Chapter 12

14.8K 940 11
                                    

Hola...mulai update lagi cerita ini
Maaf typo berterbangan...

4 tahun berlalu.

Seorang wanita memasuki salah satu gedung tempat ia bekerja. Dengan membawa beberapa kertas di tangannya. Ia memasuki ruangannya dan mengecek barang bawaannya karena ia akan meeting dengan klien penting dari luar negeri.

"Bu Prilly, 30 menit lagi kita akan meeting," seru sekretaris Prilly bernama Nora.

Prilly membenarkan kacamatanya kemudian berdiri menghampiri sekretarisnya.

"Oke, kita jalan sekarang, tolong bawakan sebagian berkas di atas meja itu," suruh Prilly. Prilly mendahului sekretarisnya menuju mobil yang mengantarkan mereka ke tempat meeting.

Prilly belum tahu dengan siapa ia akan meeting. Prilly hanya diberi kepercayaan untuk menangani project ini karena atasnya sudah percaya atas keahlian Prilly.

"Kita mau meeting dengan perusahaan mana, Nora?" tanya Prilly kepada sekretarisnya.

"Dengan Maxi Company, perusahaan dari Jerman dan sekarang melanjutkan bisnisnya di Indonesia," jelas sekretarisnya. Prilly hanya manggut-manggut menangapi penjelasan sekretarisnya.

30 menit kemudian, Prilly dan Nora sampai di gedung tempat mereka meeting. Salah satu karyawan di perusahaan itu mengantarkan mereka.

"Maaf direktur sedang keluar sebentar, anda diminta menunggu di ruangannya," ujar sekretaris direktur. Kemudian, mereka masuk ke ruangan direktur itu dan menunggu.

Prilly pov

"Huh..." tarik nafas, buang, tarik nafas, buang. Aku menenangkan diriku sendiri untuk meredakan kegugupanku. Entah kenapa aku sangat gugup pada meeting kali ini. Apa karena perusahaan ini dari luar negeri, Jerman. Tapi...ah, aku pernah kok menangani perusahaan dari luar negeri.

Dan sekarang, kenapa kami yang harus menunggu??. Aiish...benar-benar menyebalkan. Merek yang meminta bantuan, mereka yang tidak profesional.

Kulihat seseorang masuk ke ruangan ini, seorang laki-laki. Tunggu...whaat??

Ahhh...aku sesak nafas. Dadaku sakit. Apa yang kulihat?. Siapa yang kulihat?. Dia..dia adalah Ali...

Dia kembali.

Sekretarisku berdiri, begitupun aku. Memberi salam kepadanya. Dia, tidak berubah.

"Ekhm...bu Prilly," siapa itu yang memanggil?

"Bu...bu Prilly silahkan duduk," apa?. Aku baru sadar kalau Nora dan Ali sudah duduk kembali. Malu. Benar-benar memalukan. Aku duduk, menundukkan kepalaku karena malu.

"Maaf saya tadi keluar karena ada keperluan mendadak, em...saya Aliando Syarief, direktur di perusahaan ini," Ali memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya kepadaku. Aku sudah mengenalmu Ali.

Tiba-tiba Nora menyenggol lenganku. Ternyata sedari tadi aku belum menyambut tangan Ali.

"Oh maaf, saya Prilly Latuconsina, ketua tim desain," singkat. Itu saja tidak usah banyak-banyak. Dia terlihat sama. Hanya ada perubahan dalam bentuk badannya. Sepertinya Ali rajin ngegym saat di Jerman.

"Langsung saja, pak Ali ini contoh desain salah satu perusahaan anda," kataku menyerahkan contoh desain yang aku buat beberapa waktu yang lalu. Ali terlihat membolak-balikkan gambar-gambar tersebut.

"Sepertinya ada kesalahpahaman di sini," kata Ali yang membuatku bingung.

"Maksud anda?" tanyaku.

"Kita tidak akan membangun perusahaan atau pun gedung pencakar langit, tapi anda saya minta untuk mendesain restoran milik saya," jelas Ali.

"Jadi maksud anda, saya mendesain sebuah restoran milik pribadi, dan bukannya perusahaan?" tanyaku memastikan.

"Ya, benar sekali," jawabnya enteng. Terus buat apa aku bersusah payah berimajinasi membuat gedung pencakar langit sampai larut malam.

"Apa pimpinan anda tidak memberitahu kemarin?" tanyanya. Aku menggeleng.

"Tidak, saya tidak diberi tahu karena pimpinan saya juga ada meeting di luar kota," jawabku lesu. Bukan aku yang salah.

"Maaf atas kesalahpahaman Desain Center, kami akan ganti rugi jika..." kata Nora belum selesai.

"Siapa yang menyuruh kalian ganti rugi atau semacamnya, anda hanya harus mengganti desain gedung tersebut dengan sebuah restoran," sela Ali. Maksudnya...jadi...aku tidak akan dipecat.

"Atau anda tidak bis..."

"Saya akan mengganti desainnya secepatnya," selaku cepat. Ali terlihat tersenyum. Syukurlah.

"Tapi, kita harus mendiskusikan tema dan lain-lain, agar saya tidak salah lagi," kataku.

"Oke, kita akan bertemu besok siang,"

Setelah perjanjian itu, kami sedikit membahas desain restoran yanga akan kami buat. 1 jam lebih, akhirnya aku dan Nora keluar dari ruangan Ali. Namun, tiba-tiba Ali memanggil namaku. Tanpa memberitahu Nora, aku berhenti karena panggilan Ali. Dia berjalan ke arahku.

"Maaf, apa saya boleh meminta kartu nama anda, besok saya akan memberitahu tempat kita bertemu," kata Ali. Aku memandangnya sejenak. Aku berpikir Ali yang dulu dengan sekarang berbeda. Sangat. Aku merasa kita seperti dua orang asing yang baru saja bertemu. Bukan sebagai teman, sahabat, atau...

"Halo...anda masih di sini?" tanya Ali mengibaskan tanganya di depan wajahku. Membuyarkan pikiranku.

"Oh..ya...ini sebentar, ini kartu nama saya, anda bisa menghubungi saya di nomor ini," aku merogoh tasku dan menyerahkan kartu namaku.

"Kalau begitu saya pergi dulu," aku berbalik menuju pintu keluar. Pergi. Meninggalkan Ali yang bukan Ali dulu. Semoga aku bisa menerima semua ini. Walau aku sangat amat rindu dirinya.

Vote and comment yaaa....

Expired Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang