Chapter 19

16.6K 862 13
                                    

Maaf updatenya lama
Terima kasih udah mau nunggu, baca cerita ini, vote dan komen cerita ini yang berkenan
Selamat membaca
-------------------------------------------------------------
" Aku juga merindukanmu, sangat merindukanmu Ali," aku mendengar sayup-sayup ucapan Prilly. Dia merindukanku. Tapi, aku tidak begitu yakin mengucapkan itu. Kurasa obat yang aku minum aku rasa mulai bekerja. Dan, aku mulai terlelap.
***

Author pov
Berpelukan. Mereka berdua, Ali dan Prilly sedari pagi masih berpelukan. Sampai-sampai Prilly tidak berangkat bekerja. Tidak melakukan apa-apa, hanya Prilly tidur dengan kepala di atas dada bidangnya Ali. Mereka berdua tidak sadar kalau matahari perlahan sudah berjalan ke barat. Akhirnya,
"Engh...," Ali melenguh lirih, perlahan ia membuka matanya. Pandangannya belum jelas, ia melihat sekitar. Tangan Ali merasakan sedang memeluk sesuatu.
"Prilly," ucap Ali lirih. Wajah Prilly tepat menghadap ke wajah Ali, sehingga Ali bisa melihat jelas wajah Prilly ketika tidur.
"Cantik..." ucap Ali sambil menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Prilly. Gerakan Ali menyebabkan Prilly menggeliat pelan. Kemudian, perlahan Prilly membuka matanya.
"Kenapa kau memelukku?" Prilly segera berdiri,menjauh dari ranjang Ali. Ali terkekeh pelan.
"Bukannya kau yang tidur di sini," Ali menunjuk dadanya. Ali berusaha untuk duduk, bersandar di kepala ranjang. Ia memegang tangannya yang terasa sakit.
"Kau, kau yang menarikku sampai aku terjatuh di situ," bela Prilly.
"Gara-gara dirimu aku tidak bisa pergi ke kantor," Prilly berjalan mendekat ke ranjang Ali lagi dan duduk di sampingnya.
"Masih sakit?" tanya Prilly khawatir. Walaupun Prilly sebal dengan Ali, tetapi ia tetap perhatian dan khawatir.
"Masih sedikit pusing, maaf merepotkanmu, " ucap Ali tulus. Prilly tersenyum. Prilly berdiri lagi. Dia ingin berganti baju dan memasak untuk Ali.
"Mau kemana?" tanya Ali cepat sebelum Prilly meninggalkan kamarnya.
"Memangnya kau tidak lapar, aku juga ingin ganti baju dan memasak," jawab Prilly kemudian keluar dari kamar Ali.
Ali tersenyum kecil. Ali bingung kenapa ia bisa tidak rela kalau Prilly meninggalkannya, padahal mereka berada di rumah yang sama. Ali tidak ingin ditinggal oleh Prilly.

Setelah menunggu beberapa saat Ali memutuskan untuk keluar karena Ali merasa bosan di dalam kamar. Dia berjalan ke dapur untuk menemui Prilly.
"Prill," Ali menepuk pundak Prilly.
"Aaa... " Prilly terkejut karena kedatangan Ali. Sampai-sampai sup yang awalnya akan dituangkan di mangkuk, tumpah terkena tangan Prilly.
"Aduh panas...panas," Prilly mengibaskan tangannya.
"Maaf Prill, aku tidak sengaja, maaf, " Ali berusaha mengekspresikan sisa sup tangan ada di tangan Prilly.
"Aduh jangan nangis Prill, sini aku obatin" Ali mulai cemas karena Prilly mulai menangis. Ali membawa Prilly duduk di mini bar dan mengambil P3K.
"Maaf ya maaf," Prilly hanya mengangguk mendengar permintaan maaf Ali. Prilly sedikit meringis karena menahan perih di tangannya.
Setelah selesai mengoleskan salep di tangan Prilly, Ali beranjak untuk mengambil makanan sendiri.
"Biar aku aja yang..."
"Duduk saja di situ, aku juga bisa mengambil makanan sendiri," potong Ali. Dia menuangkan sup ke dalam mangkuk yang cukup besar.
"Apa sup itu akan kau habiskan semua?" tanya Prilly heran karena Ali membawa ke meja makan mangkuk sup besar itu.
"Ini untuk kita berdua," jawab Ali. Prilly terkejut mendengar pernyataan Ali.
"Maksudmu, kita berdua makan semangkuk?" tanya Prilly lagi. Ali mengangguk. Ia mulai menyedok sup itu ke dalam mulutnya. Kemudian, menyedok sup untuk diberikan kepada Prilly.
"Cepat buka mulutmu!" suruh Ali. Prilly bingung dengan sikap Ali.
"Apa kau punya penyakit menular?" tanya Ali asal.
"Tidak, hei kau jangan bicara macam-macam," Prilly menjawab dengan kesal. Ali tertawa.
"Kalau begitu buka mulutmu, tanganku lelah karena menunggumu membuka mulut," Karena lama Ali juga ikut kesal kepada Prilly. Dengan ragu Prilly membuka mulutnya dan menerima suapan dari Ali.
"Sebenarnya aku juga bisa makan sendiri," ucap Prilly. Ali menyuapkan sup ke mulutnya sendiri.
"Makan dengan tangan kiri itu tidak baik, ini balas budiku karena kau sudah menjagaku, dan sekarang tangan kananmu yang sakit, untungnya tangan kananku bekerja dengan baik jadi kita bisa saling membantu," jelas Ali sambil menyuapkan sup ke mulut Prilly lagi.
"Terima kasih" ucap Prilly tulus. Ia tersenyum atas perlakuan Ali.
"Aku juga berterima kasih kepadamu" balas Ali yang sibuk memakan sup yang ada di hadapannya.
Sudah 4 tahun ia tidak disuapi Ali. Prilly mengingat salah satu kenangannya bersama Ali. Dulu saat merajuk tidak mau makan, pasti Ali akan membawa makanan kesukaan Prilly dan menyuapinya.

Setelah adegan suap-suapan tadi Ali dan Prilly kembali ke kamar masing-masing. Prilly langsung mengerjakan laporan yang sempat tertunda. Walau dengan tangan kirinya Prilly cukup cekatan mengerjakannya. Sesekali Prilly mengingat saat Ali dan dirinya makan satu mangkuk dan satu sendok bersama Ali. Prilly berpikir, berarti Ali dan dirinya bisa dikatakan berciuman secara tidak langsung. Prilly menggelengkan kepala berusaha menyingkirkan pikiran aneh itu.
Di sisi lain, Ali di kamarnya tidak bisa tidur. Tadi Prilly menyuruhnya beristirahat, tapi matanya tidak mau terpejam. Ia tiba-tiba teringat tentang mimpinya tadi.

Ali mengejar seorang wanita. Wanita itu menangis karena upahnya. Ali telah menyakiti wanita itu.
"Sayang tunggu," Ali meraih pergelangan wanita itu. Tetapi, wanita itu malah menyentak tangan Ali.
"Cukup, jangan mendekat, aku tidak mau bertemu denganmu lagi," wanita itu berusaha pergi dari hadapan Ali. Namun Ali tetap mengejarnya. Ali langsung menarik wanita itu ke dalam pelukannya.
"Tolong jangan seperti ini, aku minta maaf, aku tahu aku salah, jangan meninggalkanku, kumohon..." Ali memohon dengan memeluk erat wanita itu. Wanita itu tetap memberontak ingin melepas pelukan Ali.
"Kau jahat, aku membencimu," teriak wanita itu sambil memukul dada Ali. Ali pasrah menerima perlakuan itu.
"Aku tahu, pukul aku sampai kau puas, tapi tolong jangan meninggalkanku," ucap Ali. Wanita itu menangis kencang. Ali semakin erat memelukku wanita itu. Berharap wanita itu benar-benar tidak meninggalkannya.
"Tapi aku tidak bisa menyakitimu, aku terlalu mencintaimu," wanita itu mendongak dalam dekapan Ali.
"Prilly,"

Ali terbangun dari mimpinya dan saat itu Ali sedang memeluk Prilly. Kenapa bisa Prilly ada di mimpinya. Siapa Prilly?. Kenapa hatinya merasa sakit walau itu hanya mimpi. Ada apa antara dirinya dengan Prilly dulu?. Ali bertanya-tanya di dalam otaknya.
"Aku akan menanyakan kepada Prilly, ada hubungan apa sebenarnya dulu antara aku dan dirinya," Ali sudah berdiri ingin menanyakan itu kepada Prilly. Tetapi, ia duduk kembali.
"Tapi kalau tidak ada hubungannya, bagaimana?" Ali sedikit ragu.
"Sudahlah, aku tanyakan saja," Akhirnya Ali beranjak ke kamar Prilly dan menanyakan yang selama ini mengganjal di benak Ali. Ali hanya ingin kebenaran tentang masa lalunya dulu.

Holaaa, aku kembali,
Maaf karena updatenya lamaaaaaaaa.....
Masih sangat amat sibuk, kemarin habis ngurusin shortmovie, editing, nyelesaiin tugas yang terbengkalai, nyicil ini cerita, maklum aku masih sekolah (SMA) .
Satu lagi, kalau umur readers sepantaran itu (taulah umur anak SMA berapa), jangan panggil kakak ye berasal tua akunya....panggil aja Mima (panggilan keluarga) atau terserah deh panggil apa hehehe....
Dan sekali lagi Terima Kasih readers....

Hugkiss from me
❤❤❤❤❤❤❤❤

Expired Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang