Chapter 18

14.4K 885 7
                                    

Happy Reading❤

Prilly's pov

Hari ini aku berangkat kerja dari rumah Ali. Seperti perjanjianku dengan tante Eci kemarin, aku harus mengurus Ali sampai dia sembuh. Aku kira, aku tidak hanya tinggal dengan Ali seperti yang dibicarakan tante semalam, tapi ternyata aku ditinggal berdua tanpa pembantu. Hanya ada supir yang mengantar Ali atau aku jika perlu. Itu pun kalau malam pulang ke rumahnya. Argh....kenapa aku bisa terjebak dalam situasi ini.

Setelah memasak aku bersiap untuk pergi ke kantor. Aku menyempatkan diri menengok Ali di kamarnya. Tapi, kurasa dia belum bangun. Aku mengetuk pintu kamarnya, tapi tidak ada jawaban. Dengan ragu aku membuka kamar Ali yang teryata tidak dikunci.

"Ali..." Panggilku lirih. Kamarnya masih terlihat temaram. Aku berusaha mencari sakelar untuk menyalakan lampu. Setelah itu aku melihat Ali meringkuk seperti kedinginan. Aku segera menghampirinya.

"Ali, ada apa denganmu?" aku jongkok di samping tempat tidur Ali. Memegang dahinya. Panas. Ali demam.

"Astaga, badanmu panas sekali, kau demam, aku akan mengompresmu," Aku segera berlari ke dapur mengambil air dingin mengompresmu Ali. Kenapa dia bisa demam, apa ini pengaruh obatnya. Aku berlari kembali ke kamar Ali. Aku segera mengompresmu Ali untuk meredakan demamnya.

"Kau juga harus minum obat," aku membantunya duduk dan dia segera meminum obat yang aku berikan.

Dia terlihat menggigil. Aku menyelimuti Ali sampai lehernya. Oh ya, aku hampir lupa. Kantor, aku belum menghubungi kantor. Aku akan izin tidak masuk karena aku tidak akan tega meninggalkan Ali sendiri. Aku beranjak akan mengambil ponsel di kamarku. Tiba-tiba, Ali memegang tanganku.

"Jangan pergi," Ali semakin erat memegang tanganku. Aku duduk di pinggir tempat tidur Ali.

"Ali, aku hanya akan mengambil ponsel di kamarku," aku berusaha melepas genggaman Ali. Tapi, dia malah semakin erat memegang tanganku sampai sedikit membuat tanganku sakit.

"Kumohon...jangan tinggalkan aku," Ali memohon. Memohon seperti saat aku pergi 4 tahun yang lalu karenanya. Air mataku hampir terjatuh dipelupuk mataku.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, aku hanya sebentar, lalu aku akan kembali ke sini lagi," genggaman Ali sedikit mengendur, kemudian terlepas. Setelah itu aku segera berlari ke kamarku, menghubungi atasanku untuk izin tidak masuk hari ini. Aku kembali ke kamar Ali. Ali terlihat sudah sedikit tenang. Aku duduk di tepi. Menatap, lebih tepatnya memperhatikan Ali. Dia sama seperti dulu. Wajah tampan, hidung mancung, bibir tebal, dan...yang paling aku sukai adalah bulu mata lentiknya itu. Aku mengusap rambutnya pelan.

"Kau harus segara sembuh," ucapnya lirih. Aku menarik tanganku. Namun, dengan tiba-tiba, lagi, Ali menarikku dan kini aku jatuh ke pelukan Ali. Kepalaku sudah bersandar di dada bidangnya. Astaga, jantungku berpacu cepat. Aku juga bisa mendengar jantung Ali berdegup kencang. Tangan Ali memelukku. Ini salah. Aku segera melepas pelukan Ali, tapi dia bertambah erat memelukku.

"Biarkan seperti ini sebentar saja," pinta Ali dengan mata masih terpejam. Tidak tahukah posisi ini membuatku tidak nyaman. Membuatku gugup, salah tingkah, dan semua yang membuat jantungku terlepas dari tempatnya. Sekarang aku hanya pasrah. Entah berapa lama lagi Ali akan memelukku seperti ini. Memeluk dalam diam, hanya ada suara degupan jantung yang terdengar, olehku.

"Aku merindukanmu," apa?. Ali tadi bicara apa?. Aku tidak salah dengar. Dia merindukanku. Benarkah, atau jangan-jangan dia hanya mengigau. Sudahlah Prilly lupakan. Ali belum ingat siapa dirimu. Kau harus lebih bersabar lagi.

"Aku juga merindukanmu, sangat merindukanmu Ali," aku mengguncang lirih. Dengan berani, entah suruhan siapa, aku membalas pelukan Ali. Memeluknya untuk mengobati kerinduanku. Memeluk Ali yang kemungkinan tidak terjadi kalau dia tersadar nanti.

Ali's pov

Ali merasa sangat nyaman. Kenyamanan yang sudah lama tidak aku rasakan. Aku seperti merindukan pelukan ini. Dulu. Lama sekali. Oh...kepalaku pusing. Aku tahu yang kupeluk ini Prilly. Tapi, entah kenapa saat dia berontak ingin melepas pelukan ini, aku malah mengeratkan pelukan ini. Dan jantungku tiba-tiba berdegup kencang. Mungkin Prilly juga mendengar degupan jantungku ini.

" Biarkan seperti ini sebentar saja," pintaku saat Prilly kembali memberontak ingin melepas pelukanku. Dia berhenti memberontak.

"Aku merindukanmu," ucapku tanpa sadar. Kata itu entah kenapa bisa keluar dari mulutku. Aku hanya ingin mengatakan itu, dari hati. Hatiku yang memintanya dan mulutku menyampaikannya.

" Aku juga merindukanmu, sangat merindukanmu Ali," aku mendengar sayup-sayup ucapan Prilly. Dia merindukanku. Tapi, aku tidak begitu yakin mengucapkan itu. Kurasa obat yang aku minum aku rasa mulai bekerja. Dan, aku mulai terlelap.

Jangan lupa vote and comment
Maaf pendek banget lagi nugas edi

Hugkiss ❤❤

Expired Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang