BAB 18 ⭐ MENERIMA KEADAAN

595 69 7
                                    

Pukul 12.30 WIB,
Terdengar suara bel Apartement Nelfa berbunyi. Nelfa mendengarnya namun, Ia memilih diam tak membukanya. Selain karena kondisinya yang lemah, dan kesakitan juga susah untuk berjalan, Nelfa mengira itu adalah Evan, sedangkan Nelfa tak ingin
kondisinya saat ini diketahui siapapun terutama Evan dan keempat sahabatnya itu. Apalagi kondisinya terlihat, Ia sangat susah untuk berjalan tegap seperti biasa, dan siapapun yang melihatnya sudah pasti langsung faham seakan Nelfa adalah pengantin baru yang baru saja melewati malam pertamanya.

Nelfa memilih terus berusaha mengabaikan dan menghindari semua komunikasi dari Evan dan keempat sahabatnya.

Nelfa memilih bangkit perlahan untuk mandi, dan sekedar memasak untuk makan siangnya. Nelfa melakukam aktifitasnya itu dengan perlahan dan memakan waktu yang lumayan lama. Itu karena kondisinya yang terasa semakin melemah.

Nelfa duduk diam diruang tengah, Ia pun menangis lagi karena Ia teringat, bahwa dirinya sudah tidak perawan lagi. Bahkan sikap kekasaran Jason saat itu sangat melekat di benaknya da terekam dipikirannya. Hingga pada akhirnya, Nelfa merasakan badannya semakin terasa panas dingin, dan tubuhnya mulai gemetaran.

"Aku harus gimana!?" gerutu Nelfa sambil terus menangis.

"Rasanya tubuhku semakin lemah, Aku harus meminta tolong pada siapa? Aku harus gimana" gerutu Nelfa meratapi nasibnya.

Nelfa kembali bangkit menuju kekamarnya secara perlahan. Ia lebih dulu mencharger ponselnya dimeja dekat tempat tidurnya, lalu Ia kembali rebahan ditempat tidurnya.

Dua hari telah berlalu. Nelfa masih saja diam di apartementnya dengan kondisi tubuhnya yang semakin melemah. Rasanya, Nelfa sudah ingin menyerah dan segera menghubungi para sahabatnya atau Evan. Namun Ia kembali terus berfikir, Ia masih saja belum siap ada yang mengetahui kejadian yang sebenarnya bahwa Ia telah kehilangan mahkotanya. Namun rasanya, Nelfa sudah semakin tidak kuat lagi. Nelfa meraih ponselnya dengan susah payah. Ia berniat akan menghubungi Evan dan meminta tolong padanya. Begitu layar ponseonya hidup, begitu panjang dan banyakanya notif pesan dari para sahabatnya juga dari Evan. Nelfa tak sanggup lagi untuk membaca satu persatu. Ia merasakan dirinya semakin gemetar dan panas dingin tak jelas. Baru saja Ia akan menghubungi Evan, tiba-tiba ponselnya lebih dulu berdering ada yang sedang meneleponnya. Ternyata itu adalah Zico. Zico belum mengetahui tentang Nelfa karena Evan memang belum ada bercerita apalagi memberitahunya. Evan memilih begitu karena Ia tak enak pada Zico, jika terus-terusan mengganggunya karena Nelfa. Apalagi posisinya, justru malah Dia yang ada lebih dekat jaraknya dengan Nelfa. Evan berusaha bisa tenang, karena Ia berfikir jika ada sesuatu terjadi pada Nelfa, pasti Zico lebih tahu, karena pasti Nelfa ada menghubungi Kakaknya itu.

Nelfa langsung mengangkatnya dengan gemetaran tangannya yang semakin hebat.

"Dek? Kamu lagi apa? kok Kakak rasanya kepikiran Kamu sejak kemarin, Kamu baik-baik saja kan Dek?" tanya Zico.

"Kak.. Kakak.." balas Nelfa dengan nada yang berat dan terdengar aneh.

"Fa? Fafa?! Kamu kenapa!? Fa!? jawab Kakak!" panik Zico.

"Kak, to..lo..ngin Fafa., to..long su..ruh Ko Evan ke..sini Kak.. Fa..fa gak kuat lagi" ucap Nelfa terbata-bata.
Tentu saja Zico terkejut.

"Fafa, Kamu kenapa!? Fa?!"
"Sa..kit Kak.."
"Apanya yang sakit!? Fa jawab Kakak Fa!? Kamu dimana!???"
"Aparte..ment Kak"
"Kamu kenapa!? Kamu gak lagi sama Evan!?"
"To..long Kak..? Ko Evan... hubu..ngi Ko Evan..nya, ini Fafa.." belum sempat Nelfa menyelesaikan ucapannya. Nelfa pingsan dan seketika suara itu menjadi hening.

She's just for me Jason WlmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang