O19. Chapter Nineteen

306 88 2
                                    

Keduanya kembali ke kediaman Hwang. Namun Yerinicka bisa menangkap jelas ada yang aneh, semenjak masuk ke dalam ruangan pribadinya, Yuna hanya duduk dipinggiran jendela, sembari menyulam. Apalagi wanita itu sama sekali tidak menyapanya.

"Yuna aku kembali," ujarnya sekali lagi. Namun Yuna masih tetap duduk di sana, seakan tidak mendengar dan menganggapnya sebagai angin lalu. "Yuna, sekarang aku Nona-mu. Jika tidak mendengar, aku akan memecatmu juga." Wanita itu menoleh, menatap Yerinicka dengan pandangan sendu.

Yerinicka terkekeh pelan kemudian mengetukkan jari kepada meja didepannya. "Kau sedih karena aku pulang terlalu lambat?" tanyanya seraya melirik Yuna lewat pantulan cermin. Dia tidak menjawab, menggigit bibirnya yang sudah bergetar. Yerinicka bertopang dagu, terlalu tenang. "Jangan menghampiriku, duduk di sana. Dan ceritakan semua apa yang membuatmu menangis."

Yuna yang memang akan mendekat, seketika kembali duduk, meletakkan alat menyulamnya di samping. Wanita itu mulai menangis tersedu-sedu. Yerinicka sendiri bingung, namun hanya melirik tanpa berkata apa pun. "Kau butuh satu pelukan?" Yuna menggeleng, kemudian mengusap air matanya kasar. "N-nona ... Bagaimana mungkin saya menangisi anda, tapi anda terlihat tegar sekali," balasnya dengan nada yang masih sesenggukan.

Yerinicka memiringkan kepala, gadis itu hanya mampu menatap bingung. "Memang aku kenapa? Apakah aku terlihat menyedihkan di matamu?" Dengan tidak tahu malunya Yuna mengangguk, membuat jemari Yerinicka mengepal kuat. "Hei! Apa-apaan itu?"

"Tenang dulu, Nona ... Tapi apakah Nona tahu soal ini?" Yerinicka menggeleng, kemudian melebarkan mata ketika Yuna berlari kearahnya dan memeluk gadis itu dari belakang. "Nona ... Anda kenapa tenang-tenang saja, sih? Si hama itu masih tinggal di sini, Nona ...."

"Lalu kenapa? Dia memang akan menginap selama---"

"Apakah Nona yakin dia hanya tinggal satu minggu? Terkadang Nona, kalau aku berani saat itu, aku ingin sekali rasanya memukul mulut Nona." Yerinicka semakin tidak mengerti, kemudian melepaskan lengan Yuna yang bertengger di antara lehernya. "Cerita dengan benar, aku tidak mengerti, bodoh!"

Yuna semakin menangis, membuat Yerinicka pusing bukan main. Gadis itu memijit pelipisnya pelan. "Kau ... Bisakah untuk tidak terlalu banyak menangis?"

"Aku benci ketika Nona meminta Tuan muda menikah lagi ketika kalian sudah bersama. Apalagi dengan Nona Hwang!" Satu alisnya menaik, Yerinicka memicingkan mata. "Kau menguping?" Memang tidak ada yang serius untuk dibicarakan oleh keduanya. Tapi hanya heran, seperti mata-mata saja. "Maafkan aku Nona, tapi aku tidak sengaja mendengarnya. Nona apakah Nona tidak tahu kalau Nona Hwang tengah mengandung?"

Ada raut wajah bingung, terkejut yang menjadi satu. Intinya, Yerinicka hanya diam tidak bergeming sekali pun. Masih mencerna dengan baik perkataan Yuna, nyaris membuat wanita itu kembali menangis, jika saja Yerinicka tidak mencengkeram bahunya kuat hingga Yuna meringis pelan dibuatnya. "Nona kalau kesal dengannya, kenapa tidak dihadang saja dia? Jangan menghukum saya sebagai pelampiasan!"

Masalahnya bukan menyalahkan untuk disalahkan. Hanya saja, Yerinicka sendiri tahu dan merasa tidak peduli soal hubungan Hwang Taehyung dengan Hwang Alice. Yang dia pedulikan adalah posisinya sebagai Nyonya besar di kediaman Hwang. Namun, tetap saja, bayang-bayang kalau Alice akan mengandung itu benar-benar di luar ekspektasi. Sangat menarik, tapi mengejutkan juga secara bersamaan.

Memijit pangkal hidungnya pelan, Yerinicka berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengatakan apa yang ingin ia katakan. "Kenapa si bodoh itu tidak memakai pengaman, sih?" Sayangnya, mulut dan keinginan tidak berjalan sesuai pihak kedua---keinginan. Yang membuat Yuna hanya melongo tidak percaya. "N-nona ... Bilang apa tadi?"

Gadis ini mengalihkan atensi penuh kearah Yuna, kemudian menggelengkan kepala cepat. Merasakan tangannya digenggam erat oleh wanita yang tengah bersimpuh didepannya, Yerinicka menatap aneh. "N-nona tidak marah, bahkan tidak kecewa? Nona ayolah ... Nona Hwang mengandung anak Tuan muda, b-bagaimana bisa kau---"

"Sungguh, Yuna! Aku mencoba untuk memperlihatkan mimik wajah kecewa, tersakiti, dan marah. Namun, ketika aku mengenal ekspresi ini kembali ... Rasanya sulit sekali untuk bersandiwara. Maafkan aku Yuna, keinginanmu untuk melihatku marah---nyatanya aku tak bisa dan memang tidak mempermasalahkan itu."

Yuna mengerjapkan sebelah matanya berkali-kali. Kejutan yang benar-benar mengejutkan. Tidak mengerti bagaimana sebenarnya isi pikiran Jung Yerinicka. "Nona ... Kau---aku lebih merasa baik-baik saja ketika kau bersandiwara sebagai orang tersakiti. Setidaknya menangislah, Nona ... Aku benar-benar tidak puas," lirih Yuna dengan suara yang masih parau. Bukan untuk berniat jahat, hanya saja, sangat aneh mengingat Yerinicka sama sekali 'baik-baik saja' ketika mendengar kabar ini.

Yerinicka memutar bola matanya malas. "Ya, seperti yang kau tahu. Aku menerima semuanya, ketika Kakekku menjual aku kepada Taehyung. Untuk apa? Dan kau harus tahu sekarang. Pembalasan dendam kepada keluargaku sendiri, dan aku membutuhkan posisi ini sebagai pijakanku. Bagaimana, ya? Aku tidak memiliki perasaan sama sekali kepadanya, bahkan dia menikah dengan orang lain pun, aku benar-benar tidak masalah." Mendengar penjelasan yang membuat lagi hanya diam. Bingung bagaimana caranya untuk menyahut. Senyum, mengangguk, atau diam?

Yuna melepaskan genggamannya dari lengan Yerinicka. Wanita itu terduduk di atas lantai dengan pandangan kosong. "Nona, tolong jawab pertanyaanku."

Yerinicka mengernyitkan dahi, "silahkan."

"Apakah ... Air mataku sia-sia?" tanyanya diakhiri dengan tawa pelan. Bukan bahagia dan sama sekali tidak ada yang menghibur, hanya menertawai sendiri. Bisa-bisanya aku galau seharian padahal Nona sendiri biasa saja?

Dan apa? Bahkan Yerinicka bingung dan kecewa hanya karena sandiwaranya tidak berjalan lancar seperti dulu. Yerinicka menatap sendu, kemudian menggelengkan kepala seraya mengusap lembut surai Yuna. "Hei ... Tolong katakan kepada Robert, ambilkan botol hijau itu untuk diminum." Dia mendongak, kali ini apa lagi yang gadis itu inginkan? Yuna sudah benar-benar tidak mengerti lagi harus bagaimana. "Nona, kenapa anda minum-minum?"

"Hanya ingin," jawabnya seraya menunjukkan ekspresi kekosongan. Yuna terkekeh pelan, menepuk kedua tangan dengan kencang. "Sandiwaramu berhasil kali ini, Nona!" Yuna menghentikan tawanya perlahan. Ikut gila karena masuk ke dalam permainan Yerinicka yang sangat abnormal ini. Kalau dipikir-pikir, aku jadi terlihat aneh karena terlalu banyak bergaul dengan Nona.

Entah perasaan menyebalkan apa yang tengah dialaminya hari ini. Namun, Yerinicka bisa memastikan bahwa dia tengah merasakan kekosongan, sedikit kecewa, namun ego yang berusaha untuk tidak peduli. "Cepat ambilkan. Aku ingin---ah sial, sebenarnya aku ini kenapa?" Yuna mendongak kembali, memiringkan kepala ke kiri dan kanan secara bergantian. "Apakah ... Itu perasaanmu yang sebenarnya, Nona?" Yerinicka hanya mampu menggeleng, "tidak tahu."

Yuna kembali berdiri tegak. Menggunakan kedua kakinya yang semakin bergetar hebat. Yerinicka mengernyitkan dahi, menatap dari bawah hingga atas keseluruhan tubuh wanita itu. "Kenapa kau?" Yuna hanya menggeleng, kemudian kembali membuka suara, "hanya ikut gila ketika Nona benar-benar aneh, hahaha."

Yerinicka itu benar-benar abnormal. Membuat Yuna tidak lagi ingin memiliki rasa khawatir yang berlebih kepada gadis tersebut. Nona memang orang menyesatkan. Berbanding berbeda dengan Yerinicka yang mendengar Yuna tertawa. Gadis itu hanya bergidik ngeri. Dia ... Sudah gila, haruskah aku pecat saja?

[]

Remorse ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang