Maaf typo berterbangan :)
-------------------------------------------------------
"Bantu aku mengingatmu," ucap Ali.
-------------------------------------------------------
Author pov
Prilly selesai menyuapi Ali. Prilly merasa senang karena Ali berusaha ingin mengingatnya kembali. Walaupun butuh waktu, tetapi Prilly akan terus menemani Ali sampai Ali mengingatnya.
Mata Ali sedari tadi tidak lepas untuk memperhatikan Prilly. Ali terus menatap Prilly yang sedang mengupaskan apel untuk dirinya.
"Jangan menatapku seperti itu," ucap Prilly sambil mengupas apel. Prilly terlihat risih dengan tatapan Ali.
"Stop menatapku Ali!, atau aku akan pulang saja," ancam Prilly. Prilly meletakkan apel yang dikupasnya. Ali terkesiap dan langsung meraih tangan Prilly yang berdiri dari duduknya.
"Iya, jangan pergi, kau tidak ikhlas ya menemani aku di sini," perlahan genggaman Ali mengendur. Prilly duduk kembali, kemudian mengusap tangan Ali.
"Bukan, bukan begitu, tapi jangan menatapku seperti itu lagi," Prilly tersenyum manis. Prilly tidak tahu kalau tadi Ali hanya ingin Prilly tidak marah lagi. Ternyata usahanya berhasil.
"Masa aku tidak boleh menatap wanita yang mencintaiku sejak 4 tahun yang lalu, bahkan lebih," goda Ali. Pipi Prilly bertambah merah karena Ali. Kemudian, Prilly mencubit lengan Ali kencang. Otomatis Ali mengaduh kencang.
"Aww...awas kalau aku..."
"Kak Ali, kak illy," teriak seseorang. Ali dan Prilly melihat siapa yang datang. Ternyata Alina yang datang.
"Alina..." Prilly langsung melepas tangan Ali kemudian berlari memeluk Alina. Ali mendengus kesal karena Prilly melepas tangannya.
"Kak Ali sudah sembuh?" tanya Alina kepada kakaknya. Alina melongok ke samping karena ia tertutupi tubuh Prilly.
"Belum," jawab Ali ketus. Alina dan Prilly saling menatap. Alina menatap Prilly seolah-olah bertanya 'kenapa dengan kak Ali?'. Prilly hanya mengendikkan bahunya.
Alina dan Prilly berjalan sambil merangkul satu sama lain. Ali yang melihat mereka tidak suka. Padahal itu adiknya sendiri dan perempuan. Mungkin Ali kesal karena adiknya itu mengganggu dirinya dengan Prilly.
Prilly melepaskan rangkulannya dengan Alina dan menyuruh Alina duduk di sofa. Alina dengan patuh berjalan ke sofa karena tahu Prilly akan membicarakan sesuatu dengan kakaknya yang aneh itu.
Setelah melihat Alina duduk, Prilly mencondongkan tubuhnya ke Ali.
"Kau kenapa huh?" tanya Prilly berbisik. Ali memalingkan wajahnya.
"Kau marah karena aku melepaskan tanganmu tadi?" tanya Prilly lagi. Ali langsung menatap Prilly. Prilly menjauhkan tubuhnya dari Ali.
"Masa kau marah dengan adikmu sendiri?" ucap Prilly sedikit keras. Alina yang merasa dirinya ikut dilibatkan dalam obrolan kakak-kakanya langsung berdiri dan berjalan mendekat ke ranjang Ali.
"Kak Ali cemburuan, emangnya sudah ingat siapa kak illy?" tanya Alina. Pertanyaan itu membuat Ali dan Prilly terdiam. Benar juga, apa hak Ali kalau dia tidak ingat dengan Prilly. Kalau pun ingat Ali dan Prilly tidak memiliki hubungan apa-apa, hanya sahabat.
"Emm...belum, tap...tapi kan Prilly masih cinta sama kakak," Ali membual. Tapi, kelihatannya itu bukan kebohongan.
"Tidak, maksudku...siapa bilang aku mencintaimu," sungut Prilly. Ali tersenyum menyelidik. Alina juga menatap Prilly sambil tersenyum.
"Bohong..." ucap Ali dan Alina bersamaan. Wajah Prilly makin memerah karena ulah dua kakak beradik itu. Prilly mengambil tasnya dan melangkah pergi. Sedangkan Ali dan Alina hanya menatap Prilly bingung.
"Mau kemana?" tanya Ali dan Alina bersamaan. Prilly berjalan dengan santai.
"Pulang," jawab Prilly singkat. Alina segera berlari ke arah Prilly, kemudian menarik tangan Prilly.
"Jangan pergi kak, ini gara-gara kak Ali," kesal Alina. Prilly diam-diam tersenyum mendengar kekesalan Alina.
"Apa salahku?" tanya Ali bingung. Prilly tetap melangkah namun tangan Alina tetap memegang.
Alina terlihat mengintruksi Ali untuk berpura-pura sakit.
"Aduh..." keluh Ali. Seketika Prilly membalikkan badan untuk melihat Ali. Ali berpura-pura sakit dengan memegang kepalanya. Prilly segera menghampiri Ali.
"Kenapa, apa yang sakit?" tanya Prilly khawatir. Alina yang ada di belakang Prilly tersenyum senang. Rencananya dengan kakaknya ternyata berhasil.
"Aduh kepalaku sakiit..." keluh Ali. Prilly memegang kepala Ali.
"Alina tolong panggilkan dokter," Alina yang tadi sedang menahan tawa segera menutupinya dan akan menjawab suruhan Prilly namun Ali segera menyela.
"Tidak, tidak perlu, kau cukup berada di sini saja," pinta Ali. Prilly bingung dengan Ali, sejak dia sakit Ali sangat manja kepadanya. Alina yang tahu maksud kakaknya itu langsung mengacungkan dua jempolnya, tentunya tanpa sepengetahuan Prilly.
"Ya sudah Alina...mau keluar saja," Alina sempat berpikir mau kemana dia. Dia memutuskan untuk bermain di taman rumah sakit saja meninggalkan Ali dan Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Expired Love?
RomanceSeseorang yang telah menjalin hubungan yang lama mungkin sedikit merasa bosan. Namun, apakah akan seperti sebuah produk yang mempunyai tanggal kadaluarsa? Di sisi lain, cinta sejati itu juga ada. Mencintai dengan ketulusan, kasih sayang, dan tanpa n...