Chapter 27

13.8K 838 4
                                    

Maaf typo :)
-----------------------------------------------------
Aku ingin memeluknya, tetapi dia pergi menjauh. Aku ingin mengejarnya, tetapi sinar menyilaukan mataku. Tetapi dalam sinar yang menyilaukan mataku, aku sedikit melihat dia berbalik. Sulit sekali melihatnya, tetapi aku tetap berjalan.
Prilly. Dia tersenyum lagi. Aku bisa melihatnya. Ugh..kepalaku sakit sekali. Prilly menghilang. Dimana dia. Kumohon jangan pergi...
-----------------------------------------------------
Author pov
Matahari masih terlihat malu untuk menampakkan diri. Semua orang yang ada di ruang inap Ali masih tertidur. Tiba-tiba, tangan Ali bergerak pelan dan peluh membasahi dahinya. Sepertinya Ali mimpi buruk. Mata Ali sedikit terbuka. Ruangan masih gelap. Ali memperhatikan sekitar. Dia melihat ke samping ranjangnya. Ali melihat seorang wanita yang duduk tertidur. Ali memperhatikan dengan seksama. Ali mengenal wanita itu.

'Cantik' batin Ali. Dia tersenyum melihat wanita itu tertidur seperti bayi bidadari. Tangan Ali terangkat, dengan pelan Ali mengelus kepala wanita itu.
"Prilly," gumam Ali. Kepalanya sedikit sakit jika mengingat nama itu. Ali melihat kalung yang Prilly pakai. Kalung berinisial 'A'. Ali ingat benar sebelum ia pingsan, dia memegang kalung itu. Tangan Ali turun mengelus pipi Prilly. Sentuhan Ali mengakibatkan Prilly sedikit terusik dari tidurnya. Ali ingin menarik tangannya, namun Prilly sudah terlanjur membuka matanya. Prilly terlihat terkejut bercampur senang.

"Ali, kau sudah bangun?" tanya Prilly sedikit berbisik karena mama Ali masih tertidur. Ali tersenyum sambil mengangguk.
"Apa kepalamu masih sakit?" Prilly khawatir jika sakit kepala Ali akan kambuh lagi. Ali menggeleng pelan.
"Sedikit," jawab Ali singkat. Jawaban Ali yang singkat karena ia merasakan sakit jika berbicara banyak.
"Akan kupanggilkan dokter," Prilly menggeser kursinya dn berdiri. Namun, tangan Ali mencegahnya.
"Tidak usah, kau di sini saja, jangan tinggalkan aku," pinta Ali. Prilly terdiam. Hati Prilly senang saat Ali mengucapkan itu. Prilly sedikit tersenyum dan duduk kembali di samping Ali.
"Kau mau apa?, mau aku bangunkan mamamu?" Prilly akan beranjak membangunkan mama Ali, namun Ali mencegahnya lagi.
"Jangan, mama pasti lelah, aku hanya haus," ucap Ali masih lemah. Prilly kembali duduk dan mengambilkan air minum untuk Ali. Lalu, Prilly membantu Ali meminumnya.
"Terima kasih," ucap Ali singkat. Prilly mengambil tisu di tasnya. Kemudian, mengelap peluh yang ada di dahi Ali.
"Kau berkeringat," ucap Prilly singkat. Ali menatap Prilly intens. Hati Ali merasa senang dengan perlakuan Prilly. Dia merasa sangat rindu dengan Prilly. Ali merasa sudah lama sekali tidak melihat Prilly memperlakukannya seperti ini.

Ali pov
Saat aku bangun seketika kepalaku terasa pusing. Entah berapa lama aku tertidur. Aku melihat Prilly tertidur di sampingku. Kenapa dia bisa ada di sini?. Mungkin mama yang memberitahukannya. Tetapi, aku melihat mata Prilly sembab dan dia kelihatan sangat lelah. Apa yang menyebabkan dia menangis?. Tanganku tergerak untuk mengelus kepala Prilly.
"Aku merindukanmu," ucapku lirih. Aku ingin sekali mengucapkan kalimat itu. Aku benar-benar merindukannya.
-
Sekarang mama yang menjagaku di rumah sakit. Padahal aku ingin Prilly yang menjagaku. Tetapi dia juga harus bekerja. Prilly juga sudah berjanji akan langsung kesini sepulang bekerja. Ah...aku bosan. Aku hanya bisa berbaring dan mama sedang membaca majalah. Prilly cepatlah kemari...tapi dia masih lama, sekitar 6 jam lagi.
"Kenapa Ali?" tanya mamaku, mungkin dia merasakan aku gelisah.
"Tidak, Ali hanya bosan," aku mengambil ponselku di nakas. Aku melihat layar ponselku. Tidak ada pesan atau pun panggilan masuk.
"Tenang saja, Prilly pasti datang," aku menatap mamaku heran. Kenapa jadi melibatkan Prilly?.
"Kenapa jadi Prilly ma, Ali tidak memikirkannya," aku meletakkan kembali ponselku di nakas. Kulihat mama tersenyum.

Aku menatap langit-langit kamar inapku. Mencoba kembali mengingat sesuatu yang hilang di memori otakku. Sesuatu yang aku pikir menyakitkan sekaligus membahagiakan pada awalnya. Namun, baru saja aku ingin pergi ke masa laluku, sakit kepala sudah mendera lagi. Menyebalkan. Aku berusaha menyembunyikan sakitku. Aku tidak ingin melihat mamaku khawatir lagi.

Expired Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang