Epilog: The Moment

658 81 3
                                    

Menuruni Limosin dengan hati-hati, dia mendongak, pandangannya menatap gerbang utama kediaman Hwang. Senyumam kecil terbit, rasanya sedikit aneh, seperti merasakan kilas balik bagaimana untuk pertama kalinya Yerinicka memasuki Mansion ini dulu. Di dalam sana, Robert sudah membuka pintu gerbang, hingga batang tubuh Taehyung melangkah mendekat. "Kau sudah sampai? Maafkan aku tidak bisa menjemput," ucapnya yang langsung merengkuh tubuh itu.

"Tidak apa-apa, aku juga hanya mengurusi urusan di rumah Jung. Kau tahu ... Aku lebih sibuk akhir-akhir ini." Taehyung mengangguk setuju, menggenggam lengan Yerinicka erat. "Sebenarnya aku sedikit khawatir, kau itu tengah mengandung. Rasanya tidak baik kalau terus-menerus bekerja." Terkekeh pelan, seraya naik turun mengangguk-angguk. Taehyung melirik ke belakang Yerinicka, menatap seorang anak kecil yang masih sibuk dengan mainan di tangannya. "Hei, jagoan! Apakah kau menjaga ibumu dengan baik?" 

Kepalanya mendongak, menatap sang ayah dengan antusias dan mengangguk. "Anak pintar." Yerinicka tersenyum kecil, "di mana Alice?" Taehyung yang merasa perlu menjawab kembali melirik ke arahnya, kemudian membuka suara, "dia bersama Areuna dan Jungkook. Mereka juga sudah menunggu kita, ayo!" Yerinicka mengangguk, menggenggam tangan kecil anak keduanya dengan erat. Mereka bertiga melangkah pergi menuju taman belakang.

Dan benar saja, bangku panjang juga meja yang memiliki skala lebar dan berjarak dari kayu itu sudah ditempati oleh Areuna, Jungkook, dan putri mereka Euniara. Juga di sampingnya terdapar gadis kecil; Alice. Anak dari Hwang Alice, yang dijanjikan akan di angkat anak oleh Yerinicka sendiri.

Setelah tujuh tahun terlewati, semuanya baik-baik saja. Hwang Alice tidak bisa di selamatkan selepas melahirkan anaknya, namun dia berkata, tidak pernah menyesal melakukan itu. Berjuang untuk Alice kecil. Kedua tangan mungilnya memeluk kaki Yerinicka, gadis berusia tujuh tahun itu segera di rengkuh. "Ibu, selamat datang kembali!" Yerinicka mengangguk semangat, menangkup pipi tembamnya lembut. "Terima kasih, sayang."

Taehyung kembali menggenggam lengan Yerinicka, mereka menghampiri bangku dan mulai duduk di sana. Areuna ikut menyambut Yerinicka, wanita itu tersenyum kecil. "Bagaimana keadaan rumah Jung? Apakah Ayah baik-baik saja, Kak?" Yerinicka mengangguk kecil, "ya dia baik-baik saja. Meski kondisinya masih belum membaik sempurna, aku senang mengirim perawat untuknya di sana." Areuna ikut mengangguk setuju sebagai sahutan.

Suasana piknik khas keluarga mereka berjalan lancar, tidak ada yang menjadi kendala. Hingga berakhir dengan Taehyung yang menarik lengannya menjauh dari keramaian keluarga Areuna bersama ke-dua anak-anaknya. Yerinicka mengernyitkan dahi tak mngerti, kala Taehyung membawanya ke istal. "Hei, kau serius kau mengajakku menunggangi kuda? Apa ... tidak apa-apa?"

"Tak masalah, Dokter juga mengatakan itu 'kan?" Yerinicka mengangguk, sebelum tangannya kembali ditarik pelan oleh pria di depannya. Memanggil Tiffany yang tengah dituntun berjalan oleh pengurus istal. Taehyung menaiki punggung hewan tersebut lebih dulu, selepasnya menarik tubuh Yerinicka dan mendudukannya dengan nyaman. "Kita mau ke mana? Bagaimana bisa kita merepotkan Areuna dan Jungkook yang dititipi---"

"Kita juga pernah dititipkan Euniara, apakah aku mengeluh? Tidak, tuh."

Yerinicka mendengus pelan, "tapi kita memiliki dua anak pengacau. Sedangkan Euniara bukan anak yang terlalu aktif seperti Alice dan---" Ucapannya sukses terpotong, ketika Taehyung mulai melajukan Tiffany dengan kecepatan sedang, Yerinicka secara impulsif langsung saja mengeratkan pegangan kepada veste milik Taehyung. "Hati-hati, dong! Kau ingin aku jatuh, lalu bagaimana jika ada apa-apa denganku dan bayi ini?"

Tidak menjawab, Taehyung hanya menyengir lebar. Pria itu mulai menjalan kuda dengan kecepatan normal. Tidak kencang juga tidak lambat. "Ngomong-ngomong, aku jadi teringat tentang hari itu. Ketika pertama kali melihat senyumanmu." Yerinicka menoleh ke belakang, kemudian mengangguk. "Padahal aku sudah tidak tahan ingin tertawa saja pada saat itu," balasnya.

"Tentu saja, kau pintar bersandiwara, Nyonya Hwang." Yerinicka yang mendengarnya terkekeh. Kembali menatap lurus, mengulas senyum kecil, menatap matahari pagi yang bersinar terang.

Tidak terasa sekali, semuanya benar-benar berubah dari ekspektasinya. Selepas tujuh tahun bersama, kini hidupnya benar-benar berwarna hidup dengan keluarga yang harmonis. Ini bahkan lebih dari cukup, cukup sekali. Membuka lembaran baru di setiap harinya.

Selesai.

A/n: Hai, selamat pagi, siang, sore, dan malam. Akhirnya selesai juga, ya? Tidak sampai 1000 words, soalnya epilog ini ditulis tanpa konflik, dan aku itu payah banget buat cerita tanpa konflik, jadi takutnya buntu dan gak jelas di berhentikan sampai 600 words saja hehehe. Intinya keluarga Hwang bahagia, dengan dua anak dan calon bayi mereka. Terima kasih untuk para pembaca yang masuk ke dalam notifikasiku, entah kalian yang memasukkan cerita ini ke reading list, berkomentar, atau vote. Aku tersanjung atas hal itu, sekali lagi, terima kasih banyak. Tanpa kalian, cerita ini bukan apa-apa. Sampai berjumpa lagi dengan Cheezi, di ceritaku yang ke-tiga, aku akan mulai fokus menulis Forelsket (ini namanya promosi secara terselubung 😆)

Sekian dariku.

Tertanda, Cheezi.

Remorse ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang