[37] CINTAKU KANDAS

1.2K 208 11
                                    

Aku duduk terpekur sambil bersandar di kepala ranjang. Pikiranku rasanya berputar-putar antara percaya tidak percaya. Memikirkan acara pernikahanku besok pagi. Iya, besok aku akan menikah... Aaarrrgggg!

Bisa kalian bayangkan, Kak Sapta memberi tahuku jika acara pernikahan kami akan diadakan tepat dua minggu setelah acara lamaran dirinya padaku sore itu. Aku kira semua itu hanya lelucon. Ternyata memang dia sudah mempersiapkan detail pernikahan sejak lama jadi yang dia butuhkan hanya mempelai wanitanya saja.

Ini gila... Oh, tidak... lebih tepat kalau aku bilang dia gila. Jujur, aku bahkan sempat bengong saat melihat undangan pernikahan kami yang dia sodorkan keesokan harinya karena akan segera disebarkan. Mau protes tapi bentuk undangan itu tidak jelek jadi... Ah, tau ah pusing.

Sepertinya semua orang juga tahu kecuali aku... Kurang gila apa lagi calon suamiku itu? Menolak setelah semua persiapan sudah mencapai 80% tidak mungkin aku lakukan. Lagipula kenyataannya aku memang mencintai Kak Sapta. Parahnya lagi adalah waktu serasa berlalu dengan kecepatan dua kali lipat hingga nyaris kurang dari 24 jam lagi aku sudah berubah status dari single menjadi double... Eh.

Kami bahkan tidak mengalami perdebatan atau mood swing menjelang pernikahan seperti pasangan lain yang tengah mempersiapkan pernikahan. Aku memang bukan perempuan yang ribet dan impian pernikahanku itu simple. Apalagi sebagian besar keperluan acara sudah diurus wedding organizer. Sepertinya dia juga tidak main-main memilih WO jadi aku tidak bisa complain karena hasilnya tidak mengecewakan.

Aku juga belum betemu dia lagi sejak acara lamaran resmi keluarga yang dilakukan sepuluh hari yang lalu. Kemudian aku harus melakukan prosesi pingitan selama seminggu. Ternyata dia mempersiapkan pernikahan dengan adat jawa, seperti impianku selama ini. Namun yang aku tidak tahu darimana dia mengetahui hal itu.

Melaksanakan prosesi adat dari mulai upacara tarub, pemasangan bleketepe, siraman berserta pengajian, upacara ngerik hingga midodareni dan entah apa lagi namanya aku lupa. Lelah pasti tapi menyenangkan di saat yang sama. Ibu saja terlihat antusias mengikuti serangkaian acara adat karena ini juga pertama kali baginya, sebab dulu Teh Amel menikah mengunakan adat Sunda.

Pintu berderit terbuka membuat mataku menatap lalu tersenyum memandang sosok yang masuk ke dalam kamarku. Dia naik ke atas tempat tidur lalu memelukku erat. Sumpah, perasaanku campur aduk tak karuan.

“Selamat Vani, akhirnya kamu menikah duluan,” ucap Tari setelah melepaskan pelukannya.

“Makasih! Kamu enggak apa–apa aku nikah?” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutku.

Dia terkekeh “Iya enggak apa-apalah. Sebenarnya, aku tuh gemes banget sama kamu. Padahal aku tahu kamu itu orangnya aneh sejak pertama kali aku sadar kamu ada di dunia ini!”

Aku menoyor kepalanya pelan “Sialan!”

“Kamu enggak penasaran kenapa aku ngotot jadi teman kamu dulu? Padahal kamu tahu aku tuh famous di sekolah!”  katanya sambil mengedip–ngedipkan matanya genit.

FLASHBACK ON

BINTARI’S POV

Melangkah menuju toilet karena rasanya mataku lengket, untung saja aku tidak tertidur di pelajaran Bu Nurul. Jika sampai kejadian maka Guru Agamaku itu pasti akan berbaik hati menyuruhku menyalin Surah Al Baqarah bila aku dengan beraninya tidur di kelas. Sebenarnya aku memang kurang tidur karena baru tiba hampir dini hari, berhubung ada pemotretan di Jakarta dari kemarin.

Memasuki toilet yang cukup sepi karena memang jam pelajaran masih berlangsung. Aku mencuci mukaku dan berharap rasa kantukku lenyap. Menatap pantulan diriku dalam cermin, mataku nyaris sudah mirip mata panda untung aku membawa kaca mata, sehingga bisa menyamarkan keadaanku yang mengenaskan ini. Bekerja di dunia entertainment tak semenyenangkan kelihatannya. Mendapat banyak uang, kehilangan banyak waktu.

FORGET ME NOT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang