tiga puluh

2.5K 130 7
                                    

Kabar tertusuknya Dewa sudah sampai ke telinga teman-temanya, bahkan Dirga menatap penuh penyesalan karena membiarkan saudaranya begitu saja akibat dari perdebatan mereka kala itu.

Alenza tak berhenti mengulang kata maaf, ketika ibu sambung Dewa datang ke ruang rawat inap pasca Dewa dioperasi, dan Alenza pun baru mengetahui bahwa sebetulnya Dewa dan Dirga adalah saudara walau tak sedarah.

Jinan masih dalam pengejaran. Ibunya datang mewakili anaknya untuk meminta maaf atas perlakuan Jinan terhadap Dewa. Ternyata, selama ini Jinan mengalami gangguan kepribadian ambang ringan. Tapi Alenza tak menyangka jika hal itu bisa tertutupi ketika mereka berada dalam satu lingkungan.

Ibu Jinan pun membicarakan bahwa anaknya pernah melakukan percobaan bunuh diri satu kali, tapi untungnya hal itu gagal karena beliau segera mengetahuinya.

Ayah Jinan, Pramudia pun mengalami hal yang sama sewaktu dulu, jadi bisa dikatakan itu adalah faktor keturunan serta lingkungan yang menurun pada Jinan. Tak heran, kalau ibu Jinan, dan ibu Alenza mengalami kekerasan dalam rumah tangga sewaktu mereka menikah dahulu.

Ibu Jinan juga mengatakan bahwa tindakan yang diambil Jinan kali ini adalah impulsif fatal. Alenza tak bisa membayangkan betapa Jinan menahan semua derita gangguannya, dan saat penusukan waktu itu ia pun melihat reaksi Jinan yang terlihat kaget dan tak percaya.

"Za, gue minta maaf," ucap Dirga, pada Alenza saat mereka hanya berdua di suatu ruangan karena Dirga ingin membicarakan sesuatu hal.

"Minta maaf apa?"

"Gue yang enggak peka dari awal, dan sengaja deketin lo demi mendapat apa yang gue mau," ungkapnya. Alenza hanya mendengarkan.

Dirga tertawa kecil, membayangkan kembali perdebatan dengan Dewa waktu itu. "Dia aneh. Selalu mempersulit keadaan diri sendiri," katanya, Dirga menjeda. "Tapi dia gigih, Za. Dewa cukup pintar menyembunyikan luka. Gue mengakui, bahwa laranya lebih besar daripada gue."

Dirga menggapai tangan Alenza yang kini mereka saling berhadapan. "Gue terlalu bodoh. Kebahagiaannya, tanpa sadar udah gue rebut."

****

Sudah tiga hari tapi Dewa tak kunjung bangun. Alenza rutin bolak-balik ke rumah sakit sekadar mengecek keadaan Dewa.

Buah yang ia kupas ia makan dengan malas dan tatapan yang tak lepas dari Dewa. Rencananya ia akan menginap di ruang inap VIP Dewa berhubung Karin tak bisa menjaga karena urusan pekerjaan.

Siang berganti malam, jika esok hari Dewa belum bangun maka di hari keempat besok Alenza semakin digerogoti rasa bersalahnya.

Di subuh gajah Alenza terbangun dari tidurnya karena ada menepuk-nepuk kepalanya sangat pelan. Matanya mengerjap dan tampaklah Dewa yang sudah sadar.

"Dewa, akhirnya...." Alenza bangkit dari duduknya. Semalam memang ia tidur dengan posisi terduduk. "Ada yang sakit? Perlu gue panggil dokter?" tanyanya.

Dewa menggeleng pelan sebagai jawaban. "Gue baik," katanya.

Alenza duduk kembali. Ia memberikan minum untuk Dewa.

"Gue minta maaf, Dewa."

"Buat?"

"Semuanya."

Dewa mengangguk-angguk. "Gue pun. Perlakuan gue selama ini apapun alasannya, mungkin enggak bakal bisa lo terima. Tapi gue bener-bener minta maaf, Za."

Alenza hanya diam, mendengar Dewa bicara, menatapnya dalam diam.

"Jangan tatap kayak gitu. Nanti gue baper gaada yang tanggung jawab," ucap Dewa sedikit terkekeh.

"Gue tanggung jawab," jawab Alenza dengan wajah serius.

Dewa terdiam. Alenza pun terdiam. Kemudian Dewa menyentil dahi perempuan di sampingnya itu.

"Ngalusnya bisa, ya."

Mereka pun sama-sama tertawa.







.
.
.
.
.

-END-

Hehehe, Terima kasih banyak untuk pembaca yang sudah mampir ke cerita ini. Aku sadar bahwa cerita ini sangat jauh dari kata bagus dan aku mengakui bahwa cerita ini banyak sekali kekurangannya. Mungkin ini cerita teraneh yang kalian baca wkwk. Gapapa, aku pun yang nulisnya ngaku 👍
Cerita ini sudah tersimpan satu tahun, jadi butuh otak bolak-balik buat melanjutkan setiap bagiannya. Udah mentok karena aku gak buat kerangka samsek.

Bila ada waktu akan segera diperbaiki dengan merombak ulang bukan direvisi lagi😆

Kaladuta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang