Chapter 7

16.4K 921 6
                                    

Maaf banget updatenya lamaa... Karena masih UAS. Vakum dulu ya selama 4 hari ke depan.... See you ❤

Ali pov

Pagi ini gue sangat amat malas pergi ke kampus. Yah, karena kejadian semalam, saat Prilly meninggalkan gue. Saat Prilly menangis karena gue. Bukan hanya semalam Prilly menangis karena gue, gue tahu itu.

Gue turun dan melihat keluarga gue sudah siap untuk sarapan.

"Ali, sarapan dulu sini, " suruh mama gue. Gue langsung duduk di sebelah Alina.

"Kemarin, kamu sama illy kok nggak kaya biasanya?" tanya mama gue. Mati...gue belum bilang kalo gue sudah putus sama dia.

"Ehmm...kemarin...mungkin Prilly masih capek karena...karena banyak tugas katanya, " aduh...kenapa sih ni mulut pake susah ngomongnya.

Dan mama gue cuma ber-oh ria aja.

"Kak...nanti kak illy ke sini kan? " tanya Alina tiba-tiba.

Oh ya, hari ini Prilly janji mau jalan sama adik gue.

"Iya kesini kok, " jawab gue singkat.

Dan hari ini kesempatan gue buat minta maaf lagi sama Prilly.

***

Gue cari Prilly untuk ngingetin lagi janjinya sama Alina. Tapi, gue cari di kelasnya gak ada, di kantin gak ada, di taman juga gak ada. Akhirnya, gue ke perpustakaan, kebetulan ada buku yang mau gue pinjem. Dan beruntungnya, gue lihat Prilly ada di sana juga. Kemudian gue mengambil buku, entah buku apa. Penglihatan gue cuma tertuju pada Prilly. Gue takut dia ngilang lagi. Gue duduk di depan Prilly, tapi kelihatannya dia gak sadar saking fokusnya ke buku yang dia baca.

"Ekhm... " gue berdeham untuk menyadarkan Prilly atas keberadaan gue. Dan berhasil, Prilly mendongakkan kepalanya. Gue berusaha tersenyum kepada Prilly.

***

Prilly pov

"Ekhm... " seseorang berdeham di depan gue. Akhirnya gue sedikit mendongakkan kepala agar tahu siapa orang itu. Dan ternyata... Ali lagi. Kenapa sih dia ada dimana-mana saat gue mau ngelupain dia. Gue menatap Ali dengan tatapan yang gue usahain sebiasa mungkin. Ali tersenyum. Senyuman yang selama ini gue kangenin. Tapi, gue ragu senyumannya itu tulus atau tidak.

Gue merapikan buku-buku yang gue baca dan mulai beranjak pergi meninggalkan Ali. Dan seperti yang gue tebak, Ali juga melangkah mengikuti gue keluar dari perpustakaan.

"Prilly, tunggu, " panggil Ali.

"Prill! " panggil Ali lagi dengan sedikit berteriak.

Gue menghembuskan nafas kasar.

"Apa? " tanya gue tenang.

"Aku cuma ngingetin kamu, kalo kamu nantinya di tunggu Alina, " ucap Ali.

"Iya gue inget, nantinya gue ke rumah, " balas gue. Ali hanya diam saja. Dan senyuman tak pernah lepas dari bibir Ali.

"Udah kan, gue duluan, " gue meninggalkan Ali yang masih tetap berdiri di tempatnya.

***

Gue melajukan mobil gue ke rumah Ali. Ya, hari ini gue ada janji sama Alina. Gue udah kangen banget sama si chubby satu itu. Akhirnya, tak berapa lama gue udah sampai di halaman rumah Ali.

Tok... Tok... Tok.

Gue mengetuk pintu dan keluarlah mamanya Ali, tante Eci.

"Assalamualaikum tante, " gue mencium tangan tante Eci.

"Walaikumsalam illy, ayo masuk dulu, " balas tante Eci kemudian mempersilakan gue masuk.

"Mau ketemu Ali ya? " tanya tante Eci. Gue heran, masa Ali belum ngomong sih kalo kita udah putus.

"Ehmm...illy mau ketemu Alina, kan kemarin illy ada janji sama Alina, " jelas gue berusaha sebiasa mungkin. Tante Eci hanya mengangguk.

"Ya udah, tante panggil Alina dulu, oh ya kamu mau minum apa? " tanya tante Eci.

"Apa aja tante, " jawab gue singkat. Tante Eci mengangguk lagi, kemudian pergi dari ruang tamu. Beberapa menit kemudian, terdengar suara deru mobil memasuki halaman rumah Ali. Sepertinya itu Ali yang baru pulang. Dan dugaan gue benar, Ali masuk ke dalam rumah. Gue baru sadar kalau penampilan Ali akhir-akhir terlihat berantakan. Apa gara-gara masalah gue sama Ali. Gue sebenarnya kasihan sama Ali, tapi...ya gitulah, gue belum bisa maafin Ali.

Ali hanya melirik gue sesaat, kemudian melajutkan langkahnya ke atas, mungkin ke kamarnya. Sedikit sedih saat Ali gak menyapa gue. Tapi...tau ah.

"Kak illy..." teriak Alina. Dia berlari menghampiri gue dan langsung meluk gue.

"Hai sayang...udah siap untuk jalan-jalan? " tanya gue. Alina langsung tersenyum memperlihatkan giginya.

"Siap kak, ayo, " balasnya yang langsung menarik gue keluar. Namun, dia tiba-tiba berhenti saat sampai di depan pintu.

"Kenapa kok berhenti? " tanya gue heran.

"Alina pengen ngajak kak Ali..." pinta Alina.

Ali lagi.

"Gak usah ya sayang, kak Alinya tadi kaya kecapekan deh, " ucap  gue lembut.

"Gak mau, pokoknya ajak kak Ali..., " seru Alina yang hampir menangis. Gini nih, gue gak tega lihat anak kecil nangis. Gue menghembuskan nafas kasar.

"Ya udah deh, kita ajak kak Ali, tapi Alina yang panggil ya, " ucap  gue pasrah. Dia menggeleng. Apalagi ini....

"Kak illy yang panggil, " ucap Alina sambil tersenyum. Gue gak mau debat lagi sama ni bocah. "Oke, kak illy aja yang panggil kak Ali, Alina tunggu di ruang tamu,  " ucap gue datar. Alina mengangguk senang.

Gue berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Ali. Dan ketika gue sampai di depan kamar Ali, rasanya jantung gue deg degan banget. Apa boleh buat, gue harus ajak Ali karena permintaan Alina.

Tok... Tok... Tok...

Gak ada jawaban. Gue ketok lagi pintunya. Tetep gak ada jawaban. Gue memegang daun pintu, dan ternyata tidak dikunci. Gue perlahan membuka kamar Ali, tapi kelihatannya sepi.

"Ali... " panggil gue lirih.

Tunggu lanjutannya...

Expired Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang