Chapter 6

16.8K 968 10
                                    

Maaf lama updatenya... Lagi sibuk nulis di blog juga... Visit my blog too... :-)

Prilly pov

Ayo Prilly lo harus kuat. Sebentar lagi lo keluar kok dari rumah ini. Gue menyemangati diri gue sendiri. Sekarang adalah waktunya pemotongan kue dan gue lihat Ali berdiri berdampingan dengan Becca. Lo kuat prill !!

Setelah menyanyikan lagu ulang tahun dan tiup lilin akhirnya saatnya potong kue.

"Ini buat mama sama papa, " ucap Alina memberi kue kepada om dan tante.

"Dan ini buat kak Ali sama...kak illy, " ucap Alina yang buat gue kaget. Kok gue sih...

Ali udah menerima kue dari Alina. Ini nih yang buat males. Dengan berat hati gue menghampiri Alina.

"Makasih ya Alina... " ucap gue kemudian mencium pipi Alina.

"Ya udah kak illy pulang ya, kan udah selesai potong kuenya, " ucap gue lembut.

"Yah kak illy...kok pulang sih..., " jawab Alina yang mau menangis.

"Aduh...jangan nangis dong sayang..." kata gue sambil mengusap air mata Alina yang mulai menetes.

"Ehmm...gini, gimana kalo besok kak illy ajak jalan-jalan, mau? " tanya gue untuk merayunya.

Alina langsung tersenyum senang.

"Mau mau... " balas Alina semangat. Nah...kan berhasil.

"Ya udah, tapi kak illy harus pulang sekarang, " ucap gue. Alina mengangguk kecewa.

"Ali, kamu anterin Prilly sana, " ucap mama Ali. Mati gue...kenapa gue berusaha lupain Ali malah kaya gini...

"Gak usah tante, Prilly kan bawa mobil sendiri, " kata gue berusaha membujuk mama Ali.

Ali malah diem aja lagi. Dia malah senyum senyum gak jelas. Dan yang bikin gue kaget adalah tiba-tiba Ali menarik tangan gue tanpa kasih kesempatan untuk pamit kepada orang tua Ali.

Ali pov

Gue udah gak tahan sama sikap Prilly yang sok kuat itu. Akhirnya gue tarik aja dia keluar acara untuk mengantarkan pulang. Prilly berusaha melepas tangannya dari, tapi gue gak akan biarin Prilly lepas dari gue.

"Lepas!! " pintanya dengan nada kesal.

Gue terus berjalan ke mobil gue dan memasukkan Prilly ke dalam mobil gue, paksa. Gue lihat Prilly mulai menangis lagi karena gue. Jangan prill, gue gak tega liat lo nangis. Gue menghapus air matanya, namun Prilly menangkis tangan gue kasar.

"Gue gak ngerti li..., gue gak ngerti sama jalan pikiran lo...kenapa lo waktu itu tega khianatin gue..." ucap Prilly dengan isakannya.

Gue juga bingung sama perasaan gue. Apa gue dulu hanya menjadikan Becca pelampiasan saja.

"Gue udah...udah bebasin lo buat berhubungan dengan siapa pun...siapa pun li, termasuk Becca," jelasnya membuat gue semakin bersalah.

Gue menepikan mobil gue. Kemudian, gue menatap Prilly dalam.

Gue lihat tubuh Prilly bergetar, mungkin dia sedang menahan tangisannya.

"Lo tau gimana sakitnya dikhianati oleh orang yang gue sangat cintai...dikhianati dengan sahabatnya sendiri...lo tau... "

Cup....gue mendaratkan bibir gue di bibir cherry Prilly. Gue membungkam bibirnya sebelum dia menyelesaikan ucapannya. Gue udah gak tahan. Gue menciumnya lembut dan penuh perasaan. Prilly masih saja terisak. Kemudian gue melepaskan ciuman gue dan langsung memeluknya erat. Dan saat itulah makin kejer nangisnya sambil memukul dada gue, sakit dan sesak rasanya. Mungkin Prilly ingin memberi tau bagaimana sakitnya dia waktu itu dan sekarang atau mungkin lebih sakit yang dirasakan Prilly.

"Lo jahat...jahat, " ucap Prilly disela tangisannya. Gue mengusap punggungnya pelan.

"Iya aku tau, maaf sayang... " balas gue.

Prilly seketika melepaskan pelukan dari gue dan mengusap air matanya kasar.

"Sayang sayang...gue masih marah sama lo, " ketus Prilly. Gue mengernyitkan dahinya.

"Aku bener-bener minta maaf prill, " sesal gue. Tapi Prilly tetap tidak peduli dengan kata-kata gue.

Prilly pov

"Aku bener-bener minta maaf prill, " sesal Ali.

Tapi gue belum percaya sama Ali. Rasa sakit saat dia bermesraan sama sahabat gue...sahabat, belum bisa hilang. Mungkin sulit.

"Gue harus apa prill, agar kamu bisa maafin aku, " ucap Ali lembut. Sesak di rongga dada gue kembali lagi. Kalimat Ali yang lembut dulu dan sekarang mungkin berbeda. Gue memejamkan mata, berusaha agar air mata gue tidak mengalir lagi. Gue menghembuskan nafas berat.

"Gue gak tau li, lo tau gue pernah bilang, kalo sekali saja lo bohongin gue...gue sulit maafin lo, " kata gue pelan. Please...jangan keluarin air mata lo,Prilly...

"Dan lo lebih dari sekedar bohong, lo khianatin gue li...padahal gue...gue berharap cinta lo itu gak bakal kadaluwarsa...gue berharap cinta kita itu sejati..." kata gue lagi yang sudah tidak bisa membendung air mata gue ini. Aduh...gue cengeng banget sih...

"Maafin aku prill, maaf..." ucap Ali lagi, kemudian dia menarik gue ke pelukannya. Nyaman dan hangat. Gue kangen pelukan lo Ali. Kangen aroma parfum lo. Tapi, kenapa lo tega li, tega!

Gue melepaskan pelukan Ali. Kemudian, ibu jari Ali mengusap air mata gue yang menetes. Bukannya berhenti menangis, malah tambah nangis gue.

Gue udah gak tahan semobil sama Ali. Gue membuka pintu mobil Ali.

"Prill, kamu mau kemana? " teriak Ali dari dalam mobilnya. Gue segera berlari dan kebetulan taxi lewat di depan gue. Saat gue masuk ke dalam taxi Ali masih berusaha mengejar gue.

Expired Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang