Bekerja ternyata benar-benar membuat kita dapat sejenak melupakan masalah. Manusia menurutku adalah makhluk paling egois, termasuk diriku sendiri. Oh, jangan tersinggung, tapi benarkan bahwa kita pernah berpikir bahwa masalah yang kita alami terasa sangat berat dan membuat hidup kita menderita. Padahal di luar sana ada lebih dari jutaan manusia hidup jauh lebih menderita dibandingkan kita.
Mungkin bagi orang lain masalahku tidak ada berat-beratnya. Dijodohkan dengan laki-laki tampan yang juga cinta pertamaku, ups ... lebih tepatnya cinta bertepuk sebelah tanganku. Dia juga sepertinya menerima rencana perjodohan ini dan sikapnya juga tidak buruk padaku.
Lalu apa masalahnya???
Masalahnya adalah aku tahu sejak dulu Kak Sapta bukan playboy bahkan tidak mudah dekat dengan gadis-gadis. Walaupun tidak sedikit gadis yang mencoba mendekatinya. Apalagi dahulu, aku jelas dengar dari mulutnya bahwa diriku ini seperti sahabat dan adik baginya yang harus dia jaga. Jadi agak aneh jika dia kini tiba-tiba jatuh cinta padaku.
Satu-satunya gadis yang bisa mendobrak pertahanannya itu, aku mengenalnya. Kedekatan mereka yang aku tahu sepertinya bertahan hingga kini. Delapan tahun bukan waktu yang sebentar. Walau kini dia tidak ada lagi di dekatnya, tapi siapa yang tahu isi hati seseorang. Bukannya aku menguntitnya, tapi gadis itu cukup terkenal, jadi beritanya berseliweran di portal online.
Aku akui diriku ini pengecut, tapi aku sudah merasakannya dulu betapa sakitnya bila orang yang kita cintai itu mencintai orang lain. Raganya bersamamu tapi hati dan pikirannya tidak. Aku juga tidak punya keberanian untuk mengulangi kesakitan itu lagi. Apalagi pernikahan bukan ajang uji coba ataupun uji nyali.
"Teteh... Teh Vani, udah jam dua siang ini. Kita mending berangkat sekarang, biar enggak kejebak macet. Apalagi Pak Arga itu terkenal on time!" Lambaian tangan dan suara Maya menyadarkan lamunanku. Sial, gara-gara Kak Sapta aku jadi kebayakan ngelamun kayaknya.
"Oke, kita berangkat sekarang. Kamu udah siapin contoh-contoh rancangannya sekaligus surat kontraknya?" tanyaku lalu aku berdiri dan merapihkan berkas yang tadi kubaca sebelum melamun.
"Udah lengkap semua, Teh!"
Aku berhenti sejenak menatap Maya heran "Tumben dandanan kamu cetar banget!"
Yang ditanya malah cekikikan "Teteh tahu enggak kalau Pak Arga itu kasep pisan. Oh iya, Teteh mah belom pernah ketemu ya. Nanti deh lihat sendiri wajahnya, arab-arab bikin khilaf Teh."
Menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Maya. Aku membawa tasku lalu mendahuluinya ke luar ruangan. Diriku hapal di luar kepala tentang pria tampan dan efek sampingnya itu. Nggak ada obat!
***
Kami tiba di salah satu rumah makan dan menuju tempat yang telah diresevasi oleh Pak Arga. Ternyata letaknya agak di pojok belakang, berhubung pembicaraan ini cukup penting mungkin. Biasanya hal yang menyangkut kontrak yang cukup besar kami lakukan langsung di butik atau di kantor klien, tapi memang ada beberapa klien yang meminta lokasi tertentu seperti saat ini.
Tidak lama kulihat seorang pria dan seorang wanita mendekati kami. Benar ternyata, Arga-Arga ini memang sangat tampan dengan penampilan khas eksekutif muda yang tentu memukau kaum hawa. Mungkin dia ada keturunan Arab.
"Siang Pak Arga, perkenalkan saya Vanilla." Aku berdiri menyambutnya sambil tersenyum sopan.
"Oh, Maaf saya terlambat. Apa Anda dan Maya udah menunggu lama? ini Sella sekertaris saya," ucapnya sambil menjabat tanganku.
"Tidak Pak Arga, kami memang datang lebih awal. Saya takut terjebak macet soalnya. Silahkan duduk!"
"Akhirnya saya bisa bertemu langsung dengan Bu Vani. Saya dengar banyak hal tentang anda dari Amel. Dia itu dulu teman kuliah saya. Kakak tingkat saya sebenarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT (COMPLETED)
Ficción GeneralJika hati bisa diajak berlogika maka hidup tidak mungkin serumit ini! Kisah Vanilla yang berusaha move on, namun bagaimana bila benang-benang masa lalu ternyata sudah terangkai menjadi simpul mati dan akan tetap ikut terajut membentuk masa depan yan...