Chapter 8

16.2K 948 7
                                    

Hello readers... Maaf baru update...
Jangan lupa VotMent yah... ❤❤

***

Tok... Tok... Tok...

Gak ada jawaban. Aku ketok lagi pintunya. Tetep gak ada jawaban. Aku memegang daun pintu, dan ternyata tidak dikunci. Aku perlahan membuka kamar Ali, tapi kelihatannya sepi.

"Ali... " panggil gue lirih.

Tiba-tiba pintu kamar mandi Ali terbuka dan siapa lagi yang keluar dari kamar mandi itu kalau bukan si pemilik kamar, Ali. Dan lagi, Ali hanya menggunakan celana pendek seperti boxer tanpa menggunakan atasan, yang menunjukkan dada bidangnya. Aku langsung memutarbalikkan badan menghadap pintu sambil menutup mataku.

"Prilly, ngapain kamu di sini? " tanya Ali heran.

"Aku...aku...aah pakai baju dulu Ali, nanti aku jelasin, " jawabku tergagap. Tunggu dulu, "aku-kamu" lagi. Tau ah aku juga bingung, udah kebiasaan pakai panggilan itu sih.

Beberapa menit aku menunggu.

"Udah kamu bisa buka mata, " ucap Ali datar. Aku menghembuskan nafas lega.

"Kamu ngapain di sini? " tanya Ali lagi.

"Kamu di ajak Alina jalan-jalan, " jawabku singkat.

"Sama kamu? " tanya dia lagi. Aku hanya mengangguk membenarkan.

"Oke tunggu aku 15 menit lagi, " ucap Ali semangat. Aku langsung berjalan keluar dari kamar Ali untuk menghampiri Alina di bawah.

Ali pov

Aku akan jalan-jalan bersama Prilly. Katanya sih Alina yang ngajak. Memang dia itu adik yang pengertian banget sama kakaknya.

Setelah 15 kemudian, aku turun untuk menemui Prilly dan Alina yang sudah siap dari tadi.

"Kak Ali... " teriak Alina.

"Udah siap jalan-jalan sayang?" tanyaku gemas sambil mencubit pipinya. Alina mengangguk semangat. Namun, raut muka Prilly terlihat malas. Alina langsung menggandeng aku dan Prilly menuju mobil.

"Alina pengen duduk di pangkuan kak illy, di depan, " ucap Alina manja.

"Alina aja ya yang duduk di depan, kak illy di belakang aja, " balas Prilly lembut.

"Gak mau, pokoknya Alina mau duduk di depan sama kak illy, " ucap Alina mengambek. Ini nih, kalau Alina udah bilang "pokoknya", udah gak bisa diganggu gugat.

Dengan malas Prilly duduk di depan dan memangku adikku yang pintar merayu ini.

Aku melajukan mobil gue ke sebuah mall karena adikku merengek minta ke sana. Dan 1 jam kemudian gue dan keluarga kecilku, eh...maksudnya Prilly dan Alina sampai di mall.

"Ayo kak... " seru Alina yang langsung keluar menarik tangan Prilly. Dan yang bikin aku kesel, aku ditinggal....dasar para cewek.

Aku hanya mengikuti mereka dari belakang.

Alina mengajak Prilly masuk ke sebuah toko mainan.

"Kak mau boneka masha... " rengek Alina.

"Gak boleh, boneka kamu udah banyak di rumah, " larangku karena setiap pergi ke toko mainan, pasti Alina minta beliin boneka.

"Ali beliin apa ruginya sih, " ucap Prilly membela Alina. Mungkin dia gak tega karena melihat Alina yang sudah ingin menangis.

"Gak ya gak, sayang...ma...maksudnya Prilly Alina itu udah punya banyak boneka di kamarnya, emang dia mau buka toko, " sanggahku dan ni mulut pake ngomong sayang lagi. Prilly marah gak ya?

"Ya udah, aku aja yang beliin, mau yang mana sayang? " tanya Prilly kepada adikku yang langsung tersenyum karena permintaannya di kabulkan.

Aku sebagai cowok gak terima dong, masa cewek yang bayarin.

"Ya ya kak Ali beliin bonekanya, " pasrahku sambil mencubit pipi Alina gemas. Dan tak lupa aku mencubit pipi Prilly .

"Alii...sakit," bisik Prilly menahan terikannya.

Aku tertawa senang, sudah lama aku tidak mencubit pipinya yang chubby itu.

Setelah membeli mainan Alina berhenti di sebuah photobox untuk berfoto bersama.

Gaya pertama menjulurkan lidah bertiga.

1...2...3 jepret.

Gaya kedua Alina di tengah, aku dan Prilly di samping kiri dan kanannya sambil memeluk Alina.

1...2...3 jepret.

Gaya ketiga Alina aku gendong dan...

1...2...sebelum hitungan ketiga, aku mencium pipi Prilly dan jepret.

Prilly membelalak kaget karena aksi modusku tadi.

"Ali, dasar cari kesempatan dalam kesempitan... " teriak Prilly sambil memukul lenganku setelah keluar dari photobox.

Alina hanya menonton pertunjukan atau tepatnya pemukulan Prilly terhadapku.

"Kak jangan pukulin kak Ali, " ucap adikku. Pinter nih anak.

"Tapi kakak kamu udah cimmppft..." aku langsung bungkam mulut Prilly.

"Masa kamu mau bilang ke Alina soal di dalam tadi," bisikku. Dasar cewek semua maunya diumbar.

Setelah aku melepas tanganku dimulutnya, pipi Prilly terlihat bersemu merah yang membuatku gemas itu.

Kami berjalan bertiga layaknya keluarga kecil yang bahagia. Sedikit aku dengar, orang-orang sekitar berbisik melihat kami bertiga berjalan beriringan.

'liat deh mereka, bahagis banget ya, yang satu ganteng, yang satu cantik, pantes anaknya cantik kayak gitu, ' bisik salah satu ibu-ibu saat kami berada di toko mainan.

Aku yang mendengar hanya tersenyum senang. Semoga yang dikatakan ibu tadi menjadi kenyataan, aku bisa menjadi keluarga dengan Prilly.

Prilly pov

Berani-beraninya Ali cium pipiku. Untung aja Alina gak lihat, tapi tunggu...fotonya kan ada, sama aja dong lihat juga. Tau ah, semoga Alina belum ngerti.

Hari beranjak sore, setelah jalan-jalan, main, foto, akhirnya kita makan untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Ali memilih tidak makan di mall, tapi ke sebuah cafe yang menjual berbagai waffle. Cafe yang...sering aku dan Ali datangi dulu. Kenapa ke sini sih?

***

Expired Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang