EP 19 🥀

50 13 0
                                    

Tidak terasa sudah satu bulan lamanya Asya bekerja di Cafe Osteria. Asya berhasil membuktikan kepada Rendra kalau dia benar-benar akan berubah menjadi karyawan yang baik. Tentu saja Rendra sangat bangga akan tanggungjawab Asya. Hari ini adalah hari gajian para karyawan.

Rendra mengumpulkan karyawan di ruang kerjanya. Ia mulai membagikan amplop satu per satu kepada masing-masing karyawannya. Dan di ruangan tinggal hanya Asya dan Rendra. Asya sedang menunduk.

"Asya."

Asya mendongak. Melihat Rendra yang tersenyum membuat Asya kebingungan. Rendra bangkit berdiri dan memberikan amplop berwarna cokelat kepada Asya.

"Ini uang gajian kamu selama satu bulan bekerja di sini. Saya berterimakasih karena kamu sudah mau bertanggungjawab untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama untuk ke-tiga kalinya. Saya harap ke depannya kamu akan lebih baik lagi."

Asya menerima amplop itu dengan perasaan campur aduk. Senang, bahagia, gugup, bercampur menjadi satu. Wajar saja. Ini adalah uang hasil jerih payahnya sendiri. Uang yang selama ini dia perjuangkan. Akhirnya Asya bisa mendapatkan uang sendiri dari bekerja di kafe itu.

"Terimakasih banyak, Pak. Amplopnya saya terima, ya."

Rendra mengangguk.

"Kalau begitu, saya permisi dulu." Asya membungkukkan badannya dan pergi dari ruangan Rendra. Gadis itu terlampau senang. Akhirnya dia bisa mengganti uang ganti rugi Bapak itu.

Asya sempat berbincang-bincang sebentar dengan Yona sebelum akhirnya Asya memutuskan untuk pamit pulang. Asya sangat bahagia hari ini. Nanti setelah membayar uang ganti ruginya, Asya akan membelikan Anjani siomay ikan kesukaannya dengan porsi yang banyak.

Asya berhenti. Dia semakin tersenyum kala melihat Bapak itu masih sibuk berjualan dan di samping Bapak itu ada sepeda miliknya. Asya segera berlari menghampiri Bapak itu. Bapak itu tampak terkejut, terlihat dari raut wajahnya yang sempat tersentak tadi.

"Kamu yang waktu itu nabrak dagangan saya, kan?" Bapak itu bertanya membuat Asya meringis. Iya, Asya ingat. Tidak usah diingatkan lagi, terimakasih.

Asya mengangguk. Dia membuka amplopnya dan mengeluarkan sepuluh lembar uang berwarna merah. Asya berikan kepada Bapak itu. "Pak, ini uang ganti rugi saya karena pernah menabrak dagangan Bapak. Sekali lagi saya minta maaf, ya, Pak."

Bapak berkumis tipis itu menerima uang Asya. Beliau tampak mencurigai Asya. "Kamu dapat uang ini darimana? Jangan bilang kalau kamu mencuri? Iya?"

"Astaghfirullah, enggak, Pak. Itu uang halal kok. Kebetulan saya udah kerja dan itu gaji pertama saya. Bapak jangan suudzon, dong."

Bapak itu meminta maaf karena telah berburuk sangka dengan Asya. Asya meminta sepedanya kembali. Dia rindu untuk mengayuh sepedanya. Dia rindu pergi ke sekolah dengan menggunakan sepeda. Asya rindu. Dan sekarang dia mendapat sepedanya kembali. Senangnya.

"Terimakasih, ya, Pak. Semoga dagangan Bapak laris manis. Saya permisi dulu," Asya tersenyum. Dia berjalan sambil menuntun sepedanya.

Bapak itu sempat terkagum-kagum saat Asya mengatakan kalau dia sudah bekerja. Beliau memikirkan bagaimana anak seusia Asya sudah bekerja? Apakah kedua orangtuanya tidak memberinya uang jajan? Atau kedua orangtuanya itu tidak memedulikannya?

Bapak itu menggeleng pelan. Beliau kembali berjualan seperti biasanya dan beliau akhirnya bisa mengganti gerobaknya dengan uang ganti rugi ini.

Asya berhenti di depan gerobak yang bertuliskan siomay ikan. Dia memesan dua bungkus dengan harga yang sama kepada penjualnya. Asya duduk sembari menunggu pesanannya siap. Tidak butuh waktu lama, hanya sekitar tiga menit pesanannya siap. Asya segera membayar siomay itu dan bergegas pulang.

Epiphany (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang