Dua puluh - peduli

878 49 1
                                    

arka menghajar lawannya tanpa rasa kasihan. bisa bisanya tangan kotor laki laki ini menyentuh pipi miliknya. tujuan awalnya membuat gadis itu menderita tapi mengapa ia malah semakin peduli?

namun arka tidak mau memikirkan itu. ia mengikuti kata hatinya saja. terlihat tidak ada yang berani ikut campur dalam lingkaran arka.

lawannya sudah tidak memberikan perlawanan sedari tadi dan tidak ada tanda tanda arka akan mengakhiri kegiatannya. zerga yabg ingin cepat pulang karna khawatir dengan kondisi ayahnya pun bergerak untuk memberhentikan arka

bughhh

satu tonjokan di terima arka. hampir saja zerga menerima balasan dari arka, teman teman arka dan zerga berteriak panik. mereka juga bingung kenapa zerga sampai berani menghentikan arka

"udah, lo kayak monster kalo kayak gini"

arka menghentakan tangan zerga yang berada di kerahnya

"lo gak tau"

"apa? gak tau apa?"

gatran yang selalu jadi penengah maju ke antara kedua laki laki itu. "kita balik, kita omongin di markas"

arka mengangguk dan melirik sebentar ke arah ketua levator, sebelum meninggalkan gedung. menyisakan anggota levator yang sudah tak berdaya terlebih ketuanya

"sampah"

~•~

deru motor sport para anggota wolveranger membelah keheningan malam. arka berhenti di depan markas mereka di ikuti oleh yang lainnya

"sebenernya lo kenapa sih ar? gua gak pernah loh kayaknya ngeliat lo semarah ini" tanya kafkha memecahkan keheningan

"kalian gak paham"

zerga menarik nafasnya panjang. keinginannya sekarang hanya pulang. "gimana gua tanya? gimana cara kita paham kalo lo tiba tiba ngasih perintah ke gua, terus langsung ngehajar habis si revan?" ada terselip emosi disana. ia tau Wolveranger dan levator bermusuhan tapi ia tidak suka jika Wolveranger yang terlebih dahulu mencari gara gara tanpa sebab

"coba lo jelasin ar" kata gatran tenang

"ada korban"

"hanya itu? setau gua lo gak pernah mau urusin. karna menurut lo itu salah mereka yang gak bisa jaga diri" zaky mengambil cola dan meminumnya

"ini beda"

"lo bisa jelasin yang bener gak sih. sekali sekali gitu lo ngomong satu paragraf. gak bisa? sini gua oprasi mu--

"ashilla"

mata zerga membesar. bukannya kemarin gadis itu masih baik baik saja? bagaimana bisa ia menjadi korban levator?

"astaga apa hubungannya cewek centil itu sama lo" jelas sekali nendra tidak suka terhadap zevana. mungkin... ia berada di pihak syeila, tidak netral seperti yang lainnya.

"bacot lu! dede gemesh gua kenapa?" agam menoyor kepala nendra. pasti ada yang salah jika arka semarah ini pikirnya

"di tampar"

"ELAH CUMA DI TAMPAR DOANG, anjing lo ar. gua buang tenaga doang belain si centil. korban yang lain lebih parah kali"

kilatan amarah kembali hadir di mata arka. "lo marah?" tanyanya di susul dengan seringai

di tengah keributan, zerga bergulat dengan pikirannya. gimana arka tahu? berarti yang zerga dengar tadi saat telfonan dengan zevana pun benar? ada hubungan apa di antara mereka? persetan ada yang lebih penting. ia juga harus membalaskan perbuatan revan

"gua cabut duluan, ngantuk"

~•~

di sisi lain, zevana sudah selesai dengan kegiatan membersihkan diri. ia menatap bingung pesan yang di kirimkan oleh aero. di sana terpampang berkas identitas syeila, namun kata aero banyak informasi yang di sembunyikan. itu berarti zevana harus bermain lebih baik lagi

tangannya dengan lincah mengetikan jawaban untuk pesan aero. pertama, masukin tim zervanos ke perusahaan papa syeila. kedua, cari latar belakang perusahaan itu karena zevana menangkap hal aneh. ketiga, cari informasi dengan menyelinap di rumah syeila

"bobo aja lah. kenapa jadi ribet banget sih"

baru saja zevana terjun ke alam mimpinya. suara bunyi ponselnya menganggu tidurnya

"siapa sih astaga jam 2"

mata zevana yang setengah terbuka membaca nama yang terus menghubungi nomor telepon zevana

"dikta?"

tangan zevana bergerak untuk memencet tombol hijau

"halo?"

"vana, revan masuk rumah sakit"

"HAH?! kok bisa?"

"nanti gua jelasin, kalo lo mau jenguk besok aja, sekarang udah kemaleman nanti lo kenapa kenapa"

"yahh dikta, padahal vana khawatir"

"jangan bandel, selamat tidur cantik"

'oke kita lanjut bobo, percayain sama inti levator, vanna' gumamnya. setelah itu zevana kembali ke alam mimpi

"ASTAGA APA LAGI" teriak zevana, lagi lagi handphonenya berbunyi. tanpa melihat namanya. zevana langsung mengangkat telefon itu

"tau ga si vana lagi bobo. ganggu banget. ngantuk ishh"

"bawel"

"zerga?"

"ya"

"kenapa? cepett vana mau bobo lagi"

"lo.. jadi korban levator?"

refleks zevana langsung mematikan sambungannya. rasa kantuk yang menyerangnya hilang entah kemana.

pertama dikta, kedua zerga

revan masuk rumah sakit

apa.. ini berhubungan?

Zevana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang