O13. Chapter Thirteen

350 90 11
                                    

Sore hari yang kembali penuh duka---lagi diawali oleh Keluarga Jung yang tersohor. Selepas sang Tunangan Nona mereka, kini sang Kakek yang ikut menyusul pergi dan hanya tinggal nama. Luka yang masih sama, harusnya, namun tidak lagi ditunjukkan. Tidak ada tatapan kosong, bahkan tidak ada juga isak tangis yang keluar dari mulutnya. Jung Yerinicka berjalan melewati orang-orang yang seketika langsung memberi jalan---mempersilahkan gadis itu untuk berjalan mendekat kearah peti yang ditempati oleh sang Kakek. Diikuti Hwang Taehyung dibelakangnya, semakin membuat semuanya terkejut bukan main.

Dagu yang diangkat keatas, terkesan angkuh dan berkompeten. Jung Aein, Jung Jane, dan Ayahnya; Jung Yo Hwa, berdiri di sana juga. Yerinicka mendekat, meletakkan tangannya diatas pinggiran kayu. Tersenyum kecut menatap batang tubuh yang sudah berbaring, terbujur kaku bersama hawa dingin itu. Tenanglah di sana, meski begitu, aku janji akan membantu keluarga kita untuk hidup dalam kebenaran. Tak berselang lama, dua pasang matanya mengalihkan pandangan---melirik kearah Aein yang menatapnya dengan tatapan sedih.

Yerinicka menyeringai, tersenyum sebelah sudut, sinis dan mengejek. Tidak ada yang aneh, hanya saja sekarang situasi sudah berbeda. Pernikahannya dengan Hwang Taehyung memang diundur sementara waktu, karena berduka---namun, cepat atau lambat itu akan tetap terjadi. Dan posisinya semakin kuat untuk memberontak kepada Keluarganya sendiri. Sebuah tujuan. Tidak ada lagi Jung Yerinicka si gadis tanpa emosi, apapun disekitarnya kini akan benar-benar mengusik. Sedikit pun mereka menyentuh.

"Selamat sore, Madam." Sapaan yang diakhiri dengan senyuman kecil, membuat beberapa orang melihat kearahnya dengan pandangan terkejut. Aein yang berdiri di sana gelagapan, matanya mengerjap beberapa kali. Wanita bergincu merah pekat itu menutup propeler kain yang berada ditangannya dengan satu gerakan. Dia berjalan menghampiri Yerinicka yang berada diseberangnya. Merengkuh membawanya masuk ke dalam pelukan yang erat, namun menyesakkan.

Harum tak sedap menyeruak disekitarnya, Yerinicka mencengkeram lengan Aein hingga nyaris membuat wanita itu meringis, sensasi panas dan perih secara bersamaan. Rengkuhan keduanya terlepas begitu saja, juga terkejut atas apa yang Yerinicka lakukan. "Menyusahkan." Ucapan yang penuh dengan sarkastik, membuat Aein membulatkan mata kala mendengar perkataan yang terlontar dari mulut gadis ini. Yerinicka lagi kembali tersenyum, selepas itu melewati Jung Aein dengan sengaja menyampuk bahunya kepada wanita itu.

Mata orang-orang di sekitarnya tidak normal semua. Bahkan kejadian seperti ini saja tidak ada yang bereaksi apapun, mungkin seringaian tajamnya kurang lebar. Yerinicka seringkali beranggapan bahwa yang benar-benar normal seperti manusia seperti umumnya, hanyalah dia seorang diri. Bahkan sang Ayah yang berdiri di sana juga tidak menyapa atau sekedar memeluk memberikan ketenangan dan kehangatan. Pria itu sudah gila---menurutnya. Hanya dibutakan oleh cinta, padahal kalau Yerinicka menjadi pria, dia tidak pernah ingin menikah dengan wanita seperti Jung Aein.

Topeng yang kini benar-benar dilempar bebas kepada sembarang arah. Sandiwara yang selalu ditunjukkan sebagai pelindung diri---membiarkan beberapa orang memiliki dan menilai dirinya sebagai orang yang terlampau tidak peduli pada sekitar. Tapi kenyataannya tidak begitu, Yerinicka itu lihai dalam segala apapun. Mungkin darah Jung Ainsley---sang Ibu yang juga memiliki sifat sama---benar-benar mengalir sepenuhnya.

Kalau dilihat dari sisi pandang orang-orang terhadapnya, Yerinicka memang pantas dinilai sebagai gadis bodoh. Tapi sebenarnya, Yerinicka sendiri sangat mengenal bagaimana trik-trik yang orang-orang bodoh lakukan untuk mendapatkan kekuasaan yang besar. Ingin menjadi pemimpin, padahal memang tidak memadai syarat-syarat yang ada. "Sudah selesai?" Suara Taehyung menyahut, namun Yerinicka hanya melirik sekilas sebelum kembali melangkahkan kaki melewati pria tersebut.

Sang supir yang mengantarkan keduanya secara impulsif segera menarik pintu Limosin, memberikan jalan untuk Nona-nya yang baru saja keluar dari area duka. Tanpa berbicara apapun, dengan wajah yang datar, namun tidak terkesan kosong seperti biasanya. Hwang Taehyung ikut menyusul belakangan, pria itu menunduk, menahan pria disebelahnya untuk menutup pintu. "Aku ingin duduk disebelah kiri," ucapnya seraya menatap gadis yang berusaha untuk acuh tak acuh. "Yerinicka, aku---"

"Kenapa tidak ditempat seperti biasanya? Apa ada masalah?" Taehyung menghela napas kasar, kemudian menutup pintu mobil dengan sedikit kencang. Membuat Yerinicka sedikit terkejut, begitu pun dengan sang Supir yang segera berlari ke pintu sebelah kiri, membukakan pintu untuk Taehyung. "Tidak perlu, aku bisa sendiri." Sedikit gugup dan merasa ada yang salah. Sebelum memilih untuk membungkuk dan mengikuti kemauan sang Tuan. Kembali ke tempatnya di kursi kemudi. "Sesungguhnya dirimu yang seperti ini juga terkesan menyebalkan."

Ditempatnya, Yerinicka hanya mampu tersenyum sebelah sudut. "Bukan urusanku." Taehyung diam dalam pergerakannya, selepas itu ikut menyeringai. "Tentu saja kau tidak akan peduli. Gadis berdarah dingin sepertimu bisa apa, selain hanya peduli dengan duniamu sendiri." Matanya memicing, dahinya berkerut tak suka. Kembali menoleh, menatap pria disampingnya dengan amatan mengebawahkan. "Iya. Anggap saja begitu, aku juga akan pura-pura tidak tahu-menahu soal dirimu dengan Hwang Alice," balas Yerinicka seraya kembali bersandar kebelakang jok dengan tenang.

Taehyung mengerutkan dahi. Bingung, namun juga merasa harap-harap cemas sesudah mendengar perkataan yang dilontarkan. Apa yang dia tahu, dan sudah sejauh mana?

•••

"Nyonya, memangnya anda tidak berniat untuk datang?" Ucapan Lee Eunbi bahkan tidak sama sekali digubris oleh Areuna sedikit pun. Gadis itu masih fokus dengan pikirannya yang tengah melanglang buana saat ini. Kematian sang Kakek---dari rumah Jung yang dulu menampungnya di sana, meski hanya hingga usianya enam belas tahun, terakhir mencapai puncak ketika sang Ibu angkat yang benar-benar sudah tiada. Kabar itu sampai hingga ke Kediaman Lim.

Jungkook yang bertanggung jawab sebagai kepala rumah, hanya diam, tidak mengambil keputusan secara sepihak, memutuskan untuk menunggu keputusan Areuna untuk hadir ke rumah duka atau tidak. Namun nyatanya, hingga saat ini gadis itu belum memberikan jawaban pasti. Menghela napas untuk kesekian kalinya, sangat bimbang. "Menurutmu ... Aku harus bagaimana?"

Eunbi yang merasa pertanyaan itu terlontar untuknya, terkesiap seketika. Sebelum kembali menjawab dengan ragu, "k-kenapa anda bertanya kepada saya ...?" Areuna menggelengkan kepala bingung. Tidak tahu pula apa yang harus dilakukan sekarang. Lagi tidak akan ada yang mecarinya di sini, dia juga terlalu takut untuk bertemu dengan Kakaknya---Jung Yerinicka di sana. "B-bagaimana kalau saya beri saran. Anda dengan Tuan Lim saling berunding bersama." Usulan yang diberikan hanya membuat Areuna semakin resah dibuatnya.

Di tempatnya, Eunbi hanya mampu mengusap peher belakang menggunakan tangan. "Memangnya, usul yang saya berikan tidak berpengaruh banyak, ya?" Gadis itu mengedikkan kedua bahu. "Bagaimana bisa dia di ajak untuk berunding bersama, apalagi ini masalahku. Kau tahu bagaimana Tuan-mu tengah sibuk di atas kasur bersama selir-selir jeleknya itu." Eunbi hanya terkekeh pelan untuk menanggapi. "Oh ya, Nyonya. Tentang kabar yang saya dapatkan, Tuan Hwang akan segera menikah dengan Nona Jung."

Areuna mengernyitkan dahi, menatap Eunbi sekilas sebelum kembali menatap lurus ke depan. "Nona Jung ... Siapa?"

"Yang saya dengar, sih, Nona Jung, dari Kediaman yang mengibarkan surat duka." Matanya sedikit melebar, dengan kedua alis yang terangkat secara bersamaan. "K-kakakku?" Eunbi menunduk, sebelum mengangguk untuk menjawab. "Dengan Tuan Hwang?" Lagi-lagi Eunbi hanya mampu untuk mengangguk. "Benar ... Dunia sangat sempit rasanya." Areuna mendongak, menatap wanita disampingnya dengan pandangan khawatir.

[]

Remorse ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang