Chapter 24

13K 649 9
                                    

Maaf kalo typo

Sedikit perubahan nama :
Aliando Geraldo
Prilly Zamoralie
Alasannya nanti di jelaskan setelah readers membaca sampai akhir,
---------------------------------------------
"Kalau kau berani berangkat dengan laki-laki itu, akan kubunuh dia," desis Ali. Dia sangat menyeramkan saat marah. Entah kenapa air mataku tiba-tiba jatuh.
"Kenapa kau melarangku, dia hanya teman yang baik, dia...," dan akhirnya aku menangis. Satu lagi, aku akan terlambat masuk kantor hari ini.
"Dan kau...kau bukan siapa-siapaku, kau tidak ber...mmpphhft..." dia menarikku dan...
--------------------------------------------------------
Calvin pov
Sejak pertemuanku dengannya, aku merasa ingin selalu dekat dengannya. Cantik, cerdas, pintar memasak, pekerja keras itulah Prilly Zamoralie. Walaupun tubuhnya mungil, tetapi aku tetap menyukainya.Entah kenapa seperti ada sihir yang membuat aku menyukainya. Sebut saja aku berlebihan, tapi itu kenyataan.

Tetapi, ada yang menghalangi kedekatanku dengan Prilly. Aliando Geraldo. Pengusaha muda dari Jerman. Dia seperti bodyguard Prilly yang tiba-tiba datang dan mencegah Prilly untuk sekadar pergi denganku.
"Siapa sebenarnya Ali itu?" aku bingung sendiri dengan kedekatan mereka. Aku lihat, ketika Prilly menatap Ali seperti ada kerinduan yang mendalam. Sedangkan Ali menatap Prilly biasa saja, tetapi Ali selalu melarang Prilly.
"Jery," aku memanggil orang kepercayaanku.
"Ya Mr. Calvin,"
"Selidiki tentang wanita yang bernama Prilly Zamoralie dan pria bernama Aliando Geraldo, aku ingin laporan itu besok pagi," aku ingin segera mengetahui tentang mereka berdua. Aku tidak ingin mengulur-ulur waktu.
"Baik Mr. Calvin, akan segera saya kerjakan,"
"Baiklah, kau boleh keluar," Jery keluar dari ruanganku. Aku harus segera tahu tentang mereka. Kudengar orang tua Ali dan Prilly juga sudah saling mengenal lama. Prilly. Aku harus mendapatkanmu.

Author pov
"Dan kau...kau bukan siapa-siapaku, kau tidak ber...mmpphhft..." saat Prilly sedang marah dan kesal dengan Ali. Tiba-tiba Ali menarik dan mencium Prilly. Prilly mematung seketika. Jantungnya berpacu dengan cepat. Sama seperti Prilly, jantung Ali terasa berdegup kencang. Mereka berdua merasa telah berlari marathon. Ali sedikit melumat bibir Prilly. Namun, sedikit Ali merasakan rasa asin. Prilly menangis. Kemudian, Ali mengakhiri ciumannya.
"Maaf," ucap Ali lirih. Ali menempelkan dahinya ke dahi Prilly. Dengan memegang wajah Prilly dan Prilly masih saja meneteskan air matanya dengan mata terpejam. Ali mengusap air mata Prilly dengan ibu jarinya.
"Maaf, jangan menangis lagi," ucap Ali lagi. Prilly mengangguk kecil. Ali merasa bersalah karena membuat Prilly menangis. Prilly sudah sedikit tenang dan Prilly menjauhkan diri dengan Ali.
"Kenapa kau bersikap seperti itu tadi?" Prilly mencoba bertanya tentang sikap Ali beberapa puluh menit yang lalu. Setelah diam beberapa saat,
"Maaf, aku tidak tahu dengan diriku," jawab Ali. Prilly membenarkan posisi duduknya. Prilly belum puas dengan jawaban Ali.
"Buka pintunya, aku mau turun!" ucap Prilly tiba-tiba. Ali dengan cepat menoleh menatap Prilly. Ali belum juga membuka kunci otomatis mobilnya.
"Jangan mulai lagi Prilly," desis Ali. Emosi Ali mulai terpancing lagi.
"Kau yang membuatku seperti ini, alasanmu tadi tidak masuk akal," seru Prilly kesal. Ali mengacak-acak rambutnya frustrasi.
"Cepat buka pin..."
"Aku cemburu," sela Ali cepat. Apa?. Prilly tidak salah dengar. Ali cemburu?, cemburu dengan siapa?, batin Prilly.
"Calvin Anthony," apakah Ali seorang cenayang?, pikir Prilly. Dia tahu pertanyaan yang dipikirkan Prilly.
"Jangan dekati dia, dia tidak baik untukmu," ucap Ali. Prilly mengernyitkan dahinya. Ali benar-benar cemburu ternyata. Hati Ali tidak terima jika Prilly berdekatan dengan laki-laki lain.
"Memangnya kau siapa?" tanya Prilly. Ali hanya diam saja. Memang Ali bukan siapa-siapa Prilly. Tetapi tetap Ali tidak rela.
"Aku memamg bukan siapa-siapamu, tapi please jauhi dia, aku merasa dia orang jahat," mohon Ali. Ada angin apa bisa-bisanya Ali memohon seperti itu. Tiba-tiba, Prilly memegang wajah Ali. Mengusapnya pelan.
"Ali, apa kau sakit?" Prilly memegang pipi Ali selanjutnya menyentuhkan punggung tangannya ke dahi Ali. Ali hanya menatap Prilly aneh.
"Kau tidak panas, apa kau tadi lewat pemakaman lupa mengucapkan salam?" tanya Prilly lagi. Ali melepas tangan Prilly di wajahnya. Menatap Prilly kesal.
"Bukannya kita berangkat bersama, apa kau merasa kita melewati pemakaman tadi?" tanya Ali balik. Prilly hanya menyengir menampakkan giginya. Tiba-tiba, Ali menatap Prilly intens.
"Prilly, aku serius dengan permohonanku tadi," Prilly menghela nafas pelan. Prilly kesal karena Ali melarangnya dekat dengan Calvin, padahal mereka hanya berteman.
"Aku tidak tahu, aku hanya ingin menambah teman saja," ucap Prilly.
Akhirnya Ali menghidupkan mobilnya lagi. Jam sudah menunjukkan pukul 8 lebih. Itu berarti mereka akan benar-benar terlambat.

20 menit kemudian Ali sudah tiba di kantor Prilly. Prilly segera merapikan pakaiannya.
"Semoga aku tidak dipecat," guman Prilly gusar. Ali tersenyum kecil.
"Tenang saja, kau tidak akan dipecat, nanti aku akan hubungi atasanmu bahwa kau terlambat gara-gara aku," ucap Ali menenangkan Prilly. Prilly turun dari mobil Ali. Lalu ia menundukkan kepalanya agar bisa melihat Ali yang d di dalam mobil.
"Kau akan langsung ke kantor?" tanya Prilly dan dia jawab anggukan oleh Ali.
"Ya sudah, terima kasih tumpangannya," ucap Prilly sambil tersenyum. Sebelum Ali menjalankan mobilnya,
"Apa pulang kerja mau aku jemput?" tanya Ali. Prilly terlihat berpikir. Tapi nanti Prilly akan makan siang dengan Calvin, dan mungkin Calvin akan mengantarkan pulang.
"Nanti aku mau makan siang dengan Calvin..." Prilly menyebut nama Calvin hampir tidak terdengar. Ali menghela nafas.
"Oke, kau boleh makan siang bersamanya, tapi kau harus hati-hati," Ali mengingatkan lagi tentang ucapannya.
"Iya-iya, aku ingat, sudah aku mau masuk," ucap Prilly yang segera berlari ke dalam. Setelah Prilly hilang di balik pintu kantor, Ali segera melajukan mobilnya ke kantor. Siapa peduli Ali terlambat atau tidak. Di sana tidak akan yang berani memecatnya.

Prilly pov
Untungnya benar yang diucapkan Ali tadi. Aku tidak dimarahi oleh atasanku. Padahal aku terlambat hampir 1 jam. Atasanku hanya mengingatkan jika aku ada urusan dengan orang lain, sebisa mungkin aku harus menyelesaikannya di luar jam kantor. Tetapi tadi pagi sebenarnya aku tidak punya masalah dengan Ali. Semua ini adalah Ali yang memulai.
"Prilly, sebenarnya kau tadi kemana, bisa-bisanya kau terlambat hampir 1 jam?" tanya Sira teman kantorku. Lebih tepatnya musuhku. Dia datang ke mejaku saat aku sedang mengerjakan desain dari client.
"Tadi aku ada urusan dengan pak Ali," jawabku yang masih fokus dengan desainku. Satu lagi, kemana Nora sekretarisku itu. Bisa-bisanya dia membiarkan wanita ular ini masuk keruanganku.
"Kenapa kau di sini, keluar!" aku tahu Sira sepertinya menyukai Ali. Dia kelihatan tidak suka jika aku berdekatan dengan Ali.
"Tidak usah mengusirku, aku juga sudah ingin keluar dari ruangan sumpek ini," Sira berjalan keluar dari ruanganku. Setiap desaigner di sini memang di sediakan ruangan dan satu sekretaris. Tetapi jika desaigner tersebut sudah mempunyai pangkat yang tinggi atau setara dengan manager.
"Satu lagi, jangan dekati pak Ali, kau mengerti!" ucap Sira sebelum dia benar-benar keluar dari ruanganku. Aku mendengus kesal. Sira sudah membuyarkan konsentrasiku.
"Memangnya kau siapa?" gumamku kesal. Kelihatannya aku butuh secangkir kopi untuk mengembalikan moodku.
Sekarang aku ada di pantry menunggu kopi yang sedang dibuatkan oleh salah satu office girl.
"Terima kasih," ucapku kepada office girl itu. Aku berjalan kembali keruanganku. Tiba-tiba, ponsel yang aku pegang bergetar. Satu sms masuk.Kulihat nomer yang tidak dikenal.
'Aku jemput saat makan siang :) ' siapa ini. Saat makan siang?. Apa ini sms dari Calvin?
'Makan siang?, maaf apakah ini Calvin' aku membalas sms yang masuk. Selang beberapa menit, balasan dari nomer yang tak dikenal ini yang aku yakin adalah Calvin.
'Wow Prilly, apa kau merindukanku, sehingga mudah sekali kau menebak?' kegeeran. Aku hanya menebak dan kebetulan benar karena yang mengajakku makan siang hari ini adalah Calvin.
'Jangan kegeeran, memangnya aku sudah setuju dengan tawaranmu tadi?,
Jujur saja aku sedikit kerepotan karena harus mengetik untuk membalas sms Calvin, sedangkan aku juga harus bekerja. Sekitar 10 menit tidak ada balasan lagi dari Calvin.
"Kenapa aku jadi mengharapkan balasan darinya," gumamku pelan.
Tok..tok..tok...
Tiba-tiba, pintu ruanganku terketuk.
"Masuk," aku mempersilahkan tamuku yang entah siapa itu masuk.
"Apa kau menunggu balasan dariku, Prilly?" aku seperti mengenal suaranya. Seketika aku berdiri dari dudukku setelah melihat siapa yang datang.
"Calvin," aku terkejut. Maksudku, dia beberapa menit yang lalu masih menghubungiku lewat sms.

Gimana?, maaf kurang panjang ya,, idenya lagi buntu dan aku harus cepet" update,
Mungkin cerita ini akan aku update setiap weekend aja ya,,sabtu atau nggak minggu, karena tau lah aku masih sekolah dan ide itu muncul nggak gampang,

Dan untuk pengubahan nama Ali dan Prilly, aku sedikit nggak enak hati menggunakan nama asli mereka, jadi sedikit aku ubah, gak papa ya...kan castnya tetep Ali dan Prilly...

Jangan lupa vomments,,maaf kalo nggak bisa balas,

HugKiss
❤❤❤❤❤

Expired Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang