Sembilan belas - orang ke tiga?

907 51 2
                                    

mobil sport arka berhenti di depan sebuah rumah. "arka, ini rumah siapa?"

"kita"

Zevana tidak dapat menyembunyikan senyumannya. ia senang ternyata arka sangat jauh dari perkiraannya.

ia berpikir arka sama sekali tidak akan mau mengurusi dan menyiapkan sesuatu untuk acara perjodohan mereka

ia berpikir arka sama sekali tidak akan mau mengurusi dan menyiapkan sesuatu untuk acara perjodohan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"suka?"

Zevana mengangguk sambil menatap takjub rumah tersebut. "bangettt, tapi apa engga terlalu besar?"

"ga, lo ga bisa liat rumah orang tua kita masih lebih besar?"

"tapi kan kita tinggal berdua"

"siapa bilang ber seribu" arka melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah. bagaikan anak ayam, zevana diam mengikuti arka.

tangan arka terulur untuk menarik tangan zevana agar gadis itu berjalan di sebelahnya bukan di belakangnya

senyuman manis terbit di wajah cantik zevana

"lo boleh keliling keliling, kamar lo di sana" arka menunjuk salah satu pintu saat mereka sampai di lantai tiga. "di sebrang kamar lo itu kamar gua. besok lo kasih inspirasi buat renov kamar lo. biar pas udah nikah lo bisa langsung pake kamarnya sesuai keinginan lo"

ada rasa kekecewaan sekaligus kelegaan. kecewa karna kamarnya dan kamar arka berpisahan, dan lega karena itu berarti zevana tidak harus memusingkan penampilannya

"arka beli rumah ini kapan? ga mungkin secepet itu dong arka beli rumah ini pas tau mau di jodohin sama ila"

"pede. pas kenaikan kelas"

mulut zevana membentuk huruf O. tak mau memikirkan jawaban arka, zevana berjalan memisah dengan arka.

ia berjalan memasukin ruangan yang kata arka akan menjadi kamarnya. luas dan tidak berlebihan. kamarnya tidak mendapatkan balkon, padahal itu adalah spot kesukaan zevana.

kamar di rumah ini ada 3, tiga tiganya ada di lantai yang sama, sedangkan lantai 2 dan lantai satu berisi ruangan ruangan untuk berkumpul, menonton film, bermain PS, dan lain sebagainya

"ASHILLA" teriak arka menggelegar

dengan cepat zevana menghampiri asal suaranya, ada sedikit ketakutan. ia takut arka akan membentak bentak atau pun memarahinya

"iya arka kenapa?"

"kita balik"

"yah kak, illa masih mau keliling keliling"

"pulang atau gua tinggal"

Zevana menghela nafas pasrah. jelas ia akan memilih pulang. jika tidak sudah berapa kali arka meninggalkan nya?

tak bisa lepas dengan kata cerewet zevana terus berusaha mengajak ngobrol arka. tidak ada satu pun perkataan zevana yang di tanggapi dengan minat oleh arka

Zevana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang