[19] SAHABATKU KEKASIHKU

1K 213 22
                                    

Ini pertama kalinya aku berhadapan dengan dirinya lagi setelah perpisahan kami sekitar sembilan bulan yang lalu. Tidak banyak yang berubah hanya wajahnya terlihat sedikit tirus. Selain itu, dia masih terlihat gagah dengan seragam kebesarannya.

Manggala Dwi Rahagi, dia adalah sosok yang pernah mengisi semua doa dan tempat aku menaruh harapan serta bayangan masa depan. Namun apalah daya, mana kala hubungan yang diawali cinta malah berakhir dengan sakit hati. Manusia punya impian tetapi semesta punya kenyataan.

Pria ini juga salah satu alasan aku kembali ke kota kelahiranku. Tetapi sepertinya aku dan kesialan sudah seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Maksud hati ingin melupakan masa lalu, namun nyatanya aku malah terperosok pada kubangan masa lalu yang lainnya.

"Apa kabar Van? Sorry, kalau kedatangan aku ngagetin kamu! Aku enggak bisa hubungin kamu dan terakhir aku dengar kalau kamu balik lagi ke Bandung," ucapnya memandangku.

"Kalau kamu tahu Vani ada di Bandung, gimana bisa kamu tahu sekarang Vani lagi ada di Yogya?"

"Panca, dia telepon aku tadi malam dan kasih peringatan buat aku biar enggak deketin atau maksa buat ketemu kamu. Untung aku lagi ada di Yogya, walau dari sini aku harus langsung kembali ke Malang. Aku dipindah tugaskan ke Malang dua bulan lalu."

Aku terkekeh kemudian berkata, "Panca bego, itu sama aja secara enggak langsung dia kasih tahu keberadaan aku ke kamu. Aku sampai sekarang heran gimana bisa dia kerja di bagian IT?"

"Dia sejak dulu memang sudah enggak suka sama aku, bahkan dia juga yang bikin aku dirawat di Rumah Sakit setelah dihajar sampai babak belur. Aku sebenarnya enggak mengeluh, karena jujur aku memang pantas menerimanya, iya kan?"

Aku memandangnya lama, sebagian dari pikiranku memang berpendapat dia layak dipukuli tapi entahlah karena aku juga bingung. Disamping itu, aku terkejut atas tindakan Panca yang tidak pernah aku tahu itu. Dia memang sahabat sejatiku.

Kata orang perempuan dan laki-laki dewasa tidak mungkin bersahabat. Akan tetapi selama ini kami  memang benar-benar bersahabat baik. Apa aku dan dia sama-sama mati rasa?

"Sorry, Vani enggak tahu soal itu. Panca enggak pernah cerita apa-apa. Maaf juga gara-gara Vani kamu jadi susah. Padahal dulu Vani bilang mau mengakhiri semuanya dengan baik-baik. Kita ketemu dengan cara yang baik jadi seharusnya berpisah dengan cara yang baik juga. Maafin Panca yaa, bagaimanpun gara-gara Vani dia berbuat nekat begitu. Terima kasih juga karena kamu enggak memperpanjang masalah, padahal kamu bisa dengan mudah lakuin itu."

"Seperti aku bilang tadi, aku memang pantas mendapatkan itu! Lagipula sebelum aku pantas menangkap orang, aku seharusnya menangkap diriku sendiri dulu, bukan? Kalau dulu kamu me_____"

Memotong perkataannya "Vani enggak mau buat keadaannya jadi tambah kacau Gala! Kamu tahukan gimana keadaan Papa, masih untung jantung Papa enggak kambuh dan semarah-marahnya Vani, enggak mungkin juga tega menghancurkan nama baik keluarga kamu. Mau percaya atau enggak, tapi Vani menganggap mereka keluarga juga."

Gantian dia yang memandangku lama "Maaf ," Menghembuskan napas lalu membuang pandang ke jajaran tanaman dalam pot "Vani, Kamu masih benci dan takut sama aku, benarkan? Maaf, mungkin cuma kata itu yang bisa aku bilang atas semua kebodahanku hingga kejadian itu terjadi. Tapi aku bersyukur, hal yang kutakutkan tidak terjadi. Jika tidak maka____" Gala seperti kehilangan kata.

Aku membisu, entahlah apakah aku masih membecinya atau tidak? Memang sudah tidak ada bagian hatiku yang terasa nyeri saat memandangnya. Setelah perpisahan yang mengerikan itu aku memang menghindarinnya. Menutup semua akses sehingga dia tidak akan bisa lagi menemui atau bahkan menghubungiku.

FORGET ME NOT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang