Aku sedang berkonsentrasi mengupas kentang di sebuah dapur yang cukup mewah. Setelah menerima telepon dari Tante Mira yang memintaku datang kerumahnya. Iya, aku kini sedang berada di rumah Kak Sapta.
Awalnya aku sempat khawatir, apalagi mendengar cerita dari beberapa temanku saat mereka bertemu dengan calon mertuanya. Jelas berbeda rasanya jika memang kita sudah akrab sebelumnya. Nah, ini saja baru pertemuanku yang ketiga kali dengannya.
Walaupun, sejak awal Tante Mira memperlakukan aku dengan sangat baik, tetap saja jantungku sudah berdetak tak karuan bahkan sejak meninggalkan butik untuk menuju kesini. Maka di sinilah aku sekarang membantu Tante Mira memasak untuk makan malam. Agak grogi karena aku memang tidak terbiasa atau bahkan hobi memasak.
"Tante sebenarnya ngerasa enggak enak, nyuruh kamu datang padahal lagi sibuk di butik. Tapi Tante beneran pingin ketemu kamu. Tante udah berkali-kali suruh Sapta bawa kamu kerumah. Dia iya-iya jawabnya tapi enggak dilakuin. Tante berasa jadi korban PHP dari anak sendiri!" ucap Tante Mira sambil mengerucutkan bibirnya.
"Vani enggak sibuk kok Tante, kerjaan Vani cuma duduk sambil periksa berkas-berkas sebenarnya. Lagian, harusnya Vani yang inisiatif datang kesini nemuin Tante, maaf ya!" jawabku sambil tersenyum.
"Kamu rajin-rajin dong main kesini. Semenjak Puspa sama Rosa menikah dan tinggal sama suaminya masing-masing, rumah jadi sepi. Apalagi Sapta lebih banyak tinggal di apartemen, katanya lebih dekat ke Resto. Memang sih kalau weekend, kadang dia pulang ke rumah, tapi tetep aja Tante kesepian. Om Bram juga sibuk pergi-pergi!"
"Iya, nanti Vani usahain rajin datang ke sini!"
Tante Mira mengentikan aktivitasnya sejenak lalu memandangku " Beneran ya. Tahu enggak Vani, pertama kali lihat kamu, Tante ngerasa enggak asing. Terus waktu ketemu untuk kedua kalinya di pesta, Tante sadar mata kamu mirip sana Anye putri tante yang keempat."
Kata-katanya itu menyentak hatiku dan memberikan pemahaman yang aku cari selama ini. Alisku bertaut heran, kata Ayah waktu itu, Kak Sapta itu tiga bersaudara. Lalu dimana Anye-Anye ini. Aku bahkan belum melihatnya sama sekali.
Seakan menjawab rasa penasaranku, Tante Mirapun mulai bercerita, "Anye, Anyelir lebih tepatnya, dia itu adik Sapta. Dia meninggal karena sakit waktu Sapta baru masuk SMA. Kami sangat terpukul karena kematian Anye, soalnya dia masih SD waktu itu. Tante bahkan sempat di bawah penanganan psikiater, karena udah hampir gila rasanya!"
Mengambil jeda sebentar lalu dia melanjutkan, "Tante merasa gara-gara Tante, Anye meninggal. Anye itu sejak kecil memang sakit-sakitan. Kena hujan sedikit sakit, habis berenang sakit, bahkan makan ice cream aja bisa sakit. Nah, suatu hari Anye demam, terus Tante mau bawa ke dokter tapi Anye enggak mau. Jadi Tante cuma kasih obat demam biasa. Setelah tiga hari demamnya memang reda. Tapi malam keempat tiba-tiba Anye demam lagi ditambah kejang-kejang terus mimisan. Tante panik lalu buru-buru bawa dia ke Rumah Sakit, apalagi cuma ada Sapta di rumah, Om lagi di luar kota,"
Wajah Tante Mira terlihat sedih bahkan beberapa air mata yang menetes pelan. Aku memeluk Tante Mira erat sejenak dan entah sejak kapan air mataku juga sudah ikut mengalir keluar. Sebenarnya aku ingin meminta beliau agar tidak melanjutkan ceritanya karena pasti menyakitkan baginya. Namun, aku tidak berani.
"Dokter bilang Anye kena DBD, tapi kondisinya kritis karena sudah mencapai tingkat DSS (Dengue Shock Syndrom). Ada kerusakan pembuluh darah dan entah apa lagi Tante enggak begitu ingat. Anye hanya bertahan tiga hari sebelum benar-benar pergi ninggalin kami semua . "
Aku bingung harus bersikap bagaimana. Kami hanya saling berpelukan dan menangis bersama. DBD memang bukan penyakit baru, beberapa kali aku menjenguk teman-temanku yang terkena DBD, tapi mendengar penyakit itu dapat merenggut nyawa seseorang cukup menyeramkan bagiku. Aku tahu jika terlambat ditangani penderita DBD bisa meninggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT (COMPLETED)
Ficção GeralJika hati bisa diajak berlogika maka hidup tidak mungkin serumit ini! Kisah Vanilla yang berusaha move on, namun bagaimana bila benang-benang masa lalu ternyata sudah terangkai menjadi simpul mati dan akan tetap ikut terajut membentuk masa depan yan...