Pukul 12.30 WIB, Nelfa bersama keeempat sahabatnya keluar dari ruangan kelasnya karena selesai mengikuti mata kuliah. Mereka mulai berjalan turun menuruni anak tangga menuju kehalaman bagian bawah sambil mengobrol. Tak lupa, Nelfa sambil mengirimkan chatnya pada Evan bahwa Ia sudah bisa pulang.
"Nel, jadi gimana itu? Lo serius mau sama Ko Evan tadi?" tanya Bianca.
"Tapi ya jangan lupa dikenalin dulu dong sama Kita" sahut Arin.
"Nah iya bener itu" tambah Alya.
"Dilihat dari jauh aja udah kelihatan ganteng, kan jadi penasaran gitu Kita sama yang namanya Ko Evan" sahut Loli tak mau kalah."Iya, iya.. kalau soal itu nanti kalau ada waktu pasti Gue kenalin" balas Nelfa.
"Terus? udah yakin sama Ko Evan?" tanya Bianca lagi.
"Kalau soal itu, Gue belum tau Bi" balas Nelfa.
"Loh, kok gitu Nel?"Mereka sampai dihalaman bawah. Mereka memilih lebih dulu duduk santai dibangku dekat halaman taman yang ada. Bianca dan Nelfa saling mengobrol sedangkan tiga sahabatnya memilih hanya mendengarkan saja.
"Jangan bilang Lo masih ada keraguan itu karena..." ucap Bianca terpotong karena Nelfa langsung menyahutnya.
"Karena gak tau kenapa, kok pikiran Gue malah tertuju sama cowok rese itu ya?" gerutu Nelfa.
"Nah kan?!" sahut Bianca cepat karena dugaannya benar.
"Haduehhh" gerutu ketiga sahabatnya bersamaan.
"Ya Gue sendiri juga gak tahu, kenapa gitu? tapi beneran deh, itu cowok padahal rese banget, nyebelin, dah gitu? main lancang cium Gue? ya tapi jadinya Gue kan malah jadi penasaran huh" terang Nelfa.
"Haduh udah susah kayaknya ni Anak, otaknya sudah penuh ama tuh cowok rese" gerutu Bianca.
"Kayaknya gawat dah? terus gimana nasib tuh si Ko Evan? cowok yang kelihatan baik banget sama Lo!?" sahut Arin pada Nelfa. Nelfa langsung menjelaskan ucapan Evan tadi mengenai hubungannya. Malahan Evan menyuruhnya untuk curhat padanya dan ingin membantu Nelfa."Oh My Good! sisain satu yang kayak gitu buat Gue! Nelfa yang digituin kok Gue yang baper?" gerutu Loli.
"Heh Loli emang ngada-ngada, si abang tercinta Lo mau dikemanain! inget udah punya pawang Lu? hmm" protes Arin.
"Iya abisnya, dia jarang bisa romantis gitu, apalagi kurang pekaan Dianya itu, apalagi soal berkorban perasaan gitu? kan langka banget cowok kayak gitu" sahut Loli.
"Setidaknya, Dia bisa nerima Lo yang suka bahkan sering banget Lola gitu Loli, haha" canda Arin.
"Iya sih" gerutu singkat Loli."Ya Tuhaaaann....!! singkirkanlah dia dari pikiran dan pandanganku, jangan pernah lagi Engkau pertemukan aku dengannya, jika memang dia bukan untukku dan bukan jodohku, tapi jika memang Dia buat aku, pertemukanlah aku sekarang dengannya, disini !!! huh....!" ucap Nelfa sambil memandang langit dan merasa putus asa karena Jason selalu saja ada melintas dibenaknya.
"Itu memohon atau memaksa Non?" canda Bianca.
"Gak tau ah, gemas sendiri Gue sumpah, hiks" gerutu Nelfa."Cie, yang lagi merasakan jatuh cinta?"
"Akhirnya jatuh cinta juga dah"
"Tetapi sayangnya jatuhnya ke orang yang gak jelas tuh, hihi" ucap sahabatnya saling bersahutan."Udah jatuh hati beneran deh ni anak sama tuh cowok, jadi penasaran Gue? gimana sih tampang yang Lo kata tampan rupawan tapi rese itu?" ucap Bianca.
"Ya gak tau juga sih bisa ketemu lagi kapan, jadi gimana bisa Gue tunjukin ke Kalian? pastinya juga gak mungkin ketemu sekarang? ya memang Gue yakin gak bakalan ketemu sekarang disini""Tapi Nel, kalau tau-tau Dia beneran ada nongol disini gimana hayo?"
"Ya berarti jodoh Nelfa! haha"
"Mampus dah haha" ucap ketiga sahabatnya bergantian."Ya gak mungkinlah? itu pasti gak mungkin dan gak akan pernah mungkin! bisa-bisa makin banyak cobaan Aku kalau sama Dia?" sahut cepat Nelfa.
Tiba-tiba mata Nelfa ada melihat sebuah mobil milik Evan yang sedang ada parkir dihalaman parkir bagian ujung dari pandangan matanya. Nelfa yakin, bahwa mobil itu benar adanya mobil Evan karena Ia juga hafal betul dengan nomor polisi mobil milik Evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's just for me Jason Wlm
Phi Hư CấuTAHAP REVISI !!! Pertengkaran yang membuat timbulnya ada rasa cinta, namun karena keadaan, memaksanya untuk bisa membencinya, disaat berhasil bangkit dan melupakannya, justru keadaan malah membuatnya harus menerima nya sebagai pendamping hidupnya, i...