Suara gemericik air yang tersalurkan dari kran, lalu melewati selang air berwarna biru muda itu, kepada bunga-bunga yang berada di atas tanah tersebut. "Ambilkan aku bibit yang baru, setelah itu kau kembali tanam di sini. Aku tidak suka melihat lahan kosong, mengerti?" Ucapannya segera diangguki oleh wanita yang berdiri dibelakangnya, dengan pakaian khas---Maid. Dengan segera dia membuka lemari kecil disampingnya, mengambil beberapa bungkus kemasan.
Areuna tersenyum kecil melihatnya. "Kerja bagus, terus seperti itu, ya." Kembali diberikan satu anggukan hormat, membuat gadis itu semakin berbinar. Pagi ini, Jung Areuna tengah berdiri ditengah-tengah kebun bunga miliknya---di rumah kaca, yang diberikan Lim Jungkook untuk hadiah ulang tahunnya satu tahun yang lalu. Lee Eunbi---Maid pribadi sekaligus sahabatnya di sini, tengah menanam bibit baru untuk di tanam.
Kini atensinya teralihkan kepada gedung di seberang rumah kaca miliknya. Senyuman menyeringai tiba-tiba saja muncul disudut bibir. Areuna tidak ingin menjadi orang munafik, memang tidak memiliki perasaan apa pun, namun mengingat bahwa Kediaman di seberang sana adalah tempat para wanita penghibur Suami gilanya, kembali membuat amarah terdalam dari Areuna kembali membuncah.
Layaknya seorang Raja yang memiliki Harem tersendiri untuk para selir, dan posisinya di sini adalah sebagai Permaisuri. Tidak ada alasan lain, Areuna memang tidak ingin disentuh oleh Jungkook. Seperti di awal, keduanya sama sekali tidak saling mencintai. Naif memang, tapi itulah Jung Areuna, yang selalu mendambakan cinta dari orang-orang disekitarnya. Dia hanya ingin melakukan bersama orang yang ia cintai.
"Nyonya, ini sudah selesai." Pandangannya kembali dialihkan, kala mendengar suara Eunbi yang membuyarkan emosi didalam diri. Areuna mengangguk, tersenyum kecil kembali. "Terima kasih, Bi-ya ... Kau memang yang terbaik," ucapnya seraya mengelus bahu wanita tersebut---hingga membuat Eunbi tak kuasa menahan senyum. "Maaf, Nyonya ... Haruskah saya mematikan kran air?" Areuna yang mendengar melebarkan mata, kemudian terkekeh pelan seraya mengangguk, menurunkan selang air ke bawah. "Apakah kau terkena cipratannya?" Eunbi menggeleng, kemudian melangkah untuk memutar kran air hingga benar-benar mati.
"Ngomong-ngomong, Eunbi ... Apakah kau pernah ditugaskan untuk bekerja di sana?" Arah pandangan wanita itu mengikuti arah ke mana Areuna menunjuk. Eunbi mengerutkan mata, memicing, selepasnya menggelengkan kepala. "Tuan Lim tidak pernah memerintah para pelayan, bukankah ... Itu sekarang akan diperintah oleh Nyonya?" Selepas diam beberapa detik, kemudian gadis ini segera membuka mulut, kemudian mengangguk berkali-kali. Benar juga, semuanya sudah menjadi kuasa-ku. "Kalau begitu, apakah kau tahu ada berapa wanita di dalam sana?"
Eunbi terlihat gugup, matanya berkeliling ke sana dan kemari, membuat Areuna menunggu dengan penasaran. "Maaf, kalau tidak salah ada tiga puluh enam wanita yang tinggal---"
"T-tunggu, apa?---ah, tidak, maksudku---wow Jungkook, bagaimana bisa dia menampung tiga puluh enam wanita sekaligus di atas tempat tidur?" Eunbi melotot, selepas mendengar pertanyaan Areuna secara gamblang ditempat umum---terlebih beberapa pelayan lainnya tengah menunggu di luar rumah kaca---yang sama-sama menatap Nyonya mereka dengan pandangan terkejut bukan main. "Nyonya, sebenarnya mereka semua memiliki jadwal disetiap minggu---"
"Eh?! B-bagaimana bisa ...?" Areuna tertawa pelan, meski sebenarnya sangat terdengar jelas bahwa gadis itu tengah tertawa kikuk seraya mengusap leher belakangnya. Eunbi sendiri yang berdiri dihadapannya ikut tertawa canggung. Baiklah. Aku menyesal bertanya hal demikian.
•••
Diam-diam, Yerinicka menyenggol siku lengan Taehyung dengan jari telunjuk, namun pria itu tetap berjalan didepan seolah tidak peduli---membuat gadis ini harus sedikit berlari untuk menyamakan posisi keduanya. Banyak sekali beberapa pelayan yang menjadikannya sebagai pusat perhatian, yeah ... Terlebih rumor tentang dirinya masih belum bisa padam di Kediaman Hwang di sebelah timur ini.
Karena merasa gugup diperhatikan---padahal dulu dia tidak pernah mempermasalahkan soal ini---mungkin berjalan disamping Hwang Taehyung bisa menyelamatkannya. Tapi, pria itu seakan tidak peduli, dan hanya berjalan dengan angkuh di depan. Hingga habis kesabaran, kedua pundaknya naik turun tidak beraturan. "Hei, Hwang Taehyung!"
Masa bodoh satu hari menjadi perhatian di sepanjang koridor Mansion ini, terlebih para Maid yang sibuk membungkuk ketika keduanya melewati mereka, seketika mendongak kaget, menatap Nona muda baru mereka dengan pandangan aneh. Taehyung yang merasa namanya dipanggil bersamaan dengan nada menggelegar hingga menggema, membuatnya berhenti melangkah.
Yerinicka celingak-celinguk, kemudian tersenyum lebar ketika Maid disampingnya tengah menatap takut-takut. Gadis itu melambaikan tangan. "H-hai ...." Setidaknya, pelajaran etiket yang Yuna ajarkan memiliki manfaat juga ketika dalam situasi genting seperti ini. Menutup mata perlahan, sebelum akhirnya menghembuskan napas kasar. Pria itu segera berbalik dan menarik lengan Yerinicka untuk segera pergi dari sana.
Beberapa Maid yang dilewati oleh keduanya, seketika saling berbisik satu sama lain.
"Di sini tidak bisa berisik seperti tadi. Apalagi meneriaki namaku dengan lantang," perintah Taehyung yang segera ditatap secara rancap oleh Yerinicka. Gadis itu melepaskan tautan lengan keduanya secara kasar, mendengus kesal mengingat kejadian tadi. "Itu salahmu sendiri, kenapa aku yang disalahkan? Dan lagi aku tidak tahu bagaimana letak Mansion ini, jika kau meninggalkanku seperti tadi lalu aku tersesat bagaimana?" Taehyung lagi menghentikan langkah---secara spontan membuat Yerinicka ikut berhenti juga. "Kenapa berhenti? Salah arah jalan?"
Taehyung menoleh menatapnya, lantas mulutnya melengkung membentuk senyuman. "Tidak ada, ayo lanjutkan," sahutnya seraya menggelengkan kepala. Yerinicka hanya diam, tidak menunjukkan ekspresi apapun---meski sebenarnya sedikit kurang mengerti apa yang dimaksud oleh pria ini, sebelum merasakan tangannya kembali digenggam oleh Taehyung.
Sarapan biasanya dimulai dari pukul tujuh pagi dan berakhir pukul setengah delapan. Namun, karena perjalanan membutuhkan waktu yang benar-benar menguras habis jam tersebut, membuat semuanya kembali mengubah tujuan awalnya. Semuanya sudah berkumpul di meja dengan barometer luas tersebut. Yerinicka masih memakukan pandangan kearah wanita yang berada di seberang---Jung Aein---Ibu tirinya yang entah berantah bagaimana, tiba-tiba sudah bergabung di sini, di meja perjamuan teh khusus keluarga besar Hwang.
Taehyung yang tidak tahu ada apa diantara keduanya, diam-diam, tepatnya dibawah meja, tangan itu kembali menggenggam tangan Yerinicka erat---membuat gadis itu seketika menoleh kearahnya, dan mengerutkan dahi. Di seberang sana, Aein tersenyum sinis, meremehkan, dengan kipas yang dilebarkan depan wajah bagian mulutnya. "Aku tidak tahu, meninggalkan Putriku bersama Tuan muda bisa membuat keduanya saling berdekatan seperti ini." Semua atensi melirik kearah wanita itu, Yerinicka mendengus kesal secara pelan, namun mampu terdengar oleh Hwang Taehyung.
Hwang Ye Jun, pria berumur yang usianya tidak memiliki perbedaan dengan Jung Yang sook---masih menjadi kepala keluarga Hwang tersebut, segera membuka suara, "tentu saja ... Yang Sook sendiri yang menyerahkan Nona pertama Jung untuk cucuku, kan? Bukankah itu bagus, mengingat Taehyung menyukainya?" Taehyung yang mendengarkan hanya berdehem kikuk, kemudian menoleh kearah Yerinicka, ingin tahu ekspresi apa yang ditunjukkan gadis ini. Namun, tidak ada ekspresi apa pun yang dapat ditemukan, kembali sama seperti Jung Yerinicka saat pertama kali mereka bertemu.
Aein hanya memalsukan senyum ditempatnya. "Tapi ... Apakah itu berarti, keduanya akan menikah?"
"Aku tidak tahu pasti, semua keputusan berada ditangan cucuku---"
"Ya. Aku akan melangsungkan pernikahan dengan Yerinicka." Taehyung dengan cepat menyela, sampai-sampai seluruh tatapan orang-orang yang bersimpuh di sana seketika menatapnya dengan mata yang melebar---terkecuali Yerinicka yang terlampau tenang tanpa keributan didalamnya. Salah satu dari mereka mengepalkan tangan, yang duduk dikursi tepat disampin Ye Jun. "T-tapi, Kakak ... Bukankah kau tidak perlu melakukan itu?" Namanya Hwang Alice, sepupu dekat Hwang Taehyung ketika mereka masih berusia tujuh tahun. Memiliki paras yang terbilang cukup cantik, bahkan sangat cantik, Yerinicka mengakuinya.
Percampuran darah negara Korea juga Eropa tersebut membuatnya tumbuh menjadi gadis yang bahari nan jelita. "Melakukan apa?" Taehyung bertanya dengan nada tenang, namun tetap ada ketegasan yang membuat gadis itu hampir bungkam. "M-maksudku ... Jika Kakak tidak ingin menikah, kenapa harus---"
"Aku benar-benar serius dengan keputusanku," Taehyung menghentikan pembicaraan sejenak, sebelum kembali melanjutkan, "pernikahan kami akan segera dilaksanakan. Tepatnya, minggu depan."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Remorse ✔️
أدب الهواةSemua orang bisa merasakan yang namanya putus asa. Seolah jalan hidupnya tidaklah kembali berguna. Yerinicka Jung. Gadis keturunan Korea-Belanda, yang di 'jual' oleh Kakeknya sendiri kepada Matheo Alderado-memiliki nama Korea sebagai Hwang Taehyung...