Seminggu berlalu setelah insiden makan malam kelabu. Awalnya kupikir Kak Sapta akan marah dan mulai menjauhiku tapi ternyata tidak. Sikapnya tetap tenang seakan akan tidak terjadi apa-apa. Sepertinya istilah men are from mars and women are from venus cocok mengambarkan situasi ini. Kak Sapta bahkan kadang datang ke Butik untuk mengajakku makan siang.
"Vani, kamu enggak ke Butik hari inikan? Bisa dong Ibu minta tolong buat belanja bulanan?"
"Vani enggak ke butik Bu, emang Ibu mau berangkat kapan? Tunggu aku mandi dulu ya!"
"Tumben anak gadis Ibu bisa nurut, Ibu jadi terharu," Aku memutar mataku mendengar ucapan Ibuku yang berkepribadian anti mainstream ini.
"Tapi masalahnya Neng, Ibu ada arisan di rumahnya Bu Cipto jadi kamu belanjanya sendiri, tapi tenang, Mang Toha bakalan setia anter dan jemput kamu. Enggak bisa tunggu tapi karena dia lagi Ibu kasih misi khusus buat beresin taman depan yang makin enggak jelas bentuknya. Oke geulis, dipahamikan?"
Aku mendengus mendengar alasan Ibu yang panjang kali lebar alias luas itu. "Paham Bu, tapi boleh enggak Vani belanjanya sorean gitu? Jadi bisa sambil beli martabak atau apalah, kan udah lama Vani enggak jalan-jalan sore?"
"Boleh banget atuh geulis!"
Sip. berarti aku bisa santai sambil nonton film atau drama korea dulu. Namun sialnya aku malah ketiduran dan terbangun saat matahari nampak sudah bergerak menuju ke Barat. Mampus aku! bisa diomelin Ibu Negara karena belum belanja. Maka dengan kecepatan super aku mandi dan ganti baju.
Persiapan :
Penampilan Oke (√)
Ponsel berisi daftar belanjaan (√)
Tas berisi dompet beserta isinya (√)
Pastinya kartu kredit Ibu (√)
Aku berlari menuruni tangga lalu berteriak, "MANG TOHA BERANGKAT SEKARANG!!!"
"Siap Neng!"
Lalu lintas mulai padat ternyata, hingga akhirnya aku tiba di tujuan. Aku turun dari mobil lalu melenggang santai memasuki hypermart yang cukup besar tidak jauh dari kompleks rumahku. Barang lebih lengkap di tempat ini.
Buset, ini daftar belanjaan buat sebulan apa setahun? Panjang banget ternyata listnya. Ibu emang kalau niat ngerjain orang enggak pernah nangung-nangung. Monologku di dalam hati saat membuka daftar belanjaan yang telah dikirim ke ponselku.
Aku akan mulai dari sembako, daging-dagingan, sayuran, buah-buahan, baru camilan. Cerdas bukan? Ternyata tidak segampang itu saudara-saudara. Bayangkan, minyak goreng saja banyak mereknya, mana Ibu enggak nyantumin merek mana yang harus dibeli. Salah enggak apalah, asal kelar. Saat memilih buah, tiba-tiba ada panggilan masuk.
Sapta Calling
"Halo La, kamu di mana?"
"Lagi belanja di supermarket dekat kompleks."
"Sama siapa?"
"Sendirian, emang kenapa?"
"Oke!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT (COMPLETED)
General FictionJika hati bisa diajak berlogika maka hidup tidak mungkin serumit ini! Kisah Vanilla yang berusaha move on, namun bagaimana bila benang-benang masa lalu ternyata sudah terangkai menjadi simpul mati dan akan tetap ikut terajut membentuk masa depan yan...