Halo, maaf baru update. Terima kasih yang sudah menunggu, memberi dukungannya juga.
3k vierws! 🙌
--
Di bawah sinar matahari, padatnya jalanan kota di hari Senin, ada seorang gadis berseragam yang terus berlari menuju ke arah sekolah di mana tempat ia mengenyam pendidikan.
"Sialan. Motor gue enggak bisa diajak kompromi banget, sih!"
Alenza terus mengumpat di tengah larinya. Setelah melewati masa skorsing ia kembali lagi ke sekolah, namun dengan nasib yang buruk. Motor pemberian almarhum ayahnya itu tiba-tiba berhenti di tengah jalan alias mogok. Tanpa pikir panjang, ia menitipkan motor tersebut di salah satu bengkel untuk diperbaiki daripada membenarkan sendiri, karena percuma ia tidak mengerti akan hal tersebut.
Ia memilih berlari, karena jika menaiki angkutan umum di wilayah yang langganan macet, maka sama saja membunuhnya untuk kedua kali. Hal yang sia-sia saja.
Alenza berhenti, setengah bungkuk terengah-engah. Ia berdiri sambil membuat gerakan mengipas dengan kedua tangannya. Wajahnya terlihat sedikit memerah, karena lariannya tadi.
Saat ini ia tengah menunggu angkutan umum. Sengaja menunggu di sana, karena ada jalur lain yang dapat mendatangkan angkutan umum tanpa terjebak kemacetan parah seperti jalur sebelumnya yang ia lewati.
Namun, di tengah kesibukan menunggunya itu ada salah satu mobil Porsche Cayman hitam menepi di depannya. Jendela dibuka dan memperlihatkan seorang lelaki yang memakai kacamata hitam bergaya. Alenza sempat mengerutkan dahi, namun sekejap ia tersadar dan mengendalikan raut wajahnya.
"Mau bareng?" tanya lelaki itu.
"Gak. Makasih," jawab Alenza berpalis muka, pura-pura menunggu angkutan umum yang melewati dirinya.
"Anggap aja gue orang lain yang enggak saling kenal."
"Bukannya emang enggak kenal? Siapa, lo?" Alenza berdecih sinis.
"Ya udah, kita kenalan. Nama gue Dirgantara, panggil aja Dirga."
Tanpa memedulikan ucapan pemuda itu, Alenza langsung berlari memasuki angkutan umum. Dia duduk di kursi kecil dekat pintu masuk dikarenakan penuhnya penumpang.
Sebelum benar-benar pergi, netranya sempat bertatapan dengan Dirga di sana, dan pemuda itu hanya tersenyum tipis——sangat tipis, sedangkan Alenza hanya menatap datar tak acuh.
Tiga kata yang terpatri di benaknya saat ini: Oh, My God!
***
"Masuk."
Setelah mengetuk pintu kelas, Alenza kemudian membuka pintu tersebut, lalu mendapatkan Pak Kurniawan tengah menulis pengunguman di whiteboard, bertuliskan 'Ulangan Harian'
"Haduh, Alenza...untung tidak telat lebih dari 10 menit. Lebih dari itu saya enggak kasih toleransi."
"Maaf, pak."
"Silakan duduk."
Alenza melangkah ke arah kursinya, dan duduk bersama Jinan.
"Mendadak?" tanyanya pada Jinan. Jinan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Pasalnya tak ada pengunguman UH secara mendetail. Sekadar akan diadakan UH saja secara lisan.
Tiba-tiba ada sebuah gulungan kertas yang terlempar berasal dari belakang meja Alenza dan Jinan. Alenza pun membuka gulungan kertas tersebut.
Selamat ya atas kembalinya! :-)
Jangan lupa traktir seblak Mang Ade
Tapi anjir juga lo kagak ngasih tau sekarang ulangan Geografi
(༎ຶ ෴ ༎ຶ)
Dasar setan-dari Lucas yang gans
Alenza menahan tawa saat membaca isi dari kertas itu. Ia kemudian iseng melirik ke arah belakang dan mendapati Lucas yang tengah melotot padanya, tapi setelahnya tersenyum manis.
Dasar random.
"Untung ulangan tulis. Jadi bisa niron," bisik Lucas pada Alenza.
"Wah? Jadinya emang tulis? Wadul, ah."
"Sekarang absen satu sampai empat di dalam, sisanya di luar. Masing-masing bawa kursinya ke depan."
Mendengar hal itu dari Pak Kurniawan, Lucas membelalak kaget.
"Anyink," umpatnya pada Alenza.
"Bye, Cas. Gue duluan tes nya heuheu." Alenza menarik kursinya untuk dibawa ke depan, sedangkan murid lain mulai berhamburan keluar kelas.
"Jug sing jauh!"
"Oke."
.
.
.
.Kamus Sunda:
Niron= nyontek
Wadul= bohong
Jug sing jauh= sana yang jauhHahahaha kira² begitulah arti percakapannya.
Vote dan Comment sebagai dukungan kamu terhadap author!
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaladuta [SELESAI]
Teen FictionAlenza Maharani, menemukan seorang bayi perempuan di dalam rumahnya. Terkejut bukan main. Lenza berusaha mencari siapa yang membawa bayi itu ke rumahnya. Tapi nihil, membuatnya mau tak mau harus mengurus bayi itu. Dirinya berusaha menutupi soal bay...