tiga belas

1.1K 133 0
                                    

Setelah kejadian tak mengenakkan di kantin tadi, mereka yang terlibat diseret ke ruang BK. Sekarang, Dewa dan Lucas berada di ruang UKS untuk mendapatkan perawatan, seperti diberikan obat antiseptik dan kompresan di bagian wajah yang lebam.

Alenza serta Dirga ada di sana untuk menemani salah satu temannya, sedangkan yang lain mengikuti kegiatan pembelajaran selanjutnya.

Dengan lihainya Alenza mengurus Lucas. Sengaja memang lelaki itu menyingkirkan dokter dan anggota PMR yang akan membantunya, dan menunjuk Alenza sebagai gantinya. Sementara Lucas tengah diurusi, Dewa memperhatikan interaksi musuhnya itu lewat tirai pemisah antara keduanya yang masih terbuka.

Merasa tengah diperhatikan, tangan Lucas dengan cepat menarik tirai di sampingnya itu dan sedikit membuat Alenza terkejut.

"Sorry, ada mata setan yang ganggu," jelas Lucas. Alenza hanya menghela napasnya, lalu melanjutkan kegiatannya lagi.

Dewa menggertakkan giginya, dan tiba-tiba mengusir dokter sama seperti yang dilakukan Lucas sebelumnya. Dirga yang sedari tadi duduk di samping Dewa tak merubah raut wajahnya sama sekali, hanya menatap datar.

"Setelah lo usir orang-orang itu,  siapa yang akan ngurus lukanya?" tanya Dirga, melipat kedua tangan di depan dada. "Jangan berharap gue yang urus," imbuhnya.

Dewa melirik sinis, "dan gue sama sekali enggak mengharapkan hal itu, termasuk lo yang duduk di sini."

Netra mereka saling bertemu. Dewa yang menatap dengan penuh api kemarahannya, dan Dirga yang menatap dengan tatapan biasanya. Setelah itu Dirga beranjak dari kursi, lalu pergi meninggalkan ruang UKS. Seperti yang diharapkan oleh Dewa.

"Gue ambil teh hangat dulu, ya," ucap Alenza pada Lucas, lalu melangkah melewati tirai dan melihat ke arah lelaki yang terbaring di sana——Dewa. Lelaki itu sempat melihat Alenza, namun dengan cepat membuang muka dan mengubah posisi tidurnya menjadi miring, menghadap tembok. Lalu Alenza pun melanjutkan niatnya tadi.

Beberapa menit sudah membuat teh hangat, Alenza membawa dua gelas teh di tangannya. Sebelum sampai di tempat Lucas, ia memberikan satu teh nya di meja Dewa tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Saat ia tengah membantu Lucas untuk meminum teh nya, tiba-tiba suara benturan terdengar nyaring di telinga. Tangan Lucas refleks menggeser tirai, dan terpampang lah wajah Dewa yang menatapnya dingin, sedang di lantai air teh dan pecahan gelas sudah tersebar tak karuan.

Lucas seketika melirik Alenza, "lo ngasih buat dia juga?"

Alenza tak menjawab. Ia malah akan bangkit dari duduknya, berniat untuk membersihkan apa yang terjadi, namun pergerakannya ditahan oleh Lucas.

"Enggak usah. Biar manusia gak tau diri yang beresin."

"Usah. Bahaya kalau orang lain lewat."

Tak lama ketika Alenza tengah mengambil serpihan beling itu, datang lah Dirga yang dengan sigap membantunya. Alenza sempat terkagetkan. Dewa memandang mereka dengan tersenyum remeh.

"Udahlah, Za, tuh ada si Dirga. Itu kan ulah temennya. Sini duduk sama gue." Lucas masih berkukuh, ia menepuk-nepuk kursi di sampingnya supaya Alenza kembali dengannya.

"Biar gue yang beresin," bisik Dirga pada Alenza, yang akhirnya gadis itu pun duduk kembali di samping Lucas.

"Lagian ngapain, sih, lo ngasih dia minum? Beda urusannya kali," omel Lucas sembari merotasi matanya sebal.

"Tadi gue masih punya hati nurani sama dia. Kalau udah kejadian kayak gini, ya udah gue enggak akan lagi."




.
.
.
.
.

Vote dan Comment sebagai dukungan kamu kepada author.

Terima kasih!





Kaladuta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang