Begitu banyak pertanyaan dibenak Nelfa yang Ia sendiri bingung ingin mengungkapkan pertanyaan itu pada Evan.
"Astaga?! Jason? ini bener Jason, kan? Ya Tuhan, kenapa hati Aku selalu deg-deg an gini sih setiap ada lihat wajah tampannya Dia? ini, ini maksudnya apa!? aduh bakalan gagal move on Aku ini?!" gerutu Nelfa didalam hatinya sambil terus memandang wajah Jason.
"Hah!? ini si Nelfa itu kan? jadi cewek ini yang buat Koko Gua rela jadi bucin tanpa ada kejelasan dan tak berujung?! gila! kenapa harus Dia sih!?" gerutu Jason didalam hatinya sambil terus menatap Nelfa juga.
"Ehemm" tegur Bryan seketika membuyarkan pandangan antara Jason dan Nelfa. Baru saja Nelfa akan angkat bicara, Jason sergap menahannya dengan menyodorkan tangannya mengajak Nelfa berkenalan berpura-pura belum pernah ada mengenalnya.
"Jason" ucap Jason sambil mengajak Nelfa berjabat tangan. Nelfa mulai menggerakkan tangannya akan membalas jabat tangan itu dengan ragu.
"Nelfa" ucap Nelfa sambil membalas jabat tangan Jason. Setelah itu, Jason langsung melepas jabat tangan itu dengan gerakan terlihat tidak ramah. Hal itu hanya dirasakan oleh Nelfa karena Evan dan Bryan tak ada memperhatikannya.
"Itu Jason Fa, anak kedua dikeluargaku" ucap Evan dengan ramah.
"Oh, tapi bukannya kemarin kapan lalu itu Kamu sebutnya bukan Jason ya Ko?" tanya Nelfa keceplosan.
"Pas kapan?"
"Pas Kita ada makan malam sama Bryan juga" ucap Nelfa menjelaskan.
"Oh, Jonson itu ya Jason ini Fa" sahut Bryan karena Ia faham dengan apa yang dipikirkan oleh Nelfa.
"Heh, apaan sih Lo Bayem!" tegur Jason.
"Jonson itu panggilan candaan gitu dari Kita Fa, kalau Bryan biasanya Bayem" terang Evan.
"Nah kalau Ko Evan, kalau gak Ko Epan ya Ko Empang, haha" sahut Bryan.
"Iya coba diterusin lagi? dijelasin lagi?" sahut Evan dengan tatapan tajam namun menahan tawanya.
"Nggak kok Ko, enggak, Koko Gue yang ganteng" balas Bryan dengan wajah melas dan lucu. Nelfa reflek tersenyum karena menahan tawanya. Jason melirik kearah Nelfa."Sial, manis juga Dia kalau lagi senyum" gerutu Jason didalam hatinya.
"Astaga, apaan sih Gua ini, salah ngomong Gua kayaknya" gerutu Jason.
"Kok malah jadi kenalan sama si Jason ini sampai dua kali ya?! pertanda apa ini? ah enggak, pasti ini memang cuma kebetulan aja" gerutu Nelfa didalam hatinya.
Evan kembali menggandeng jemari Nelfa.
"Dah kayak mau nyebrang aja Lu Ko, pake gandengan segala?" tegur Bryan sambil menahan tawanya.
"Jomblo diem" gerutu Evan juga menahan tawanya.
"Dih, Kita juga masih sama-sama jomblo keles, Ko? haha" ucap Bryan dengan puas.
"Heh, hmm" balas Evan sambil menahan senyumannya. Nelfa kembali tersenyum."Yaudah, kalau gitu Gue duluan ya Je, Bry"
"Iya Ko" balas Bryan. Berbeda dengan Bryan, Jason memilih tak menghiraukan Evan yang sedang ada berpamitan."Hih, lagaknya masih sama! sok cool sok ganteng! sombong amat deh, kok bisa sih Dia selalu aja lari-lari dipikiran Aku, hih" gerutu Nelfa sambil melirik kearah Jason sekilas.
Evan mulai melangkah, Nelfa mengimbangi langkah Evan. Namun disaat Evan mulai fokus lihat kedepan sedangkan Nelfa yang baru saja akan melewati Jason, Jason melirik kearah Nelfa bersamaan dengan Nelfa yang sedang ada melirik kearah Jason. Tertangkap memandanginya, Jason tetap terus melirik dengan tatapan tajam kearah Nelfa. Nelfa yang faham tatapan tak mengenakkan itu dari Jason, langsung mengalihkan pandangannya.
Kini Evan dan Nelfa sudah berada didalam mobil sedang dalam perjalanan. Sejak awal Nelfa duduk didalam mobil, Nelfa terus saja terdiam bahkan Ia sering melamun. Tentu saja itu karena pertemuannya kembali dengan Jason. Nelfa tak menyangka, bahwa Jason ternyata adalah adik Evan, cowok yang begitu tulus dan sabar mengejar cintanya. Nelfa sempat merasa dilema. Namun seketika Ia tersadar, bahwa selain sifat dan sikap Jason yang bertolak belakang dengan Evan, Jason juga terlihat sangat membencinya. Beda halnya dengan Evan. Evan semakin terlihat, bahwa Ia semakin semangat membuat Nelfa nyaman dan tertarik padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's just for me Jason Wlm
Non-FictionTAHAP REVISI !!! Pertengkaran yang membuat timbulnya ada rasa cinta, namun karena keadaan, memaksanya untuk bisa membencinya, disaat berhasil bangkit dan melupakannya, justru keadaan malah membuatnya harus menerima nya sebagai pendamping hidupnya, i...