"After pretending to be strong,
I’m just a young child. Come to me
The moment I got used to the darkness
The stars fell and fell. The light seems to know my heart It’s filling up, filling up this place." — From Me . GFriend
Semilir angin bertiup di musim hujan, tepat pada sore ini. Membuat atmosfer semakin terasa senyap. Lentera yang dibawa masing-masing orang, membuat suasana terasa ramai dengan perpaduan suara antara api lentera dari satu dengan lainnya. Suara langkah kaki di lantai, berjalan dengan angkuhnya sebagai pijakan. Hitam adalah warna yang mendominasi untuk sore ini. Begitu kelam, dan mengerikan.Di dalam sebuah ruangan, dengan beberapa orang didalamnya-tengah tersedu-duduk didekat ranjang, seraya memeluk tubuh yang sudah terbujur kaku diatasnya. Duka adalah perasaan yang menyelimuti satu sama lain, semuanya menunduk, dibalik topi hitamnya masing-masing. Semua saling memberikan penghormatan terakhir, ada yang datang dengan bunga mawar putih ditangannya-dan ada juga yang membawa bunga mawar merah. Bercampur baur.
Kematian seorang tunangan dari Anak sulung keluarga tersohor. Benar-benar menggemparkan kalangan masyarakat sekitar. Semuanya berbondong-bondong untuk datang-melihat untuk terakhir kalinya. Namun juga tidak sedikit yang datang hanya sebuah formalitas belaka, meski hanya menertawai yang berduka dibalik topi hitamnya dengan angkuh.
Salah satunya dia berdiri di sini. Sebagai tokoh utama yang seharusnya tersakiti, atau perannya adalah menangis tersedu sambil memeluk batang tubuh di sana, seluruh tubuhnya yang sudah mendingin. Seakan tidak mampu, bayangan demi bayangan yang kembali berputar, seperti monitor didalam pikirannya terus berjalan. Menggigit bibirnya yang pucat tanpa warna. Sangat kencang, hingga ia meringis dibuatnya sendiri.
Semua orang di samping, belakang, samping kiri; mungkin menatapnya iba. Semua saling berhadapan, bertanya-tanya dan menerka raut wajah apa yang ditunjukkannya. Namun nihil, mereka yang membayangkan penuh hiburan, ketika melihat mimik wajah bersedih, tidak percaya. Kini hanya terbalaskan dengan tatapan dingin, kosong, tidak bisa diklaim bahwa dia mengeluarkan mimik wajah salah satu opsi di atas.
Jung Yerinicka. Namun, dibalik raut wajah yang tidak menyenangkan. Di dalam lubuk hatinya yang paling terkecil dan sangat dalam, dia kembali merasakan rasa sakit itu lagi. Perasaan yang sama ketika usianya menginjak delapan belas tahun. Tidak berselang lama, selepas empat tahun berlalu, kini kenangan kelam itu kembali terjadi. Orang yang terbujur kaku dengan tubuh dinginnya-hanya berbeda orang dan status, membuat ia lagi-lagi ingin menangis histeris, seolah kemarin malam masih sangat kurang.
Meski keduanya tidak saling menginginkan, atau dengan kata lain berhubungan secara dijodohkan. Tetapi, sebelumnya sudah sepakat untuk saling mengisi, membuat kebahagiaan dibalik campur tangan orang dan berharap menjadi takdir akhir. Bayangan sebuah 'kebahagiaan' kini gugur pergi bersama pupusnya sang tunangan. Langkah kaki yang menyusuri lantai terdengar, semakin dekat, hingga merasakan seseorang merengkuh tubuhnya erat. Namun, sama sekali tidak terasa suatu kenyamanan didalamnya, seakan hanya tipu muslihat yang ditunjukkan.
"Honey ... Berhenti menunduk sedih, aku mengerti perasaanmu. Angkat dagumu, sayangku. Menangislah," ucapnya penuh penekanan, seolah perintah yang mutlak untuk ditolak. Tangannya mengangkat dagu, membuat kedua pasang mata itu saling berhadapan. Kemudian memeluknya kembali erat. Benar-benar seorang drama queen. Mencerminkan sebagai Ibu tiri 'yang baik' didepan khalayak banyak adalah tujuannya saat ini. Tidak ada ketulusan, tapi meningkatkan kesohoran-seraya menghapus rumor buruk yang selalu berseliweran di kalangan orang-orang tentang dirinya.
Yerinicka sendiri tidak menolak, juga tidak menerima dengan tulus. Sebelumnya, dia sudah tahu apa yang wanita ini inginkan. Semuanya menutup mulut-orang-orang yang berada disekitar mereka-hatinya terenyuh melihat sepasang sosok Ibu dan Anak sambung yang terlihat akur dan baik-baik saja. "Tidak seperti rumornya, Nyonya besar yang baru adalah Ibu yang baik." Itu yang dia ingin dengar dari mulut orang-orang yang diatur layaknya boneka. Namun, wanita ini juga benci disebut yang 'baru'. Hanya dia, satu-satunya Nyonya besar penguasa Keluarga Jung setelah Suaminya.
Hanya diam. Seolah naik turun mengangguk-angguk, setuju masuk ke dalam drama yang tengah dibuat oleh Ibu tirinya. Sangat lucu rasanya, sama seperti di dalam dongeng-dongeng, Anak tiri yang malang. "Bu, apakah dia menangis?" Wanita tadi mendongak, Jung Aein namanya. Dia menarik sebelah alis, menatap salah satu Putrinya dengan sedikit memberikan kode. Seolah mengerti, ia mengangguk. Ikut menghambur ke dalam pelukan penuh tipu muslihat itu. Yerinicka tersenyum sinis ditempatnya, tidak apa-apa ... Ini akan segera berakhir.
Bagaikan 'buah yang jatuh tidak jauh berbeda dari pohonnya'. Ketiga manusia yang tanpa permisi masuk ke dalam keluarganya, terkesan sangat lancang. Pernikahan yang tidak disetujui oleh pihak mana pun. Mungkin ini juga tujuannya, menginginkan sesuatu sebagai imbalan menjadi 'Ibu tiri yang baik' untuk hari ini. Anggap saja mereka beruntung, tidak dapat di usik karena Tuan besar Jung begitu peduli dan mencintai Anak juga Istri barunya. Hingga posisi Yerinicka sendiri terancam-apabila dia sadar, atau mungkin memang sudah sadar tetapi hanya berusaha untuk baik-baik saja?
Jung Yerinicka itu sesuatu. Sulit ditebak, tidak lemah, juga tidak kuat. Entah siapa yang bisa mengerti bagaimana gadis itu sebenarnya, kapan dia sedang baik-baik saja, atau tengah bersedih. Tidak ada yang tahu, juga tidak ada yang mengenal. Sedari kecil, dia sudah belajar untuk disiplin, berdiri dengan kedua kakinya sendiri, tanpa bantuan orang lain yang menjadi tumpuannya untuk menuju pada apa yang dia inginkan.
Hati yang sudah kelewat tak tersentuh, rasa acuh tak acuh yang sudah mendarah daging dan mengalir didalam darahnya. Tidak ada yang berani mengusik, namun juga tidak berani mengabaikan. Ada rasa penasaran terdalam. Sangat sulit membuatnya marah atau murka terhadap sesuatu, entah Yerinicka itu kelewat sabar atau apa. Namun dia benar-benar tidak peduli apa yang terjadi disekitarnya.
Pasang mata yang melirik kearah keluarga 'harmonis'-katanya-itu hanya diam. Ada yang terkejut juga ada yang berusaha tidak menunjukkan ekspresi apapun, meski ikut merasa kaget melihat itu. Sangat sulit dibayangkan, namun untuk memanaskan suasana, Yerinicka mengikuti alur yang dibuat. Gadis itu menangis tersedu, didalam rengkuhan Nyonya besar Aein. Sengaja; dia hanya ingin mengotori pakaian berduka mahal milik wanita ini dengan air matanya, berani sekali mengacau di acara berduka sang Tunangan.
Nyatanya, itu memang benar. Yerinicka merasakan tangannya dicengkeram kuat-mungkin akan memerah jika nanti dilihat. Desisan pelan terdengar oleh indera pendengarannya. Baguslah, ini sudah masuk ke dalam permainan sepenuhnya. Dengan begitu, semua orang tahu 'kan? Semuanya tidak ada ke-pura-puraan. Bahkan Nona pertama dari keluarga Jung yang terkenal tak tersentuh, kini menangis dipelukan Ibu tirinya. Hingga banyak orang yang bertanya-tanya, "apakah mereka se-dekat itu? Keduanya sama-sama terbuka ketika bersama."
Ya, anggap saja Yerinicka membantu Ibu tirinya menjadi tersohor dengan nama yang baik. Jung Aein tidak melepaskan, namun semua orang di sana segera pergi undur diri, untuk melakukan hal lain selain berdiri di sana-di depan ruang kamar yang berduka. Di rasa aman, Yerinicka merasakan tubuhnya terdorong ke belakang. Dengan tatapan dingin nan kosong yang khas, ia mendongak, menatap Aein dengan lamat.
Wanita ini mengusak pakaiannya menggunakan salah satu tangan, lalu melirik sekilas kearahnya. "Menyusahkan," sarkasnya dengan desisan diakhir, kemudian pergi berbalik dan meninggalkan Yerinicka sendirian di sini. Pandangannya mengikuti ke mana dan pergerakan Jung Aein, sangat dalam, namun juga misterius. "Tidak ada yang kuinginkan darimu. Maka ber-terima kasihlah, aku menunggu seumur hidupku hingga kau mengatakan itu."
Perkataannya tidak akan bohong. Layaknya seperti Anak kalangan elite, apa yang dia mau akan terwujud. Dan apa yang ia katakan barusan, juga harus terwujud. Meski entah kapan, tapi dia akan tetap menunggu. Sore itu di akhiri dengan isak tangis yang masih tersisa, Yerinicka berjalan di lorong Mansionnya dengan kesendirian. Sudah terbiasa, seolah kesepian adalah teman yang sangat setia. Menemaninya dari awal hingga akhir.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Remorse ✔️
FanficSemua orang bisa merasakan yang namanya putus asa. Seolah jalan hidupnya tidaklah kembali berguna. Yerinicka Jung. Gadis keturunan Korea-Belanda, yang di 'jual' oleh Kakeknya sendiri kepada Matheo Alderado-memiliki nama Korea sebagai Hwang Taehyung...