Empat Puluh Satu - dunia aksara

818 33 12
                                    

mendengar penyerangan yang terjadi di rumahnya, aksara pada saat itu juga terbang kembali dari luar kota. ia menatap bingung arka yang duduk sendiri dengan tatapan lurus.

"arka," panggilnya. 

laki laki itu menoleh. sorot matanya terlihat kosong.

"zevana mana? eh engga engga, bunda gimana?"

zevana. gadis itu pasti sedang beristirahat kan kalau tidak bersama arka?

arka menunjuk pintu di hadapannya menggunakan dagu.

helaan nafas keluar dari mulut aksara. mungkin ini memang sudah waktunya. apapun yang terjadi ia harus terima. vinka sudah cukup lelah menahan semua rasa sakit selama beberapa tahun belakangan.

aksara mengandarkan badannya di tembok rumah sakit.

dokter ainun muncul dari balik pintu. aksara dan arka kompak menghampirinya.

"bapak aksara, bapak di persilahkan untuk masuk."

ya, dokter ini mengenal baik aksara maupun vinka. ainun kagum dengan keyakinan sepasang suami istri ini. aksara selalu menemani vinka bagaimana pun kondisinya. mereka selalu percaya, vinka akan sembuh seperti sedia kala.

"saya?"

ainun menatap bingung arka. tetapi ia bisa menebak, arka adalah anak yang selalu diceritakan oleh vinka setiap kali vinka menjalani pengobatan.

wanita itu tersenyum lalu menggeleng tanda arka tidak di perbolehkan untuk masuk.

"saya anaknya," arka mulai meninggikan suaranya.

aksara menepuk pundak arka lalu berlalu masuk ke dalam. terlihat disana vinka berbaring lemah dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya.

senyuman lembut tercetak di wajah aksara. ia menghampiri vinka. di usapnya air mata vinka yang lolos begitu saja.

"saya disini," aksara mengusap rambut vinka. wanita itu ikut tersenyum, wajahnya menunjukan lelah yang selama ini ia tahan.

"m-as."

aksara mendekatkan kupingnya. "iya kenapa sayang?"

"a-a-ak-u" bibir vinka terasa kelu, kata katanya tidak bisa terucap dengan jelas. air mata yang keluar semakin deras. ia merasa lemah. ia benci. ia benci semua yang terjadi kepadanya. ia merasa tuhan terkadang tak adil kepadanya. mau berapa tahun lagi ia berjuang hingga menunjukan titik terang dari penyakitnya?

"kenapa? kamu lelah hm?" aksara memejamkan matanya. ia menarik nafasnya dalam dalam. tak terasa air mata sudah tidak dapat ia mendung lagi. "saya melepas kamu, vinka."

sekujur tubuh vinka terasa sakit.

di genggam erat tangan vinka yang bergemetar. "pergi, saya ikhlas."

vinka semakin terisak.

"pergi jika itu buat kamu tidak merasakan sakit." aksara menempelkan keningnya dan kening vinka. "saya ikhlas."

aksara mengantarkan vinka dengan doa. kening keduanya masih masing bertemu. "saya cinta kamu."

TITTT

dunia aksara hancur.

tidak ada lagi senyuman manis dan polos yang akan vinka berikan kepadanya setiap hari. tidak ada lagi sapaan dari mulut vinka. tidak ada lagi godaan godaan yang di lontarkan oleh vinka. tidak ada lagi vinka. tidak ada.

aksara mengecup kening vinka dalam menyalurkan semua rasa kasih sayang.

tangannya bergerak memencet tombol dokter. tidak membutuhkan waktu yang lama ainun datang dengan terengah. aksara hanya diam. ia duduk di samping kasur, masih menggenggam tangan vinka.

Zevana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang