Hujan rintik-rintik menyambutku saat melangkah keluar dari butik. Aku melangkah perlahan sambil mengedarkan pandanganku mencari seseorang. Mataku menangkap sosoknya yang tengah bersandar di samping mobil.
Aku sempat heran melihat dia bukannya menunggu di dalam mobil malah berdiri di luar mobil padahal saat ini jelas-jelas sedang hujan. Aku berjalan tergesa-gesa mendekatinya "Kak, ngapain sih hujan-hujanan? Kenapa enggak tunggu di mobil aja? Kakak enggak inget baru sembuh dari sakit!" omelku padanya.
Bukannya menjawab pertanyaanku Kak Sapta malah mendengus. Dasar makhluk aneh. Rasanya ingin berguru pada Mbak Ury Kartha Diayu Shinta yang katanya bisa membaca pikiran orang. Iya, aku ingin membaca pikirannya atau malah mencekik pria ini.
Seperti biasa, dia memindai penampilanku dari atas ke bawah. Hari ini memang aku berpenampilan santai karena tidak ada meeting yang mengharuskanku berpenampilan formal. Niat awal ingin santai, ternyata terancam akan dibantai begini.
Salah siapa dia menghubungiku secara tiba-tiba. Katanya tadi mau mengajakku nonton. Mau menolak tapi sepertinya aku sudah kehabisan alasan. Untung saja, aku sempat membawa jaket guna menutup bagian bawah tubuhku jika ingin duduk. Tanpa kata dia berputar dan membuka pintu kemudi. Aku mengikutinya masuk ke mobil dari arah sebaliknya.
Dia mulai menjalankan mobilnya setelah aku memansang seat belt dan menutupi kedua pahaku yang terbuka. Sepertinya nanti aku harus menaruh beberapa pakaianku di kantor, sebagai antisipasi jika harus bertemu dia tiba-tiba.
Aku juga tidak mungkin mengambil barang dari butik begitu saja, hanya demi kepentinganku sendiri. Bagiku bisnis tetap bisnis. Tidak akan pernah aku campur adukan dengan persoalan pribadi. Mungkin sebagian orang mengangapku terlalu berlebihan. Tapi harap tahu saja, aku ini memang orang yang keras kepala. Bahkan mencintai si iblis es yang duduk di sebelahku hingga selama ini, mungkin bentuk sifat keras kepalaku yang lain.
Sepertinya mulai ada kemajuan sekarang, karena suara musik menemani perjalanan kami. Tidak seperti biasanya sepi dan sunyi. Seketika wajahku menengok ke arahnya kala mobil masuk ke dalam kawasan apartemen Kak Sapta. Bukannya tadi dia mengajakku ke nonton.
"Kenapa malah ke sini Kak, katanya tadi mau ke bioskop?" tanyaku takut-takut.
Dia memarkirkan mobilnya di area parkir lalu menoleh ke arahku. "Aku ajak kamu nonton ya bukan pergi ke bioskop. Di sini juga kita bisa nonton. Tadinya aku memang mau bawa kamu ke bioskop, tapi lihat pakaian kamu hari ini. Aku enggak akan membiarkan kamu pergi ke bioskop dengan pakaian seperti itu. Lagian kebiasaan kamu itu tidur di tengah-tengah film belum berubahkan? Jadi untuk apa buang-buang uang ke bioskop!" ucapnya panjang lebar... Tumben.
"Kakak masih ingat?" tanyaku sambil tersenyum malu.
FLASHBACK ON
"VANIIII... nonton yuk? Ada film bagus nih!" teriakan Tari membahana saat dia memasuki ruang kelas membuat aktivitas kami menyalin PR Fisika terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT (COMPLETED)
General FictionJika hati bisa diajak berlogika maka hidup tidak mungkin serumit ini! Kisah Vanilla yang berusaha move on, namun bagaimana bila benang-benang masa lalu ternyata sudah terangkai menjadi simpul mati dan akan tetap ikut terajut membentuk masa depan yan...