delapan belas

860 109 4
                                    

Biasakan vote, dulu, ya.
Tinggalkan jejak sebagai dukungan kamu kepada saya🤗

================================

Alenza hanya bisa melakukan peringatan dengan mengirimkan pesan kepada Doris untuk menahan amarah Lucas jika seandainya lelaki itu bertemu dengan Dewa supaya tidak terjadi hal yang tak diinginkan.

Geregetan. Mengapa Dewa tak bisa membiarkan dirinya untuk rehat, menikmati liburan bersama kawan-kawannya.

Ting!

Ada notifikasi pesan yang masuk.

Doris

| G ada Dewa

Alenza

Masa, sih?


Doris

| Cuci muka. Ngigau lo.

Alenza

Ngeselin lo |

Doris

| Eh, tp ada Dirga

Ya...Alenza tidak terkejut.

Alenza

Hm. Jauh-jauh aja |

Doris

| tau dr mn lo?

| dukun y?

Alenza

Nggak |

Nggak salah lagi |

Canda. Jangan ngade-ngade lu|


Mana mungkin Alenza mengatakan bahwa dirinya sudah melihat siaran langsung instagram milik Dirga pada Doris?

Karena tidak ada satu orang pun yang mengetahui, kalau Alenza sejak lama sudah mengikuti akun sosial media Dirga. Ya, jelas dia memakai akun kedua yang teman-temannya pun tidak tahu mengenai akunnya tersebut.

Alenza

Yaudah hati-hati |


Doris

| Hm

Setelah selesai menghubungi Doris, Alenza menyimpan ponselnya kembali. Atensinya kini teralihkan pada barang bawaan dan memilih berbagai macam makanan ringan. Ia pun membuka cemilan itu dan memakannya satu demi satu suapan.

Angin berembus sangat menyejukkan, meniup sehelai rambut legam milik Alenza. Ia sungguh menyukai suasana, aroma, dan panorama saat ini. Jarang sekali ia berlibur apalagi pasca kejadian bertemunya dengan Achila.

Tetapi Alenza tak menyadari bahwa sedari tadi ada seseorang yang meniliknya dari kejauhan, namun masih satu lokasi dengannya.

***

Di perjalanan pulang Lucas sangat antusias melihat-lihat hasil jepretan kameranya. Fotonya sangat banyak, dirinya pun bercerita banyak hal yang  terkadang didengar dan tidak oleh Alenza serta yang lainnya.

Berapa banyak tenaga yang tersimpan dalam tubuh Lucas? Melihat anak itu masih dalam keadaan fresh dan powerfull, sedangkan Doris, Jinan, dan dirinya sudah kuyu karena kelelahan.

Alenza memiringkan kepalanya menyentuh jendela, tangannya tidak berhenti memberikan tepukan kecil pada tubuh Achila supaya lelap tertidur. Netranya hanya menatap jalanan, mengabsen apa yang telah dilewati. Pikirannya kini berkelana secara acak, tidak sengaja mengingat pertemuannya dengan Dewa di masa silam.

Jika diingat kembali itu adalah hal yang lucu. Karena dahulu Dewa sempat bersikap lembut padanya. Hanya padanya lelaki itu selalu terlihat manis dan pemalu di saat yang bersamaan dan Alenza tidak suka akan hal tersebut. Menggelikan.

Tapi, entah apa yang terjadi dengan Dewa tiba-tiba ia bersikap tak acuh. Hingga pada akhirnya, sikapnya berubah lagi dan Alenza merasa terusik oleh tingkah laku Dewa yang terbilang sangat jahil, mungkin hampir mirip seperti seorang perundung, walaupun Dewa tidak pernah menyakitinya secara fisik.

Alenza pun mengeklaim bahwa Dewa adalah musuhnya. Musuh pertamanya.

Tidak lama dari itu ia bertemu dengan Jinan, disusul Lucas kemudian Doris. Kejahilan Dewa semakin menjadi, namun lelaki itu tidak sendiri melainkan sudah menggaet beberapa kawan, yaitu Galih, Abim, dan Dirga, satu-satunya lelaki selain Dewa yang Alenza kenal dan satu-satunya lelaki paling waras di antara yang lainnya.

Alenza pun tidak menyangka jika Dirga akan masuk ke dalam circle Dewa, mengingat sikap Dirga yang sepertinya anti berkelompok atau sosial, dan cuek, merupakan penyebab utama Alenza bisa yakin. Namun ternyata hal itu salah.

Walaupun Dirga satu lingkaran dengan Dewa, ketika mereka memulai aksi untuk mengusik dirinya dan kawan-kawannya, Alenza hanya bisa melihat kebekuan Dirga, diam layaknya patung dan irit bicara.

Mungkin Alenza bisa menganggap bahwa Dirga selama ini telah diguna-guna oleh Dewa.

"Gak asik lo pada, dari tadi gue kayak radio butut yang membangun suasana dari kebisuan ini."

Tidak ada yang membalas Lucas. Semua hanya diam menikmati kebisuan yang dimaksud. Doris sibuk mengemudi, Jinan sibuk dengan ponselnya, dan Alenza semakin tenggelam dalam memorinya.

"Emang dasar titisan mojal. Monyet dakjal semua, kecuali Achila." Lucas merajuk. Menghempaskan punggung ke kursi, kembali ke kegiatan sebelumnya.

Akhirnya, setelah menempuh waktu perjalanan kurang lebih selama empat puluh lima menit, mereka sampai di rumah Alenza. Mengantarkan gadis dan bayi itu pulang terlebih dahulu. Jinan dengan sigap keluar dari mobil, langsung ke arah bagasi membawa barang Alenza dan menaruhnya di dalam rumah.

Lucas kesal karena Jinan mendahuluinya. Jadi ia hanya diam di dalam mobil bersama Doris, berhubung barang bawaan Alenza tidak banyak, hanya 2 tas jinjingan saja yang tentunya Jinan bisa melakukannya.

"Makasih banyak, ya, buat hari ini! Selamat masuk sekolah di hari esok!" Alenza melambaikan tangan dengan senyuman tipis. Lucas membuka jendela, tidak membalas lambaian tangan namun lelaki itu malah menarik kedua pipi dengan tangannya, lalu menjulurkan lidahnya seperti mengejek.

"Ngeselin lo, bangke!" Alenza memberikan kepalan tangan di udara. Tak lama mobil pun melaju meninggalkan pekarangan rumahnya.



.
.
.
.
.

Vote, ya. Tidak seberapa memang...tapi bagi saya satu vote dari kalian sangat berharga.

Menghargai dimulai dari hal yang terkecil.
Mohon maaf dan terima kasih.











Kaladuta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang