Berjalan perlahan memasuli kawasan Rumah Sakit sambil membawa keranjang buah. Menuju salah satu ruang rawat VIP, aku mengetuk lalu membuka pintu perlahan. Tercium aroma khas Rumah Sakit, bau etanol cukup menyengat walau agak tertutup oleh bau pengharum ruangan. Pandanganku menyapu ruangan yang cukup luas dengan fasilitas yang nyaman. Seorang pria paruh baya terlihat sedang tertidur dengan selang infus di tangannya.
Mengalihkan pandanganku ke sofa besar di tengah ruangan, Arga tersenyum ke arahku sambil memberi isyarat agar aku ke sana. Melangkah mendekatinya lalu duduk berseberangan dengannya. Meletakkan keranjang buah di atas meja.
Penampilan Arga masih tampak rapi seperti biasa, walau sedang tersenyum lebar namun tidak bisa menutupi raut lelah yang terpatri jelas di wajahnya. Aku juga pernah ada di posisi yang sama seperti dia dahulu saat jantung Ayah tiba-tiba anfal. Namun, masih ada Ibu dan Teh Amel, sehingga kami bisa saling berbagi dan menguatkan, berbeda dengan Arga yang harus menghadapinya sendirian.
Arga memandangku lalu berkata pelan "Makasih, sudah mau datang menjenguk. Tapi sayangnya Papi baru aja tidur. Mungkin efek obat. Padahal aku niatnya mau ngenalin kamu, jadi bisa cepat urus acara resepsi kita."
Aku mendengus, mengabaikan perkataanya yang menurutku bukan saatnya untuk dikatakan, "Papi kamu gimana? Ada kemajuan?"
"Tunggu jadwal operasi dalam minggu ini, dokter bilang jalan terbaik memang melalui operasi bypass. Penyakit jantung koroner Papi udah cukup parah soalnya."
"Kamu keliatannya capek banget, jaga di sini sendirian?"
"Ada Bi Ratih yang jagain Papi saat aku kerja. Kalau weekend, aku jaga di sini dan nggak pulang ke rumah. Makanya kamu cepetan jadi istri aku lalu bantu aku jagain Papi dan anak-anak kita."
Menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuannya, dia selalu bisa membuat aku kehilangan kata sejenak. Aku jadi ragu akan pernyataan Teh Amel bahwa Arga bukan playboy. Bagaimana mungkin makhluk jenis ini bisa dikatakan laki-laki normal? Buaya darat baru cocok. Tapi buaya jantan secara teori sebenarnya tergolong sebagai hewan setia dengan pasangannya.
Di habitatnya, hewan buas ini hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya. Hewan ini akan menjaga betinanya saat sedang bertelur dan buaya jantan juga akan menjaga telur tersebut hingga menetas. Bahkan jikapun buaya jantan harus mengorbankan nyawanya sendiri. Apabila sang betinanya mati, buaya jantan tak akan mencari betina lain. Mereka lebih memilih menghabiskan sisa hidupnya sendirian.
Alasan mengapa playboy disamakan dengan buaya darat kemungkinan besar mengacu pada pendapat bahwa buaya itu adalah binatang buas. Jadi jika diberi daging apa saja pasti langsung dimakan tanpa pikir-pikir lagi. Maka laki-laki macam itu yang dikategorikan buaya sebab kalau ngeliat cewek maunya diembat. Kesimpulan yang masuk akal adalah buaya diibaratkan playboy bukan dari cara hidupnya tapi cara makannya. Eh, kenapa jadi ngomongin buaya sih... Hadeeeh.
Belajar dari pengalaman maka laki-laki yang terlihat baik kenyataannya belum tentu baik. Tidak ada yang bisa benar-benar tahu bagaimana sifat pasanganmu. Namun, waktu nanti yang akan menjawab semuanya. Maka semoga pilihanku kali ini tidak keliru.
Sebelum aku bisa membalas perkataan Arga, suara pintu berderit terbuka membuat pandangan kami mengarah ke pintu. Seorang wanita paruh baya masuk dan mengangguk ke arah kami. Mungkin dia ini Bi Ratih yang dibicarakan oleh Arga tadi.
"Vani, bisa temenin aku makan? Aku belum makan," ucapan Arga mengalihkan pandanganku kembali padanya.
Melirik jam yang ada di tanganku "Ini sudah sore, kenapa masih belum makan. Ayo, sekarang aku temenin kamu makan!" kataku sambil bangkit berdiri.
"Bi Ratih, saya makan dulu sebentar, tolong jagain Papi. Dia baru tidur sooalnya," ucap Arga sebelum kami meningalkan ruangan perawatan.
Berjalan berdampingan dengan Arga, suasana Rumah Sakit memang masih cukup ramai. Ketika berbelok dari koridor langkahku terhenti saat melihat sosok yang amat aku kenal sedang berjalan menuju kami. Tersenyum saat pandangan kami bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT (COMPLETED)
Fiction généraleJika hati bisa diajak berlogika maka hidup tidak mungkin serumit ini! Kisah Vanilla yang berusaha move on, namun bagaimana bila benang-benang masa lalu ternyata sudah terangkai menjadi simpul mati dan akan tetap ikut terajut membentuk masa depan yan...