Time Mark :
Third Year End Holidays•••
Seperti yang dibilang beberapa waktu lalu, Vanesha sungguh menghabiskan liburan tahun ini bersama dengan keluarga Malfoy. Dia sudah mendapat ijin dari kedua orang tuanya, meskipun mereka takut anaknya dalam bahaya.
Vanesha tidak tau, apa bahaya yang mereka maksud.
Saat ini Vanesha dan Draco sedang menunggu Lucius untuk menjemput mereka berdua. Well, sebenarnya mereka bisa saja apparate berdua ke Malfoy Manor, tapi ini tidak diperbolehkan oleh Narcissa.
"Itu dia," ujar Draco saat melihat ayahnya datang.
Lucius berjalan menghampiri kedua bocah yang daritadi menunggu di stasiun Hogsmeade, "Ah, Miss Black. Kita belum pernah bertemu secara resmi, ini suatu kehormatan bagiku," ujar Lucius.
"Hello, Mr. Malfoy. It's a pleasure to see you too," jawab Vanesha seramah mungkin.
Menurutnya, cara bicara ayah Draco lebih dingin daripada Draco. Agak sedikit menakutkan.
•••
"Ah, my darling Vanesha!" ujar Narcissa saat melihat Vanesha sudah berada dirumahnya, "How do you feel?"
"It's great, aunty. I miss you, too!" ujar Vanesha membalas pelukan Narcissa.
"Mother, bukankah kau bilang bahwa kami berdua adalah saudara jauh? Bagaimana bisa kau terlihat sudah lama mengenal Vanesha?" tanya Draco.
"Oh, dear Draco. Vanesha berasal dari keluarga Black. Tentu saja mother mengenalnya!"
Vanesha dengan senyum yang masih terpajang, mendengar semua penjelasan bibinya itu. Menurutnya, bibinya ini adalah orang yang paling lembut dalam menanggapinya.
Bisa dibilang, dia adalah orang kedua setelah Sirius Black yang sering menenangkan Vanesha saat masih kecil.
"Mother, yang lahir duluan, aku atau Van?" tanya Draco.
"Apa yang kau tanyakan itu, Draco?" tanya Lucius yang terlihat heran dengan anaknya.
"Tidak apa, Mr. Malfoy," ujar Vanesha. "Aku lahir enam hari sebelum kau lahir, Draco," jawab Vanesha.
"30 Mei?" jawab Draco tanpa terlihat menghitung. Vanesha mengangguk.
"Jadi, gunakan sebaik mungkin liburan ini untuk mengenal satu sama lain. Aku tidak mau kalian malah bermusuhan di sekolah," ujar Narcissa.
"Aku dengar, kau sudah bisa merapalkan mantra untuk Patronusmu ya, Miss Black?" tanya Lucius.
Draco juga sepertinya terkejut dengan pertanyaan ayahnya, dia menatap Vanesha, menuntut jawaban.
Vanesha tersenyum dan mengangguk, "Itu benar, Mr. Malfoy,"
"Siapa yang mengajarimu?" tanya Lucius, lagi.
"Uh, aku tidak sengaja mendengar percakapan Potter dan Profesor Lupin tentang hal itu," jawab Vanesha, berbohong.
Jujur, dia tidak tau bagaimana dia bisa mengerti tentang mantra Patronus. Intinya, dia melihat di pikirannya, bahwa Harry dan Lupin membicarakan hal itu.
"Oh, lalu apa wujud patronusmu?" tanya Narcissa yang ikut tertarik dengan percakapan ini.
"Angsa, aunty," jawab Vanesha.
"Brilliant, Van. Itu artinya kau mempelajari mantra yang cukup sulit itu sendirian, kan?" tanya Narcissa.
Vanesha mengangguk dan mendapat tepuk tangan dari ketiga anggota keluarga Malfoy itu.
•••
"Van, kenapa mother tadi bilang bahwa Patronus adalah mantra yang cukup sulit?" tanya Draco.
Saat ini mereka sedang berada di halaman luar Manor, menikmati langit malam. Meskipun tanpa bintang.
"Karena kau harus mempunyai memori bahagia yang kuat dan melekat di pikiranmu. Mantra itu untuk mengalahkan Dementor, jika memorimu tidak cukup kuat, maka kekuatan mantranya juga lemah," jelas Vanesha dalam sekali tarik napas.
Draco tersenyum miris, "Apa memori bahagiamu, Van?"
"Awalnya aku mengingat hari pertama aku diterima di Hogwarts dan mulai berbelanja kebutuhan sekolah. Tapi itu kurang kuat,"
"Jadi?"
"Jadi aku menggunakan memori pada saat keluargaku memujiku dengan sihir pertamaku di umur 7 tahun,"
Draco terkejut, "7 tahun?"
"Iya, Draco. Aku baru bisa menggunakan sihirku saat aku berumur 7 tahun. Sebelum itu, semua keluargaku merendahkanku dan mengatakan bahwa aku adalah squib. Tapi, paman Sirius dan ibumu sering menguatkanku," jelas Vanesha.
Kini Draco mengerti, mengapa Vanesha sangat sakit hati melihat Sirius yang lebih memuji Harry dan Hermione malam itu. Juga, mengapa ibunya bersikap sangat lembut terhadap Vanesha.
"Kau harus bisa merapalkan mantra Patronus, Draco!" seru Vanesha.
Draco menggeleng, "Aku rasa aku tidak punya cukup kenangan bagus dalam hidupku."
Vanesha menghadapkan tubuhnya pada Draco, "Sungguh? Coba kau ingat lagi, kejadian apa yang membuatmu sangat bahagia."
"Entahlah, Van. Mungkin lain waktu,"
Padahal dalam pikiran dan batinnya, "Pada saat father bangga, aku berhasil masuk Slytherin atau saat aku berhasil menemukan teman yang sangat tulus, seperti Vanesha."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
amortentia (ft. draco malfoy)
FanficThey love each other even amortentia isn't needed. strawberlin, 2021