Pesta yang ditunggu-tunggu telah tiba. Nelfa datang bersama keempat sahabatnya dengan menggunakan tiga buah mobil termasuk mobil milik Nelfa. Pesta tersebut diselenggarakan disebuah hotel megah yang ada dikota Semarang. Mereka berlima terlihat sama-sama cantik dan menarik. Mereka memakai gaun beda warna semua. Sehingga jika mereka berjalan bersamaan, mereka seperti pelangi yang bersinar dan elok dipandang. Mereka berlima nampak sama-sama anggun karena dandanan mereka yang flawles dan soft. Bianca memakai dress bewarna merah nyala. Arin memakai dress warna hijau muda yang manis. Alya memakai dress warna kuning yang kalem. Loli memakai drrss bewarna pink baby, sedangkan Nelfa memakai dress warna favoritnya yaitu birumuda kombinasi birutua ada hiasan pita manis kecil dibagian dadanya. Nelfa memilih dandanan rambut yang simple. Ia mengenakan jepitan rambut model pita, dengan kondisi rwmbut digerai dan diblow dibagian ujung rambutnya. Para tamu dan termasuk lima sahabat itu bergantian saling naik kepanggung untuk memberi selamat kepada mempelai. Setelah itu, kelima sahabat itu mulai berdiri dan menikmati hidangan yang ada sambil mengobrol dengan yang lainnya. Kelima sahabat itu bergabung dengan teman kampusnya yang terdiri beberapa perempuan juga beberspa laki-laki. Nelfa memilih hanya berdiri diam sambil mengamati mearah sekitarnya disebelah Bianca. Beberapa menit kemudian, disaat Nelfa dan keempat sahabatnya sudah sempat menikmati beberapa hidangan yang ada, kini mereka pindah posisi menjadi berdiri bergabung bersama teman-teman kampusnya yang lain.
"Eh Ko.. Ko, itu si Nelfa ga sih Ko? apa Gue salah lihat ya?" gerutu Bryan sambil menunjuk kesatu arah. Evan dan Jason langsung menoleh bersamaan.
"Iya, itu Fafa, jadi dress waktu itu Dia beli buat datang keacara ini juga?" gerutu Jason.
"Maksud Lo apa Je? Lo ada ketemuan sama Fafa tanpa sepengetahuan Gue?" sahut Evan dengan tatapan menyelidik.
"Dih, pikiran Lo, Ko? ya kagaklah? cuma pas Gua nemenin Mama ambil jas pesenan Kita ini, Gua sama Mama ketemu sama si Fafa itu!?"
"Hah? Lo serius Je?"
"Tanya aja ke Mama kalau gak percaya Ko" gerutu Jason dengan santai."Malahan, si Mama sempat ada ngobrol sama si Fafa itu" tambah Jason lagi.
"Sial! tahu gitu Gua ikut waktu itu!" gerutu Evan.
"Ya lagi pula Lo sendirikan Ko, waktu itu yang nolak diajakin Mama?"Evan terlihat diam saja sambil terus melihat kearah Nelfa.
"Lo kenapa gak cerita sama Gue Je soal itu?!"
"Dih, yang bucin kan Lo, Ko? ya bukan urusan Gue lah"
"Hih, coba waktu itu Gue ikut! pasti Gue bisa temuin Fafa saat itu juga!?"
"Halah Ko, Ko? yaudah sih? kali aja Lo sama Dia kagak jodoh"
"Terus jodohnya sama siapa?! sama Lo, gitu!?" ketus Evan.
"Dih, kok Lo ngegas Ko? hmm"Evan menoleh sekilas kearah Jason dengan raut wajah malasnya.
"Eh, hai Koko Evan, Jas, Bryan?" tiba-tiba ada wanita yang menyapa mereka. Wanita itu tak hanya sendirian tetapi Mereka bertiga. Mereka adalah teman tiga bersaudara itu.
Evan langsung menoleh kearah tiga wanita itu dan membalas sapaan mereka. Tiga saudara itu saling mengobrol bersama dengan tiga wanita itu termasuk Evan. Awalnya Evan sudah ingin menghampiri Nelfa. Namun karena datangnya tiga wanita yang tak lain adalah temannya itu, Evan mengurungkan niatnya.
Disaat Evan masih sibuk mengobrol santai dengan para wanita itu bersama kedua adiknya, Nelfa tak sengaja melihat kearah Evan, Jason dan juga Bryan. Awalnya Nelfa terkejut karena bisa melihat mereka disana. Tetapi, Nelfa semakin dikejutkan karena pandangannya. Nelfa langsung berfikiran negatif. Ada rasa perih dihatinya disaat melihat Evan juga Jason tersenyum dan tertawa bersama para wanita itu. Bahkan, disaat Ia melihat dandanan juga style para wanita itu, Ia merasa insecure karena dibandingkan dengan mereka, Nelfa jauh lebih sederhana karena mereka sungguh teekihat dewasa dan sangat menarik dilihatnya. Mood Nelfa mulai meredup. Nelfa tiap kali melihat kearah Evan dan juga Jason secara bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's just for me Jason Wlm
No FicciónTAHAP REVISI !!! Pertengkaran yang membuat timbulnya ada rasa cinta, namun karena keadaan, memaksanya untuk bisa membencinya, disaat berhasil bangkit dan melupakannya, justru keadaan malah membuatnya harus menerima nya sebagai pendamping hidupnya, i...