Chapter 33 End

17.5K 819 7
                                    

Akhirnya udah sampe chapter ending....
Langsung baca aja, i hope you like :)
Maaf typo

Backsong : You Are Still The One - Shania Twain
--------------------------------------------
"Sayang...kau ingin kita hidup bersama di akhirat?" tanya Ali mengelus pipi Prilly dengan jarinya. Kemudian, Ali mencium bibir Prilly.
"Aku akan segera menyusulmu..."
--------------------------------------------
Tiga hari kemudian...
Calvin pov
"Lepas...lepaskan akuu..!!" suara teriakan wanita ini sangat mengganggu telingaku. Dia menendang salah satu anggota polisi yang mencekal tangannya. Benar-benar wanita pemberani. Dia berlari, tapi aku segera mengarahkan pistolku ke arahnya.
"Diam di tempat atau akan ku tarik pelatuk ini, lalu mengenai kepala cantikmu," ucapku. Seketika dia diam ketakutan. Anggota polisi yang lain segera memegang wanita yang ada di depanku ini.
Aku membawanya ke mobilku, bukan mobil polisi. Tetapi dia akan tetap aku bawa ke kantor polisi nanti, setelah aku mengintrogasinya.
"Heh kau...wanita cantik sepertimu mengapa punya otak sekeji itu?" tanyaku. Dia berontak dan berusaha melepas borgol yang terpasang ditangannya.
"Kau brengsek," makinya.
"Terima kasih atas pujiannya, tetapi kau lebih brengsek dan kejam, bisa-bisanya kau mencelakai sahabatmu sendiri," ucapku. Dia tertawa sinis.
"Dia bukan sahabatku lagi," balasnya.
"Kau wanita tidak tahu diri, si idiot Ali hampir saja bunuh diri gara-gara Prilly meninggal," ucapku. Aku benar-benar ingin menampar mulut berbisanya itu. Tapi, itu akan menjatuhkan martabatku, seorang Calvin memukul wanita, tidak akan.
"Baguslah, Ali terlalu bodoh hingga dia rela mati untuk Prilly," balas wanita ini.
"Maaf nona, aku belum selesai bercerita, sayangnya Ali tidak mati, dia masih hidup dan emm...'" aku melihat jam tanganku. Pukul 10.00.
"Sekitar 1 jam lagi dia akan menikah," ucapku. Wanita ini terlihat terkejut, aku lihat sangat terkejut.
"Menikah? Dengan siapa?" tanyanya penasaran.
"Issh...kau terlalu banyak bertanya," ucapku. Seketika aku dihadiahi pelototan darinya. Aku segera mengusap wajahnya.
"Matamu bisa terlepas dari tempatnya, huh...akan aku beritahu, Ali akan menikah dengan...Prilly,"
"APA??!"

Ali pov
Aku memakai setelah jas putih, aku berjalan-masih menggunakan krug- ke kamar Prilly. Aku sangat senang dia hidup kembali. Untungnya aku belum menghabisi diriku sendiri. Itu berkat si kutu beras Calvin yang menyelamatkanku.

Flashback on
"Aku akan segera menyusulmu..." ucapku putus asa. Aku mencari apa yang bisa membuatku mati sekarang juga. Aku melihat sekeliling dan...pisau. Pisau itu kecil, tetapi itu bisa memutuskan urat nadiku. Aku segera mengambilnya. Mengarahkannya ke pergelangan tanganku.
"Aku janji kita akan bertemu sayang..." ucapku. Aku langsung menggores pisau itu ke pergelangan tanganku dan...
"Kau gilaa..." teriak Calvin yang tiba-tiba masuk dan meraih pisauku itu dan meleparnya. Pergelangan tanganku sudah sedikit berdarah. Sialan kau Calvin.
"Kau berani-beraninya menghalangiku," seruku. Aku menghampirinya, namun Calvin langsung menonjok tepat dibibirku.
"Kau gila Ali, memangnya kau akan bertemu Prilly di akhirat sana?!" tanyanya. Shit, aku merasakan anyir di bibir kiriku.
"Apa kau tidak dengar suara jantung Prilly berdetak lagi hah?!!" seru Calvin. Benarkah? Dan benar monitor itu menunjukkan pergerakan lagi. Aku segera menghampiri Prilly. Dia...
"A...Ali..." oh Tuhan dia bangun. Wanitaku bangun dari tidurnya. Aku langsung mencium keningnya. Aku sampai menangis melihat Prilly membuka matanya.
"Sayang...kau bangun..." ucapku lirih. Dia tersenyum kecil. Aku melihat Calvin, tetapi aku rasa dia sedang memanggil dokter karena aku tidak melihat di tempatnya tadi.
Aku beralih ke Prilly lagi. Menggenggam tangannya yang masih dingin.
"Aku senang kau bangun," aku mengecup punggung tangannya. Dari awal yang aku khawatirkan adalah jika Prilly bangun dia tidak ingat siapa diriku. Tetapi, Tuhan masih berbaik hati meletakkan diriku diingatannya.
Aku melihat dokter masuk diikuti Calvin di belakangnya.
"Saya akan periksa dulu keadaan pasien, anda boleh keluar," dengan berat hati aku keluar dari ruangan Prilly.
Aku mulai merasakan kakiku berdenyut dan pergelangan tanganku mulai perih.
"Kau benar-benar orang gila yang pernah aku temui," ucap Calvin. Aku hanya tersenyum kecil menanggapinya. Dia memapah dan membawa ke kamarku kembali untuk mengobati lukaku. Maksudku suster yang akan mengobatiku. Aku harus berterima kasih kepada Calvin karena telah menyelamatkanku tadi.
Flashback off

Expired Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang