O29. Chapter Twenty Nine

433 75 3
                                    

Yerinicka menatap pantulan dirinya lewat cermin, tersenyum lebar ketika Yuna merapikan gaun panjang berwarna putih tersebut. Ini adalah hari pernikahannya, dengan Hwang Taehyung. Yuna sempat menangis tadi, terharu dan merengkuh tubuhnya erat. Alice ikut membantu, gadis berusia sembilas tahun itu menge-cat kuku bagian kakinya. Dia sama antusiasnya dengan pernikahan ini.

Baik Yerinicka dan Taehyung, keduanya sama-sama tengah berkutat di dalam ruangan masing-masing. Tampil menawan se-maksimal mungkin. Memilih menikah di dalam Mansion Hwang. Mengingat bahwa kediaman yang mereka tinggali tidak terhitung berapa skala luasnya. Beberapa tamu sudah datang, Areuna juga sempat menemui Yerinicka, sebelum kembali pergi dan menunggu di ruangan resepsi.

"Kakak cantik sekali, mungkin Kak Taehyung akan menganggapmu sebagai bidadari jatuh ketika kalian bertemu." Yerinicka menoleh ke sebelah kanannya, kemudian tersenyum kecil sebagai jawaban. "Terima kasih, tapi aku gugup sekarang," balasnya diakhiri dengan senyuman kecut. Yuna segera mengelus lengannya pelan, berusaha menenangkan. "Nyonya, anda pasti bisa! Ini hanya soal masalah waktu, tinggal menjalankan, lalu selesai!"

Yerinicka mencibir, "kau hanya berbicara. Sedangkan, aku yang melaksanakan. Bicara itu gampang, tapi---"

"Iya, iya, maafkan saya Nyonya Hwang." Yuna menyela cepat, membuat Yerinicka mendengus kesal, Alice yang mendengar percakapan keduanya hanya terkekeh pelan. Yerinicka menetralkan suara, sesekali mengusap peluh yang melewati dahi tanpa izin.

Pikirannya melanglang buana, banyak sekali yang ingin di tanyakan. Apakah Taehyung sekarang sudah berada di tempat, dan menunggu? Namun tidak ada beberapa pelayan yang memanggil, membuat Yuna menyuruhnya untuk duduk dengan santai. Hingga menunggu sampai dua menit lebih lamanya, seseorang mengetuk pintu yang langsung dibuka oleh Yuna, mereka membicarakan sesuatu, tidak terdengar membuat Yerinicka memiringkan kepalanya.

Sampai Yuna berbalik dan mengulurkan tangannya membantu Yerinicka berdiri. "Ayo Nyonya, ini sudah waktunya. Mempelai pria sudah menunggu---maksud saya, Tuan Hwang." Yerinicka mengangguk antusias, menerima ulurang lengan Yuna dan Alice secara bersamaan. Ketika keduanya akan berjalan melangkah, lagi kembali memikirkan ini dari semalaman.

Seharusnya, dia berjalan di tempat itu bersama ayahnya, namun itu hanya angan-angan yang tidak akan pernah terjadi 'kan? Awalnya begitu, sebelum melihat batang tubuh Jung Yo Hwa yang berdiri di depan pintu ruangan. Langkahnya terhenti, Yerinicka bernapas tidak beraturan. Yuna tersenyum kecil, mendesak agar Nyonya-nya tetap berjalan. "Ayo, Nyonya ...." Ucapan yang tidak diindahkan, namun berhasil melangkah ketika Alice sedikit mendorong tubuhnya pelan.

Yuna menyerahkan lengan kanan Yerinicka kepada Yo Hwa, pria yang memakai jas hitam itu menerimanya. "Selamat atas pernikahanmu, Yerinicka. Aku---hanya datang untuk saat ini, menemanimu. Maaf jika kau tidak suka---"

"Tidak apa-apa. Terima kasih, karena ... Hadir dan menjadi waliku di hari penting ini, A-ayah." Matanya berkaca-kaca, Yo Hwa menyadari kalau wajah Yerinicka ini sangat iras sekali seperti Ainsley---mantan istrinya. Memasuki ruangan dengan melangkah sejajar, Yerinicka menutup matanya sekejap, arah cahaya lampu seperti menerpa wajahnya. Terang sekali.

•••

Birama pintu berdecit terdengar, bergesekkan dengan lantai. Yerinicka menoleh ke samping kanan, di sana ada Taehyung yang mengirim senyum ke arahnya. Dengan menggunakan piyama serupa bathrobe berwarna biru tua-nya, pria itu melangkah mendekat. "Oh, kau sudah bersiap untuk tidur? Kupikir aku yang akan tidur di kamarmu."

Yerinicka kembali menoleh ke depan, membersihkan cat kuku yang masih menempel di jemarinya. Yuna baru saja membantu untuk memakai piyama tidur, dan kini saatnya untuk membersihkan diri yang lain. "Ehm ... Aku tidak tahu kalau pernikahan ini tidak terlalu penting bagimu." Balasan yang membuatnya kembali menoleh dengan wajah terkejut. Yerinicka merengut, "apa maksudmu dengan aku yang tidak mementingkan pernikahan ini?"

Taehyung tengah bersimpuh di atas sofa yang memiliki arah berlawanan dengannya, hanya melipat tangan didada. "Kau tidak menghargaiku, aku sudah memilih satu kamar yang paling besar untuk kita, kamar utama, juga sudah menghiasnya. Kau tidak---"

"Oh, hanya itu?" Yerinicka menaikkan sebelah alis, kemudian kembali mengambil kapas di sebelah kirinya. Taehyung kali ini merengut tak suka, " e-eh, kau bilang hanya itu?"

"Ya ampun, Hwang ... Aku tidak menginginkan kamar itu. Kamarmu dan kamarku lebih nyaman, di sana lampunya terlalu menyerbak. Aku tidak bisa tidur jika lampunya menyala terlalu terang, lagi di sana sangat luas, aku akan kesulitan membereskannya." Penjelasan yang masuk di akal, namun masih terdengar minus untuk seorang Taehyung. "Aku tidak menuntutmu untuk merapikan kamar kita, tuh?"

Mengembuskan napas kasar, Yerinicka melirik Taehyung dengan pandangan malas lewat cermin. "Yang namanya sudah menjadi kamar seorang suami dan istri, apakah masih pantas ada orang lain yang masuk?" Taehyung diam, sebelum beberapa detik kemudian menggelengkan kepala. "Kau tahu itu. Kenapa masih keras kepala, sih?" Pada akhirnya, Taehyung kembali mengangguk, "baiklah, baiklah ... Maafkan aku."

Tidak lagi saling melemparkan argumen atau jawaban, keduanya sama-sama tengah sibuk memikirkan sesuatu. Taehyung yang masih menatap gadis di depannya dengan lamat-lamat. Dan Yerinicka yang masih diam---dan berusaha menyibukkan diri agar lebih lama di depan cermin. Bibirnya terkatup, bingung dan canggung. Ini hanya akan menjadi malam seperti biasanya, yang berbeda hanya ada Taehyung, hanya tidur, Yerinicka!

Berkali-kali pikiran aneh melayang. Membuatnya menggeleng-gelengkan kepala. Taehyung mengernyitkan dahi, melirik dan memiringkan kepalanya sebentar, "kau baik-baik saja?" Sedikit terperangah, sebelum mengangguk cepat. "Apakah kau sudah selesai?" Yerinicka diam termangu, sebelum kembali membuka suara. "S-selesai apa ...?"

"Kau sudah selesai membersihkan kuku-mu, kan? Kalau begitu menunggu apa? Kau tidak mengantuk?" Menggigit bibir bagian dalamnya, Yerinicka mengangguk canggung. Gadis itu mengusap belakang leher, tersenyum kikuk dan berdiri dari sana. Melompat ke atas tempat tidur dengan cepat, membuat Taehyung yang mengamatinya terkekeh. Pria itu ikut melangkah mendekat, Yerinicka menyibakkan selimut yang sudah menutupi sebagian tubuhnya, melirik ke arah Taehyung yang mematikan lampu dan menyalakan lilin aroma.

Harum wewangian seketika menyeruak, Taehyung duduk di atas tempat tidur, lalu menaikkan kedua kakinya. Atensi mereka bertemu, membuat Yerinicka gugup tak karuan---memutuskan untuk langsung menatap ke arah lain. "Bangun, Yerinicka." Alisnya bertaut, kurang mengerti dengan arahan yang diberikan Taehyung. Sebelum pria itu menarik kedua tangannya, Yerinicka mengubah posisi secara impulsif menjadi bersimpuh. Kedua tangan yang mengalun di leher Taehyung, pria itu menatapnya lamat.

"Ini bukan tidur biasa. Aku perlu mem-praktekan ilmu yang sudah aku dapatkan dari buku yang kemarin-kemarin aku baca." Jari telunjuk menyinggung hidung Yerinicka pelan, membuatnya mengerjapkan mata sedetik. "Benar katamu, sebenarnya ada unsur seperti itu di dalam bukunya."

"Apakah kau baru saja menipuku?"

"Tidak."

"Sialan, Hwang!" Yerinicka mendecak, ingin melepaskan namun tenaga Taehyung lebih kuat darinya, membuat gadis itu tak bisa berkutik atau bergerak sedikit pun. "Satu anak perempuan, dan dua anak laki-laki. Bagaimana?"

"Y-ya ... Kenapa kau mengatakan itu kepadaku?"

"Aku sedang merencanakan, kau 'kan calon ibunya." Semakin membuat jantungnya berdegup tak karuan. Pria itu kembali mendekatkan wajahnya, "ya sudah ... Kalau begitu, ayo kita mulai. Kau sudah siap 'kan?"

[]

Remorse ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang