Asya berjalan ke luar sekolah. Tatapannya tertuju pada Bayu yang sedang bercengkerama bersama teman-temannya. Di sana ada Bagas juga. Baru kali ini Asya melihat Bagas tersenyum bahkan tertawa. Biasanya, cowok itu selalu menunjukkan raut judes dan galaknya.
Asya mengangkat kedua sudut bibirnya. Dia berjalan mendekat saat teman Bayu satu per satu meninggalkannya berdua dengan Bagas. Saat mereka hendak menyalakan mesin motornya, seruan dari Asya berhasil membuat pergerakkan mereka terhenti.
"Bayu."
Yang dipanggil menoleh. Sepertinya Asya hanya memanggil Bayu saja, tapi kenapa Bagas ikut menoleh? Ah, sudahlah, itu pasti hanya sekadar refleks saja.
Bayu tersenyum. "Kenapa, Sya?"
Asya hendak berbicara, namun cibiran dari Bagas membuatnya terdiam. Tidak jadi melanjutkan niat awalnya menghampiri mereka—ralat, lebih tepatnya menghampiri Bayu saja.
"Paling juga dia minta nebeng sama lo. Biasalah orang modus."
Bayu berdecak pelan. Tidak habis pikir dengan apa yang telah diucapkan oleh sahabatnya itu. "Jangan gitu, Gas. Kita, kan, nggak tau Asya ke sini mau ngapain. Biarin dia ngomong dulu jangan dipotong."
"Belain aja terus," Bagas merajuk.
Bayu tidak menghiraukan Bagas. Ia kembali menatap Asya yang masih berdiri mematung. "Omongan Bagas nggak usah diambil hati, ya, Sya. Lo, kan, pasti tau sendiri Bagas orangnya kayak gimana." Ujar Bayu sambil melirik ke arah Bagas. Dalam hati Bagas mengumpat sifat menyebalkan Bayu.
Asya tersenyum lalu mengangguk. "Iya, Bay, tenang aja. Oh, iya," Asya membuka resleting tasnya kemudian mengeluarkan jaket yang pernah Bayu pinjamkan padanya. Dia memberikan itu pada Bayu. "Ini jaket lo. Makasih, ya. Itu udah gue cuci kok,"
Bayu menatap jaketnya sejenak sebelum ia menerimanya. "Makasih juga udah dicuciin." Bayu terkekeh pelan membuat Asya ikut tertawa. Tawa yang membuat Bagas merasa kesal.
"Ya udah, kalo gitu gue duluan, ya."
Bayu mengangguk. "Hati-hati."
Setelah Asya pergi, Bagas kembali mengeluarkan kalimat yang membuat Bayu jengah sendiri. "Perhatian amat. Kalo suka mah bilang kali, Yu. Bilangnya aja nggak suka tapi kelakuan lo itu nggak bisa dibohongin."
Bayu menyampirkan jaketnya di pundak kanan. Setelahnya, dia kembali menatap Bagas. Entah mengapa, melihat raut kesal Bagas membuatnya ingin tertawa. Namun Bayu tahu kalau ini bukan saatnya untuk menggoda sahabatnya. Bisa-bisa nanti Bagas mengamuk dan merajuk padanya selama berhari-hari.
"Nggak gitu, Gas. Gue nggak suka sama Asya. Lo, kan, tau sendiri gue orangnya kayak gimana. Ya, hampir sebelas dua belas kayak Asya, lah. Nggak pusing mikirin cewek."
Bagas menatap Bayu sinis. Sedangkan Bayu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kekanakan sahabatnya itu. Mereka berdua menyalakan mesin motor masing-masing. Setelahnya, motor Bayu melaju lebih dulu dan disusul oleh motor Bagas di belakangnya.
Saat sampai di samping Asya yang sedang berjalan, Bayu memperlambat laju motornya seraya berkata, "Hati-hati, Sya."
Asya mengangguk dan tersenyum. Setelah Bayu sudah lumayan jauh di depan, Bagas sengaja memainkan gas motornya saat berada di samping Asya. Membuat gadis itu merasa bising sekaligus risi. Bagas tertawa puas sebelum ia menambah kecepatan motornya untuk mengejar Bayu.
Asya menggeleng pelan. Entah apa yang membuat Bagas selalu kesal saat melihat dirinya. Padahal, selama ini Asya tidak membuat kesalahan apapun, kan? Tapi kenapa Bagas seolah sangat membencinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany (✓)
Teen FictionEPIPHANY. Epiphany adalah sebuah kejadian atau momen yang terjadi dalam hidup dan mampu mengubah jalan hidup atau pemikiran seseorang. Ini kisah tentang Anjani dan adiknya-Asya. Mereka berdua hidup dengan sebuah perbedaan yang mampu membuat mereka m...