktir aku. Btw ini udah sore, kamu belum selesai juga?"

"Belum." Sunoo menyeka keringatnya. "Masih banyak pesanan yang lain."

"Kenapa gak nganter pake motor aja?"

"Tidak ada, Jina. Kedai ayam itu masih kecil, tapi syukurnya banyak yang memesan. Pemilik kedianya juga sangat baik, dia seperti ayahku sendiri. Padahal aku baru bekerja 2 hari yang lalu." jawabnya, lalu pandangannya beralih ke arah Sejeong. "Sejeong-ssi, selamat atas peringkat 1 nya!"

Sejeong tersenyum mengangguk. "Makasih, Sunoo. Selamat juga ya peringkat 3 nya."

"Kamu juga selamat ya, Jina. Peringkat 5 itu hebat loh." Sunoo mengacak pelan rambutku, namun tindakan itu sukses membuatku membeku. Apalagi Sejeong yang kedua matanya membola kaget.

Aku tersenyum kaku, wajahku terasa panas. "I-iya, makasih."

"Kalau begitu, aku pergi dulu ya. Bersenang-senanglah kalian."

Selepas itu, Sunoo kembali mengayuh pergi. Dan seperti firasatku, Sejeong langsung berteriak heboh. Kalau saja halte tidak sepi, kupastikan dia tidak akan berani teriak-teriak seperti ini.

"Jinaaaaa!! Kenapa jadi gue yang salting?!"

Aku membekap mulutnya, kesal. "Bisa diem gak? Berisik banget."

Sore itu kami tutup dengan saling meledek satu sama lain. Sejeong tidak pernah berhenti menggodaku, dan karena perdebatan itu kami tertinggal bus yang mengharuskan kami untuk menunggu bus selanjutnya selama 1 jam mendatang.

Menyebalkan.

『√』1. Dear Noo [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang