Aku memakan sushi yang telah tersaji dengan tenang, sambil mendengarkan perkataan Tari yang ada di depanku. Anehnya dia hanya makan beberapa saja sejak tadi. Mungkin karena mulutnya sedang sibuk berbicara jadi tak ada kesempatan makan. Kami sekarang sedang berada di resto sushi di salah satu mall yang ada di Bandung.
Dia mengajakku, lebih tepatnya memaksaku untuk menemaninya makan. Apalah daya, maka aku mau tak mau menurutinya. Apa aku berniat membahas tentang insiden pelukannya bersama Kak Sapta? Walaupun ingin tapi tak ada kata-kata yang sanggup keluar dari bibirku. Bersikap jutek juga aku tidak mampu. Tau ah pusiiiiiing!!!
Kenyataannya sejak dulu aku selalu menjadi orang yang munafik saat berhadapan dengannya. Jujur, kadang aku benci dengan diriku sendiri. Makanya aku selalu menghindar dari Tari, tapi dia malah sebaliknya. Akhirnya aku yang bingung sendiri dibuatnya.
Aku menaruh sumpitku lalu berkata, "Kenapa makannya cuma sedikit? Padahal kamu yang ajak Vani ke sini, gimana sih?"
"Aku harus diet Vani!"
"Lah, kalau gitu kenapa kamu malah ngajak ke sini?"
"Kalau aku ngajak ke resto healthy food kamu pasti enggak selera."
"Pinter!!! Eh, banyak yang enak juga kalau benar milih restorannya. Malahan Vani ingin coba makanan vegan tapi yang keliatan kayak daging padahal bukan. Penasaran rasa dan teksturnya." Mataku menyipit memandangnya "Lagian badan udah bagus gitu masih aja mau diet. Mau sekurus apa lagi sih, Tari? Aku malah merasa gendut loh kalau ada di samping kamu!" lanjutku heran.
Terkekeh sejenak kemudian berkata, "Sebenarnya gampang kalau mau kelihatan kurus, Vani. Barengan aja sama yang gendut-gendut jadi otomatis bakalan kelihatan kurus."
"Iiiissshh, body shaming banget, Tari!"
"Itu kenyataannya dan karena orang di sekitarku itu kurus-kurus jadi bakal kelihatan kalau aku gendutan dikit. Kebayang enggak kalo mesti pakai crop top waktu photoshoot, terus perut agak gembung, auto salfok client pas lihat fotonya." Tari meminun ocha-nya "Diet itu buatku tuntutan kerjaan. Lagian Vani, kebanyakan cowok itu biasanya suka tipe cewek yang tinggi, putih, dan langsing? "
Aku mendengus, karena jelas aku tidak seperti itu "Iiissshhh, putih, tinggi dan langsing? Suruh mereka pacaran aja sama BIHUN!!!"
"Idiiiiiih, Padahal kamu masuk kriteria putih, tinggi dan langsing loh," ucap Tari sambil mengerling jahil.
"Kamu bakalan lama di Bandung? Aku dengar kamu jadi model di Singapura?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Sekitar sepuluh harian rencananya di Bandung, terus harus ke Jakarta ketemu agensi baru. Habis itu balik lagi ke Singapura. Kayaknya bakalan stay di Jakarta, biar bisa dekat juga sama keluarga. Mereka pindah ke Jakarta waktu aku lulus SMA. Lagian kontrak aku di Singapura habis bulan depan. Enggak akan diperpanjang karena Mami udah ngomel-ngomel suruh aku pulang. Aku sebe..." kata-katanya terputus saat ponselnya berdering.
Aku melanjutkan makanku tanpa mempedulikan percakapannya dengan entah siapa. Aku sih no diet-diet club. Lagian gemuk itu sebagian besar karena faktor genetik, iya kan? Bukan hanya keturunan maksudku tapi orang-orang tertentu itu sejak lahir memang sudah berbakat gemuk.
Berdasarkan curhatan temanku yang kebetulan gemuk, katanya bahkan walau makan sehari sekalipun tetap saja gemuk dan berat badan tidak turun juga. Memang sih tidak dapat dipungkiri jika seseorang banyak sekali makan plus ngemil bisa gemuk juga. Macam-macam sebenarnya faktor pemicu kegemukkan.
Aku mendongak saat dia mengakhiri pangilannya di ponselnya. Sepertinya dia harus pergi ke pesta temannya dari potongan pembicaraannya tadi. Aku menunggu keputusannya, lumayanlah karena aku bisa pulang ke rumah saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/174452922-288-k153482.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT (COMPLETED)
Fiction généraleJika hati bisa diajak berlogika maka hidup tidak mungkin serumit ini! Kisah Vanilla yang berusaha move on, namun bagaimana bila benang-benang masa lalu ternyata sudah terangkai menjadi simpul mati dan akan tetap ikut terajut membentuk masa depan yan...