"Btw, tumben banget lo terlambat masuk tadi, Dir." Galih bertanya ketika ia sampai di meja kantin, menghampiri kawan-kawannya sembari membawa semangkuk bakso tanpa mie.
"Merah banget tuh kuah bakso, lu mau jadi sobat Magdalena youtubers mukbang?" Dewa bertanya, mungkin terlihat ngeri baginya.
"Gak," jawab Galih santai.
"Kasih kecap, atuh. Teu pahang?" Abim menyodorkan kecap pada Galih, namun temannya itu langsung menyingkirkan botolnya begitu saja.
"Aman-aman. Buat apa kasih kecap? Kan gue udah manis...."
"Geleuh maneh."
"Macet, Dir, tadi?" Galih masih bertanya, karena pertanyaannya belum terjawab.
Dirga hanya berdehem sebagai jawaban. Namun Abim mengangkat satu alisnya.
"Emm...tapi gue liat mobil lo berhenti depan cewek. Tapi gatau juga si, soalnya gue lagi enggak pakai kacamata, dan supir gue ngebut."
Galih terkekeh. "Macet apa macet, nih? Tapi si Bibim bisa ngebut tuh," katanya terdengar menggoda Dirga.
"Salah liat lo," balas Dirga acuh tak acuh.
Abim terdiam sejenak, lalu menggangguk-anggukkan kepalanya. "Mungkin iya."
Sementara itu Dewa hanya menyimak pembicaraan mereka. Sesekali melihat Dirga secara sekilas.
"Jangan lupa Pj nih kalau udah official," bisik Galih pada Dirga. Tapi Dirga tak menanggapinya.
Tak kalah asiknya berkumpul dengan Dewa dan kawan-kawan, ada sekumpulan murid lain di sana yang notabene terkenal seantero sekolah, jarak perkumpulan di antara mereka mungkin dibatas oleh dua meja saja.
"Terus pulangnya mau langsung diambil?" tanya Lucas. Alenza menggangguk.
"Cuma masalah di mesinnya gitulah, pokoknya kata si Aa bengkelnya sih bisa langsung dikendarai lagi. Aman. Don't worry be happy."
"Nana antar ke bengkelnya ya, Nza?" ucap Jinan ramah seperti biasa. Tentu saja Alenza menyambutnya dengan senang hati.
"Duh, Nana baik banget, sih! Peka banget! Sebetulnya sih gue bisa sendiri, tapi karena Nana maksa yaudah deh gapapa," kata Alenza dengan gaya so jual mahal.
Lucas menatap jijik.
Doris tidak peduli.
"Drama banget anjir."
"Eh? Nana enggak maksa. Ralat deh, Nana cuman menawarkan aja."
"Syuttt syutt!" Telunjuk Alenza menempel di bibir Jinan, dan berhasil membuat pemuda itu termangu untuk sesaat.
"Gausah ada ralat ralat. Perkataan pertama suka bener. Nana boleh anterin Nza, kok, dengan senang hati."
"Najis."
"Apasi, Cas? Lo juga mau anterin gue?" Mendengar hal itu Lucas langsung berpura-pura muntah. "Duhh...susah ya kalau jadi primadona. Diperebutkan sana-sini."
"Ngimpi. Primadona kagak, dakjal iya."
Alenza melotot dan pura-pura marah dengan mengangkat kepalan tangannya ke arah Lucas, sebagai bentuk kesal terhadapnya. Lucas memperolok-olok dengan membuat wajah lucu, ia menggigit bibir sampai deretan giginya keluar, tak lupa matanya pun mengikuti Alenza.
"Geleuh." Alenza tertawa terbahak-bahak. Namun, beberapa detik kemudian garis tawanya hilang, ketika Dewa sang perusuh sebenarnya datang dengan tampang suci nan palsu.
Doris yang tadi tak terganggu sama sekalipun, langsung menyimpan sendoknya di atas piring. Iya, dia sedang menikmati makan siang.
"Duh, jadi hilang selera makan, ya? Kasian kesayangan gue...." Lucas bertanya--ah lebih tepatnya memberi pernyataan kepada Doris.
"Masa, sih? Bukannya kalau ada gue jadi bertambah ya napsu nya?"
"Napsu apaan, bos?" Galih bertanya, mengundang delikan Dewa. Seketika Galih mengalihkan pandangannya.
"Napsu baku hantam sih iya..," sambar Lucas.
Alenza melihat Lucas yang amarahnya sudah hampir memenuhi puncak. Mungkin satu kali umpan lagi, Lucas akan seperti seekor singa yang siap menerkam mangsanya hidup-hidup.
Ia tahu bahwa Lucas sudah menahannya dari lama.
"Mending kalian pergi dari sini," ucap Alenza, lebih baik mengusir terlebih dahulu. Antisipasi sebelum antipati.
"Oh, gue lupa belum ngucapin selamat atas kembalinya lo ke sekolah ini, Alenza." Kali ini Dewa menghadap Alenza. Senyumnya tak pernah berubah sejak dulu, tersenyum miring seperti memandang rendah seorang gadis di dekatnya itu.
"Tapi, kayaknya gue terlalu baik gak sih untuk beri masa skorsing yang sangat sedikit?" Dewa sedikit mendekatkan dirinya pada Alenza. "Harusnya gue blacklist aja dari sekolah, ya?"
Brug!
Satu hantaman keras mendarat di pipi Dewa. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Lucas. Orang-orang seisi kantin terperangah, atensinya terfokus pada dua insan yang saling beradu tinju.
Teman-teman dari mereka saling meleraikan. Abim, Galih, dan Dirga memegang kuat-kuat Dewa yang sudah lebam di pipinya, dan mulutnya sudah dipenuhi darah. Doris, Jinan, dan Alenza mencoba menahan Lucas, bahkan Alenza memeluk erat Lucas yang sudah babak belur, sudut bibir dan hidungnya mengeluarkan darah segar.
"Setop, Cas. Gue enggak akan maafin lo kalau pukulan itu terjadi lagi." Alenza berbisik, semakin mengeratkan pelukannya.
Lucas terbatuk. "Lo meluk atau nangkep belut, sih? Engap bego."
.
.
.
.Kamus Sunda:
Geleuh: jijik
Maneh: kamu
(Tapi kata maneh ini agak kasar, ya)Teu pahang? =
Teu= tidak
Pahang di sini artinya kalau makan yang ada cabenya banyak rasanya bakal pahang, sampai enggak kerasa asin, manis, dsb..Haha lebih dr 1 bln aku nggak update.
Vote dan Comment sebagai dukungan kamu terhadap author!
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaladuta [SELESAI]
Teen FictionAlenza Maharani, menemukan seorang bayi perempuan di dalam rumahnya. Terkejut bukan main. Lenza berusaha mencari siapa yang membawa bayi itu ke rumahnya. Tapi nihil, membuatnya mau tak mau harus mengurus bayi itu. Dirinya berusaha menutupi soal bay...