Chapter 31

12.7K 827 20
                                    

I'm back my lovely readers ❤❤

Ada yang kangen??? #ngarep
Masih ingat cerita ini??? #semoga
Ada yg penasaran sama kelanjutannya??? #adanggakya

Cus dibaca ajah :)
Sorry typo

-------------------------------------------------
Entah ini adalah akhir bagi mereka berdua. Akhir dari segala kebahagiaan yang baru mereka rajut bersama. Namun jika ini memang akhir bagi Ali dan Prilly, mungkin mereka sedikit berbahagia karena bisa mewujudkan harapan mereka yaitu sehidup semati.
-------------------------------------------------

Normal pov
"Apa kau mencintaiku?" sepasang kekasih duduk di taman pada malam hari yang dihiasi bulan dan bintang.
"Pastinya aku sangat mencintaimu, bagaimana denganmu?" balas si wanita yang bersandar pada kekasihnya.
"Bahkan bulan dan bintang tahu ketulusan cintaku padamu," senyum si pria kepada kekasihnya. Dia mengelus puncak kepala kekasihnya dengan lembut dan pelan.
"Akankah kita akan terus bersama?" tanya si wanita kepada kekasihnya. Si pria mengangguk mantap.
"Tentu saja, kalau pun tidak aku akan memohon kepada Tuhan akan mempersatukan kita di dunia maupun di akhirat nanti," jelas si pria.
"Janji?" si wanita mengacungkan jari kelingkingnya.
"Janji, kita akan hidup bersama sampai Tuhan memisahkan kita," sepasang kekasih itu saling menautkan jari kelingking mereka. Berjanji untuk selalu menyayangi dan mencintai satu sama lain. Sehidup semati. Mereka ingin hidup bersama selamanya.
------------------------------------------------
IGD sebuah rumah sakit kedatangan sepasang korban siang itu. Korban kecelakaan. Luka mereka sangat parah. Apalagi si wanita. Benturan yang kuat di kepala, patah tulang di bahu kirinya serta tangan. Sedangkan si pria, dia sama mengalami benturan di kepala walau tidak terlalu parah dan patah tulang di kaki kirinya. Namun, para suster dan dokter tercengang karena melihat mereka saling berpegangan tangan. Saling menggenggam erat. Tetapi mereka harus tetap dipisahkan untuk penanganan lebih lanjut demi keselamatan mereka berdua.

Mereka adalah Ali dan Prilly. Mereka tergeletak di brankar IGD. Belum tahu kondisi mereka seperti apa karena masih dalam penanganan dokter.
Keluarga Ali sudah ada di sana, tetapi keluarga Prilly masih dalam perjalanan ke Indonesia dari Andalusia. Mereka sangat amat cemas dengan keadaan Ali dan Prilly. Satu lagi, Calvin juga ada di sana. Dia juga sudah menyuruh bawahannya untuk mencari tahu siapa dalang dari kecelakaan ini. Calvin merasa kecelakaan yang dialami mereka bukan murni kecelakaan lalu lintas, tetapi sudah direncanakan.
Dokter keluar dari IGD. Semua yang menunggui Ali dan Prilly segera menghampirinya.
"Bagaimana keadaan anak saya?" tanya papa Ali.
"Anak anda yang pria atau wanita?" tanya dokter itu balik karena di dalam ada dua korban.
"Keduanya, mereka anak saya," jawab papa Ali. Yah, Prilly sudah dianggap orang tua Ali sebagai anaknya juga.
"Singkatnya korban pria mengalami benturan di kepala dan patah tulang di kaki kirinya, untuk korban wanita juga mengalami benturan di kepala, patah tulang di bahu kiri serta tangannya," jelas dokter itu. Mama Ali sudah tidak kuasa air matanya. Kedua anak yang dia cintai terbaring lemah di dalam sana. Mama Ali memeluk suaminya dengan erat.
"Untuk penjelasan lebih lanjut tentang korban setelah selesai penanganan ini anda bisa ikut saya ke ruangan saya, saya permisi dulu," pamit dokter itu lalu masuk kembali ke IGD.
Calvin sedari tadi hanya diam dan mendengarkan. Dia juga khawatir, apalagi dengan keadaan Prilly. Dia akan menemukan siapa penyebab ini semua. Pasti.

Another side
"Bodoh!" teriak seseorang.
"Kenapa kalian tidak tahu kalau ada dua orang di mobil itu?" bentak seseorang. Para pembunuh tertunduk takut.
"Ma...maaf kami tidak tahu, kami hanya mengenali mobilnya saja," ucap bos dari pembunuh itu. Seseorang itu mendengus kesal. Semua rencananya gagal.
"Tapi kalian mengenali fotonya kan?, kenapa tidak tunggu dia sendiri?" tanya seseorang marah.
"Kami pikir akan lebih mudah jika kami langsung menabrak mobilnya," jawab bos pembunuh.
"Kalian boleh pergi!, ambil ini!" seseorang itu melempar amplop coklat berisi uang. Pembunuh itu keluar dari ruangan.
Seseorang itu membuka lacinya lagi. Mengambil sebuah foto.
"Aku akan menemuimu sayang...tunggu aku," seseorang itu memasukkan foto yang dia pegang ke dalam tasnya. Lalu dia keluar dari ruangannya, bersiap menemui sang kekasih.
------------------------------------------------
Papa Ali berjalan menuju ruang dokter yang menangani Ali dan Prilly. Calvin juga ikut dengan papa Ali setelah dia meyakinkan bahwa dirinya teman dekat mereka berdua. Perasaan cemas meliputi mereka berdua tentang keadaan Ali dan Prilly.
"Bagaimana dok keadaan mereka berdua?" tanya papa Ali. Keluarga Prilly masih belum sampai di Indonesia. Jadi, papa Ali yang sementara mewakilinya.
"Saya jelaskan kondisi pasien bernama Aliando Geraldo, pertama dia mengalami patah tulang di kaki kirinya dan kami sudah memasangkan pen," jelas dokter bernama Dr. Danis. Calvin dan papa Ali menyimak penjelasan dokter Danis dengan cermat dan cemas.
"Kedua, pasien juga mengalami benturan keras di kepalanya dan mengalami cedera otak traumatis pada tahap sedang," lanjut dokter Danis. Calvin berusaha menenangkan papa Ali, walaupun Ali adalah rival dalam mendapatkan Prilly.
"Selanjutnya pasien bernama Prilly Zamoralie, pasien mengalami keretakan pada bahu kiri dan patah tulang pada tangan kirinya, kemungkinan itu akibat dari benturan dengan pintu mobil karena keadaan mobil ringsek pada sisi kiri mobil," jelas dokter Danis.
Di balik jaket yang Calvin pakai dia mengepalkan tangannya karena Prilly yang dia cintai kondisinya lebih parah daripada Ali.
"Pasien juga mengalami benturan keras di kepala, dan operasil untuk kedua pasien akan dilakukan jika kondisi pasien mulai stabil," lanjut dokter Danis. Papa Ali menghela nafas berat. Bagaimana dia akan menjelaskan kepada orang tua Prilly tentang kondisi anaknya itu.
Setelah papa Ali dan Calvin keluar dari ruangan dokter, mereka kembali menuju kamar Ali dan Prilly. Tiba-tiba, ponsel Calvin berdering.
"Halo," Calvin terlihat sangat serius mendengar orang yang menelfonnya. Lalu tiba-tiba, rahang Calvin mengeras.
"Kerja bagus, selidiki dan siapkan semuanya," suruh Calvin. Tetapi Calvin meminta izin untuk pamit terlebih dahulu.
"Om tante, saya izin pulang, ada tugas yang harus saya kerjakan," pamit Calvin. Orang tua Ali mengiyakan. Setelah itu, Calvin segera melaju menuju kantornya.

Expired Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang