Empat puluh dua - araster

830 34 19
                                    

zevana mengedipkan matanya beberapa kali. cahaya lampu tepat mengenai retina matanya. silau.

shh

gadis itu mencoba merubah posisi. senyuman yang tak penah tertinggal tercetak di tempatnya. orang orang tersayangnya ada disini. yaa kecuali arka, asyra, adam, vinka, dan aksara.

vinka ya?

bagaimana kondisinya sekarang? zevana harap baik baik saja.

tangannya mengelus rambut zerga penuh kasih sayang. ia sangat beruntung zerga bisa bergerak dengan cepat dalam menyelesaikan masalah.

waktu menunjukan pukul 12.27 malam. kalau ia menghampiri vinka sekarang, kemungkinan besar ia tidak akan bertemu dengan arka. zevana ingin menghindar untuk sementara.

ia tidak suka rumah sakit.

zevana mencabut paksa infus yang berada di punggung tangannya. perih. tetapi ia tidak memperdulikan itu.

diambilnya selimut dan berjalan tertatih tatih mendekati lion dan aero yang tampak tidak menggunakan pakaian yang tebal untuk sekedar menghalau hawa dingin.

selesai menyelimuti keduanya, zevana berjalan keluar. setiap langkahnya ia mencari tumpuan.

"saya tahu kamu bakal bangun."

Zevana mendongak. ayah dari arka itu sedang menyandarkan pungungnya dengan tangan yang setia di dalam kantung. aura aksara dan arka memang tidak jauh beda.

ah namanya juga bapak dan anak. wajah mereka saja sangatlah mirip.

"ini. kabur dari rumah sakit? ide yang bagus."

gadis itu hanya diam memandang bingung aksara.

"tangan," aksara menaruh hansaplast yang ia julurkan tadi ke tangan zevana.

pria itu diam ketika menurutnya zevana sudah mengerti maksudnya.

selesai zevana memasang hansaplast, aksara menarik nafasnya. "istri saya sudah tenang."

"APA?! MAKSUDNYA?"

"apa yang tidak jelas? vinka sudah tiada."

"A-AYAH KE-KEMARIN VANA BERHASIL NYELAMATIN BUNDA DARI PENYERANGAN. k-ke-napa bisa..," ujar zevana di akhiri dengan lirihan. kemarin dia berhasil keluar kan bersama vinka? zevana terus meyakinkan hatinya.

"betul, kamu berhasil. ini bukan penyerangan vana. ini soal penyakit istri saya."

kaki zevana melemas. badannya terjatuh begitu saja. zevana duduk tepat di depan aksara yang masih menyandar di tembok.

"e-engga mung-kin yah. dokter ainun pasti salah."

aksara membungkukan badannya lalu menepuk pelan pundak zevana. "ikhlas kan," setelah itu ia kembali menegakan badanya.

"saya tau kamu mau ke vinka. ayo."

Zevana menerima uluran tangan aksara. tangannya terus memegang bekas luka di yang baru saja selesai dioperasi.

"kenapa?" aksara menoleh karena menyadari zevana berjalan dengan lambat.

"ke tembak."

kekehan kecil keluar dari mulutnya. "tenyata kamu seberjuang itu."

sangat di sayangkan arka terlalu membawa emosinya sehingga tidak ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. tenang, aksara berada di pihak zevana setelah mengetahui prilaku arka dari zerga.

"itu, vinka disana. kamu mau masuk?" aksara menunjuk ruang jenazah dengan dagunya. jelas perkataan aksara di sambut gelengan oleh zevana. lagi lagi aksara terkekeh. menantunya memang sangat lucu.

Zevana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang