Maya memasuki kantorku sambil membawa mangkuk kemudian menaruhnya di mejaku. "Teteh yakin enggak mau makan nasi? Makan tekwan emang kenyang?"
Aku menghela napas, tanpa memindahkan fokusku pada layar komputer "Lagi ingin makan ini Maya. Hmm, Es Oyen memang enggak ada?"
"Es belum sampe. Udah enggak makan nasi malah ingin es lagi. Enggak sehat tahu Teh!"
"Iiissshhh... Lama-lama kamu cerewetnya mirip Ibu! Udah lama enggak cicipin es Oyen. Kangen zaman-zaman SMA."
"Ini bukan cerewet tapi perhatian! Kalau pacar enggak perhatiin Teteh, tenang aja masih ada Maya yang bakal perhatian. Ngomong-ngomong soal pacar, tadi A' Sapta kesini lagi Teh?"
"Nyindir terus perasaan. Btw, terus kali ini alasan apa yang kamu pakai buat ngusir dia?"
Dia terkekeh "Maya bilang aja, Teteh tadi dijemput Pak Arga buat makan siang bareng! Maya seneng banget waktu lihat ekspresinya tadi, kayak orang yang lagi nahan poop."
Aku berdecak "Dasar sableng!"
Memang sudah empat hari ini aku menghindarinya, untung dia hanya mendatangi butik bukan rumahku. Aku juga selalu diantar dan di jemput oleh Mang Toha. Sehingga mobilku otomatis tidak pernah ada di butik.Nomornya sengaja kublokir karena aku benar-benar tidak ingin berkomunikasi sama sekali. Berhenti berkomunikasi itu mudah tapi ternyata sulit sekali adalah tidak memikirkannya. Paling tidak, aku bisa melampiaskan kekesalanku pada boneka monokuma yang ada di tempat tidurku itu. Apalagi Maya yang berada di pihakku sekarang, jadi dia selalu membuat alasan agar Kak Sapta mengira aku tidak ada di butik.
Aku mungkin tidak bisa menghindarinya selamanya, tapi emosiku hingga kini belum membaik. Cepat atau lambat aku memang harus merelakannya. Memang apa lagi yang bisa aku harapkan? Lagi pula urusan pekerjaan saat ini sedang menuntut fokusku, karena rencananya kami akan mengikuti pameran yang akan diselengarakan oleh salah satu instansi pemerintah.
***
Meregangkan otot tanganku yang terasa kaku, ternyata hari sudah mulai gelap. Memandang langit dari balik jendela ruang kantor, akhirnya satu hari lagi terlewati. Aku menyandarkan kepalaku di sandaran kursi sambil memejamkan mata, rasanya ingin melarikan diri tapi tidak mungkin untuk saat ini.
Tiba-tiba pintuku terbuka dan menampilkan sosok Tari yang tersenyum lebar, sedangkan di belakang tampak sosok Maya yang memberi isyarat minta maaf. Mengangukkan kepala pada Maya untuk meninggalkan kami berdua. Ternyata penderitaanku untuk hari ini belum selesai.
Mungkin kalian penasaran kenapa aku tidak bicara pada Tari secara terang-terangan? Bukannya plin-plan tapi kondisinya rumit. Seperti Kak Sapta, Tari juga memiliki tempat spesial di hatiku. Dia ini adalah sahabat perempuanku satu-satunya. Bukan pula salahnya jika dia dekat dengan Kak Sapta. Hubungan mereka itu masih misteri bagiku.
Apa mungkin aku berteriak di depan mukanya untuk menjauhi calon suamiku? Tidak mungkinkan? Bukan salahnya jika Kak Sapta seolah tidak menjaga jarak dengannya. Seperti yang aku curigai bahwa Tari jangan-jangan tidak tahu masalah perjodohan antara aku dan Kak Sapta. Berebutan, bertengkar hingga putus hubungan dengan sahabat hanya demi seorang pria tidak pernah ada dalam kamus hidupku.
Jadi yang bisa aku tanyai adalah Kak Sapta. Dia yang berhutang penjelasan padaku. Namun, makin hari aku makin muak padanya. Jadi aku sudah angkat tangan mengurusi masalah ini. Hancur... Ya hancur saja sekalian. Tapi aku tidak akan melampiaskan kemarahanku pada Tari yang mungkin tidak tahu apa-apa.
Mungkin sebagian besar orang menganggap Bawang Putih itu bodoh karena tidak melawan Bawang Merah. Cinderella juga sama-sama bodoh karena diam saja saat ditindas Drizella dan Anastasia. Tidak... Menurutku mereka itu tokoh dongeng terkuat karena berhasil mengalahkan tokoh Antagonis tanpa banyak turun tangan. Mereka lebih kuat karena seolah mampu 'menggerakan' takdir untuk langsung menghukum orang yang bersalah. Sementara tokoh dongeng lain berjuang susah payah melawan takdir.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT (COMPLETED)
Fiksi UmumJika hati bisa diajak berlogika maka hidup tidak mungkin serumit ini! Kisah Vanilla yang berusaha move on, namun bagaimana bila benang-benang masa lalu ternyata sudah terangkai menjadi simpul mati dan akan tetap ikut terajut membentuk masa depan yan...