O24. Chapter Twenty Four

305 79 6
                                    

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan, Hwang?"

Dia mengangguk sebagai jawaban. "Bagus. Sekarang, apa tugasmu?"

"Hanya diam." Hwang Ye Jun mengernyitkan dahinya, kemudian melipat tangan didada seraya menatap Taehyung dengan rancap. "Katakan sekali lagi." Perintah yang sulit untuk dibantah. Namun bukan berarti pula pria itu harus menuruti apa permintaannya, kan?

"Menuruti semua perintahmu. Karena aku hanya pionmu di sini," balasnya santai. Jelas sekali ada raut wajah kekesalan di sana, Taehyung hanya tersenyum sinis. "Berhenti bersikap kurang ajar. Kau tahu siapa dirimu, dan di mana posisimu 'kan? Kau seorang Hwang, maka sepatutnya menuruti apa perintahku. Dengan baik hati aku masih mampu mengatur hidupmu agar menjadi lebih baik."

Omong kosong. Yang katanya pernyataan untuk melindungi itu, sebenarnya Hwang Ye Jun hanya melindungi diri sendiri dan menggunakan Taehyung sebagai prisai untuk terhalang dari peluru yang mematikan. Tapi memang itulah jalan takdirnya, Hwang Taehyung hanya bisa menunduk di hadapan pria ini. Bahkan meski hanya mendongak saja tidak bisa.

Semuanya hanya tinggal masalah waktu, ketakutan tidak lagi menghantui. Hwang Taehyung hanya sedang mencari waktu yang tepat untuk pembalasannya. "Jung Yerinicka dari kediaman Jung baru saja kehilangan tunangannya. Dia pasti sedih, bukankah menurutmu begitu?" Hanya melirik dari ujung mata, kembali mendengarkan tanpa menegaskan untuk harus serius. Pembicaraan yang sudah mampu ditebak oleh orang bodoh sekali pun.

"Aku membuatnya menjadi milikmu. Anggap saja sebagai imbalan, kompensasi yang menarik, bukan?" Pertanyaan demi pertanyaan yang terlontarkan. Sangat retorik. Tak perlu jawaban darinya, meski Taehyung menolak sama saja seperti memperlihatkan kebodohannya sendiri. Setiap pertanyaan, itu pasti memiliki jawabannya sendiri. Sama halnya seperti kali ini. "Aku bertanya, tolong jawab. Kau maish menghargaiku 'kan?" Taehyung duduk tegak, mengubah posisi dari bersangga.

"Kau ingin jawaban seperti apa? 'Aku senang sekali, terima kasih.' Atau 'Terima kasih untuk selama ini kau melindungiku dari dunia luar, aku senang kau memberikan kompensasi besar.' Harus yang mana?" Jawaban yang ditawarkan benar-benar menjebak. Melihat tidak adanya tanda-tanda untuk membalas, Taehyung bertopang dagu. "Kau akan kuberikan kediaman Hwang sebelah barat juga sebagai tambahan." Hanya mengedikkan kedua bahu. "Wow ... Kau baik sekali, Kakek."

Dasar bajingan gila.

"Gadis itu sangat lemah. Kau bisa menikahinya atau sekedar menjadikannya sebagai mainanmu." Ucapan yang diakhiri dengan senyuman sinis, membuatnya mendongak untuk bersitatap pandang. Menurut Taehyung, Hwang Ye Jun itu memang kurang waras. "Kau menyuruhku untuk mengikuti jejakmu?" Kerutan didahinya tercetak jelas, membuat pria itu segera menimpali dengan cepat, "maksudku ... Kau 'kan memang memiliki banyak mainan di atas ranjangmu, bahkan sampai saat ini. Setelah kau pensiun dan mati, kau menyuruhku meneruskan---"

"Apa yang kau katakan?" Mengatupkan rahang kembali, kala suara itu lagi menyahut dan menimpali perkataannya. Sangat tenang, namun menegaskan. Tapi itu memang fakta, Taehyung senang bisa berbicara secara gamblang soal kebusukan Hwang Ye Jun secara langsung. Lega sekali, rasanya seperti luka yang disimpan lama, kini menghilang seiring jalannya waktu. "Hanya ingin bertanya saja, Kakek. Ibuku itu sebenarnya benar-benar Anakmu atau bukan, dan dari wanita yang mana dia lahir?"

Jemarinya mengepal kuat, pria berumur itu berdiri dari tempatnya. Masih sama dengan raut wajah yang tenang dan damai, emosi yang sudah terkuras habis---atau mungkin tertahan, tidak lagi mampu untuk ditunjukkan. "Apakah kau bisa menjaga perkataanmu?" Helaan napas terdengar. Taehyung terkekeh pelan, "kenapa menyalahkan aku? Mulutku sendiri yang ingin bicara. Aku sih sebenarnya ingin diam saja, mendengarkan." Jawaban yang sempurna. Kembali membuatnya tersulut ingin memaki.

Tapi nihil, Hwang Ye Jun tidak mampu untuk menggebu. Bagaimana pun, dia masih membutuhkan Taehyung menjelang rencana dan skenario yang akan segera dijalankan. Kalau dia menganggap Taehyung adalah hal bodoh yang pernah ia temui, maka faktanya itu salah besar. Taehyung sendiri tahu apa yang akan dilakukan pria di hadapannya ini. Sebuah kesalahan. Tapi dia menyukainya, maka dari itu dengan senang hati memasuki permainan yang dibuatnya.

Biarkan saja Hwang Ye Jun terjebak dalam permainannya sendiri. Dan setelah itu, Taehyung bisa meninggalkannya tanpa harus susah payah mengulurkan tangan. Pria itu ikut bangkit, kemudian mengangkat telapak tangannya. "Aku pergi dulu, urusan kita sudah selesai 'kan? Ngomong-ngomong, terima kasih Mansionnya. Aku suka." Selepas bicara, dia berbalik badan lalu menghilang dari balik pintu.

Dua hari selanjutnya, Hwang Ye Jun tak gentar mundur untuk skenario yang memiliki hasil menggiurkan ini. Maka dengan angkuhnya, dia bersimpuh dengan menatap remeh Jung Aein di sana. "Tapi kau gila---maksudku, kau sudah sepakat untuk menikahkan Jane dengan cucumu, kan? Kau tahu Anakku mencintainya! Gadis itu akan hidup penuh kemewehan nanti!"

Ye Jun mengedikkan kedua bahu, meletakkan gelas berisikan wine di atas meja. "Taehyung tidak ingin menikah. Dia juga tidak akan memenangkan Yerinicka atau pun anakmu, Jane. Sekarang fokus kita hanya kepada keluarga Jung 'kan? Setelah menantunya mati, anaknya berada di bawah kuasamu, lalu---tinggal hanya satu yang menjadi benalu. Jung Yang Sook perlu mati."

Aein menarik sebelah alisnya. "Bodoh, kau pikir bagaimana bisa aku membunuhnya? Dia memiliki---"

"Lalu, apakah itu membuatmu takut dan ingin mundur?" Pertanyaan yang berakhir dengan kekehan sinis, terkesan meremehkan. Aein diam di tempatnya, tidak tahu harus berbuat bagaimana. "Lalu bagaimana dengan anak angkatnya? Apakah dia termasuk dalam pembagian hak waris?" Kali ini tugasnya hanya menggeleng. "Sepertinya tidak, kalau masih ada Ainsley, dia pasti akan melakukan apa saja untuk mereka. Namun, karena sekarang adalah aku, maka hanya aku dan Jane yang bisa memenangkan semuanya."

"Benar-benar jahat, Aein. Woah ... Aku harap kau berhasil, ya."

Jung Aein tersenyum kecil. "Aku tahu, kau membantuku sedari awal untuk mendapatkan posisi ini. Apa yang kau inginkan?" Ye Jun tidak menjawab, namun ekspresi wajahnya sangat sulit ditebak entah apa yang dipikirkan oleh pria ini. Tatapannya kembali menajam, mengeratkan cengkeraman pada gelasnya. "Aku hanya ingin ... Mereka hancur, lalu kau bisa mengganti margamu setelah itu, benar?"

Aein mengangguk setuju. "Tapi bagaimana dengan Yerinicka? Gadis bodoh itu bisa memberontak kapan saja."

"Aku bisa membuat Taehyung berlutut di hadapanku. Meski sulit terkadang, namun dia akan tetap menuruti perintahku. Ketika waktunya tiba, aku bisa saja membunuhnya dengan tanganku sendiri, atau lewat tangan Taehyung 'kan?"

Wanita itu tertegun. Kemudian mengerjapkan matanya beberapa kali. "Itu ... Sebenarnya ide bagus, harusnya. Tapi Hwang Ye Jun, kau harus berhati-hati. Bagaimana kalau sebenarnya Taehyung mengetahui segala rencanamu?"

Dia menggeleng, "Taehyung itu sama saja seperti orang bodoh dari yang terbodoh."

[]

Remorse ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang