Chapter 22

15.9K 750 6
                                    

Happy sunday readers...❤❤
Ini update tercepat ya....
Maaf typo
Happy reading❤❤
-----------------------------------------------
Prilly menangis dalam diam. Ia benar-benar sakit hati karena ucapan Ali. Ucapan Ali seperti menuduhnya sebagai wanita murahan. Kenapa Ali tega mengatakan seperti itu?. Apakah cintanya kepada Ali akan terkikis oleh ulah Ali sendiri?
-----------------------------------------------------
Ali pov
Braakk...
Aku membanting pintu kamarku sendiri. Ya...sekarang aku sudah di rumah. Aku menjadi tidak bisa konsentrasi bekerja karena aku bertengkar dengan Prilly tadi siang. Kenapa aku bodoh sekali. Kenapa aku bersikap seperti tadi. Kau bodoh Ali. Kenapa hatiku seperti tidak terima jika Prilly berdekatan dengan pria lain. Ada apa denganku?.
Aku menunggu Prilly. Tetapi sampai pukul 11 Prilly belum juga pulang.
"Kemana Prilly, dia pasti marah denganku," aku menyesal karena ucapanku tadi. Dan aku tidak suka melihatnya menangis, apalagi iti gara-gara aku.
"Semoga dia di apartemennya, itu lebih baik," aku sudah sangat mengantuk, besok aku harus menemui Prilly untuk melihat desain yang ia buat. Sekalian aku juga akan minta maaf karena ucapanku tadi.

Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap. Aku akan menjemput Prilly di apartemennya. Semoga dia belum berangkat. Aku segera mengarahkan mobilku ke apartemen Prilly.
Setelah sampai di apartemen Prilly, aku dengan gugup mengetuk pintu apartemennya.
Tok...tok...tok...
Menunggu....dan akhirnya.
"Prilly," aku menyapanya saat dia membukakan pintu. Namun, tak berapa lama dia menutupnya lagi.
"Prilly buka pintunya, aku minta maaf..." aku terus mengetuk pintunya, tak peduli dengan sekitar.
Tok...tok...tok...
Aku mengetuk semakin kencang. Tiba-tiba pintu apartemen Prilly terbuka.
"Mau apa kau sebenarnya?!" Prilly sedikit berteriak. Kemudian Prilly segera menarikku ke dalam.
"Kau mau membuat seisi apartemen ini menghajarmu, cepat katakan maumu kemari, lalu pergi," ucap Prilly sambil berjalan ke dapur membuat sarapan. Aku mengikuti Prilly ke dapur.
"Maaf...aku ingin minta maaf, kemarin aku salah dengan ucapanku," aku duduk di pantry untuk berbicara dengan Prilly. Prilly hanya diam sambil membuat sarapan. Sepertinya aku tidak dimaafkan.
"Kau memaafkanku atau tidak?" aku sudah tidak sabar karena Prilly hanya diam saja. Kemudian kulihat ia mematikan kompornya.
"Aku sudah memaafkanmu," balasnya dingin. Tetapi kenapa dia masih berbicara seperti itu jika dia sudah memaafkanmu. Apa aku yang terlalu berharap lebih, sudah untung aku dimaafkan.
"Kau sekarang boleh pergi," dia mengusirku.
"Prill," kupanggil dia. Dia mengalihkan pandangannya dari sarapan yang ada di depannya.
"Apa?" tanyanya datar. Bagiamana aku mengatakannya.
"Aku...aku lapar, aku kesini tadi belum sarapan karena bibi tidak ada," yah Ali sekarang kau jadi orang peminta-minta. Tiba-tiba Prilly tertawa kencang.
"Haha....kau kesini tadi minta maaf...sekarang kau...kau minta makan, dasar tidak tahu diri," Prilly berjalan mengambil omelet dan membuatkanku segelas susu. Prilly cantik sekali jika tertawa seperti tadi.
"Hei...Ali bumi membutuhkanmu," Prilly mengibaskan tangannya di depan wajahku, dia membuyarkan lamunanku.
"Kau kenapa memandangiku seperti itu, aku tahu kalau aku itu cantik," apa?. Kau ketahuan Ali. Memang Prilly sangat cantik. Tunggu. Kau terpesona lagi dengannya Ali.
"Cih...kepedean sekali, cepat mana sarapanku..." sekarang aku sangat tidak punya harga diri rasanya. Prilly memberikan piring berisi sarapanku. Emm...baunya enak.
"Cepat habiskan sarapanmu, setelah itu kita berangkat," kataku sambil memakan sarapanku. Prilly benar-benar istri idaman. Padahal ini hanya omelet, tapi rasanya berbeda, begitu lezat.
"Kita mau berangkat kemana?" tanya Prilly. Dasar chubby, apakah dia tidak ke kantor.
"Kita akan berangkat ke kantor, apa kau tidak bekerja hari ini?" balasku. Prilly mendengus kesal. Dia lucu.
"Tapi kantor kita berbeda,"
"Tapi di kantormu nanti aku akan menerima presentasimu," dan Prilly terdiam. Apa Prilly lupa kalau aku yang meminta mendesain restoranku.
"Kenapa kau malah melamun, cepat habiskan sarapanmu nanti kita terlambat," aku melihatnya melamun, lebih tepatnya terkejut mungkin.
"Dasar menyebalkan," gumam Prilly. Tetapi aku masih bisa mendengarnya.

Expired Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang